Kebinekaan Mewarnai Kemeriahan Pembukaan Imlek di Singkawang
Rangkaian perayaan Imlek dan Festival Cap Go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, ditandai dengan pembukaan yang meriah, Jumat (20/1/2023) malam. Selain meriah, pembukaan juga penuh dengan warna kebinekaan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·5 menit baca
Rangkaian perayaan Imlek dan Festival Cap Go Meh di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, ditandai dengan pembukaan yang meriah, Jumat (20/1/2023) malam. Selain meriah, pembukaan juga penuh dengan warna kebinekaan.
Atraksi naga dan barongsai membuka kemeriahan pembukaan rangkaian perayaan Imlek dan Festival Cap Go Meh di Stadion Kridasana Singkawang, Kalimantan Barat. Jumat malam. Para pemain naga dan barongsai meliuk-liuk di atas panggung diiringi genderang tabuhan pengiring. Mereka berlari ke berbagai sudut panggung berbalut warna-warni cahaya lampu di panggung nan megah.
Tak lama kemudian, giliran tarian kolosal masyarakat multietnis yang bersiap memeriahkan panggung. Puluhan pemuda berpakaian beragam etnis di Nusantara mulai mengambil posisi. Pada mulanya mereka hening.
Tak berselang lama terdengar lagu ”Tanah Airku”. Para penari kemudian membentangkan tangan. Jari-jemari mereka perlahan bergerak dan memulai tarian. Dari salah satu sudut panggung tampak para pemuda-pemudi membawa bendera Merah Putih berlari ke sudut-sudut panggung mengelilingi penari yang berbusana beragam etnis.
Musik kian rancak. Sesekali terdengar tepuk tangan penonton yang memadati depan panggung. Para penari berbusana etnis yang merepresentasikan 17 paguyuban di Singkawang pun meliuk-liuk di panggung diiringi beragam lagu daerah.
Penari berbusana adat Bali muncul dari tengah-tengah panggung. Setelah itu penari berbusana Aceh. Beberapa menit kemudian, instrumen lagu Melayu terdengar mengiringi penari berbusana Palembang, lalu giliran penari berbusana Makassar dan Banjarmasin yang tampil.
Senang bisa ikut dalam kegiatan ini. Saya menggunakan pakaian tradisional Sunda. Tahun ini pembukaan lebih meriah.
Tak berhenti sampai di situ, kini penari berbusana cheongsam memegang lampion diiringi musik Tionghoa yang giliran menari. Dari arah belakang, pria berbusana Dayak membawa perisai diiringi instrumen sape’, alat musik tradisional Dayak, tampil di depan panggung.
Demikian seterusnya, ada tarian Sunda, Ambon, Batak, Madura, Padang, NTT, Jawa, Melayu, Manado, dan Riau. Malam itu sungguh menjadi panggung merayakan kebinekaan di kota dengan julukan kota tertoleran se-Indonesia itu. Semua diberi ruang ekspresi yang sama.
Di akhir pertunjukan, perwakilan dari paguyuban beragam etnis di Singkawang berbusana etnis di Nusantara menyapa penonton dengan bahasa masing-masing. Panggung malam itu sungguh menjadi ruang bersama bagi kebinekaan.
”Senang bisa ikut dalam kegiatan ini. Saya menggunakan pakaian tradisional Sunda. Tahun ini pembukaan lebih meriah,” ujar Setya (16), salah satu remaja Kota Singkawang yang juga berpartisipasi dalam tarian.
Senada dengan itu, Rena (16), remaja yang juga berpartisipasi dalam tarian pembukaan, mengatakan gembira karena bisa berjumpa dengan beragam teman. Ia merasakan kemeriahan tahun ini pascapandemi.
Bergandengan tangan
Wakil Ketua Umum Panitia Imlek dan Festival Cap Go Meh Kota Singkawang Tjhai Chui Mie menuturkan, Imlek dan Cap Go Meh tahun ini mengusung tema ”Dengan Budaya Kita Bergandengan Tangan, Bersatu Padu Menuju Indonesia Pulih, Bangkit, dan Tangguh”. Semua etnis dilibatkan dalam acara.
”Dalam momen Imlek dan Cap Go Meh, selain melestarikan budaya, juga sebagai upaya mempersatukan Indonesia melalui kebudayaan,” ucap Tjhai Chui Mie.
Sejak pembukaan pada 20 Januari malam hingga 6 Februari, paguyuban etnis di Singkawang tampil dalam pentas seni. Di lokasi pembukaan juga terdapat stan pameran untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pascapandemi diharapkan perekonomian Singkawang bisa semakin baik. Setelah sekitar dua tahun acara tersebut vakum karena pandemi, akhirnya pada tahun ini bisa dilaksanakan kembali secara meriah.
Selama rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh juga akan ada kegiatan lain, antara lain pawai lampion dan mobil hias pada 3 Februari. Kemudian, puncaknya saat Festival Cap Go Meh pada 5 Februari ada festival tatung. Tatung merupakan orang yang ditandu berkeliling ruas-ruas jalan di Singkawang melakukan atraksi kekebalan tubuh dalam rangka bersih-bersih kota.
Penjabat Wali Kota Singkawang Sumastro menuturkan, setelah sekitar dua tahun acara-acara akbar terhenti karena pandemi, Jumat malam ini akhirnya kembali bisa merayakan pembukaan Imlek secara meriah. Acara ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat.
Kasus pandemi kini sangat landai. Bahkan, dalam sepekan terakhir tidak ada kasus konfirmasi di Singkawang. Presiden juga beberapa waktu lalu telah mencabut status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
”Mudah-mudahan kehidupan dan geliat ekonomi Singkawang semakin baik. Meskipun demikian, saya tetap mengingatkan agar penonton dan masyarakat tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan,” katanya.
Kegiatan pembukaan ini satu di antara rangkaian perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Kegiatan ini akan mempu memberikan warna tersendiri dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah pascapandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Kalbar Windy Prihastari menyebutkan, Singkawang dikenal sebagai kota pariwisata. Pada saat ini setelah dicabutnya PPKM se-Indonesia oleh Presiden, kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif sangat ditunggu-tunggu.
Perayaan Imlek dan Cap Go Meh yang saat ini dilaksanakan masuk dalam usulan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diharapkan bisa masuk dalam Kharisma Event Nasional. Pengumumannya akan dilaksanakan secara langsung pada 28 Januari 2023.
Sebetulnya pada tahun 2022, kata Windy, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan mengadakan acara Toleransi di Singkawang. Sebab, Kota Singkawang merupakan kota tertoleran se-Indonesia. Namun, tahun lalu kasus pandemi belum melandai sehingga ditunda. Mudah-mudahan pada tahun 2023 acara itu dapat dilaksanakan bersama.
Kemeriahan perayaan Imlek di Singkawang juga terlihat di ruas-ruas jalan. Panitia menghias kota dengan ribuan lampion sejak 15 Januari. Di beberapa lokasi terdapat replika kelinci air sesuai dengan tahun ini merupakan Tahun Kelinci Air. Warga dari berbagai latar belakang terlihat berfoto bersama keluarga di lokasi-lokasi yang telah dihias.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Singkawang Mulyadi Qamal, pekan lalu, menuturkan, kamar hotel di Singkawang bahkan sudah penuh dipesan wisatawan yang khusus ingin menyaksikan momen Festival Cap Go Meh pada 5 Februari. Pemesanan kamar bahkan dilakukan beberapa bulan lalu.
”Sejak dua bulan lalu sudah banyak wisatawan yang memesan. Rata-rata penuh semua kamar hotel khusus untuk menyaksikan Festival Cap Go Meh,” ujarnya.
Pada Imlek dan Cap Go Meh tahun ini sudah bisa diselenggarakan kegiatan dengan lebih leluasa sehingga perayaan tahun ini semarak. Sudah dua tahun tidak ada Festival Cap Go Meh. Namun, tahun ini persiapan lebih semarak. Hotel dan restoran juga sudah bersiap menyambut tamu untuk peningkatan pelayanan menyongsong Cap Go Meh.