Sempat Tergenang Banjir, Lapas Manado Sudah Kondusif
Aktivitas di Lapas Kelas IIA Manado kembali pulih setelah turut tergenang banjir yang menghantam 34 kelurahan di ibu kota Sulut itu. Pada saat yang sama, ribuan korban banjir yang sempat mengungsi mulai kembali ke rumah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Aktivitas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Manado kembali pulih setelah turut tergenang banjir yang melanda 34 kelurahan di ibu kota Sulawesi Utara itu. Pada saat yang sama, ribuan korban banjir yang sempat mengungsi mulai kembali ke rumah.
Ditemui di kantornya, Senin (30/1/2023), Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham) Sulut Ronald Lumbuun mengatakan, lantai satu Blok A dan B lapas itu sempat terendam banjir akibat hujan deras yang mengguyur kota pada Jumat (27/1). Ada kurang lebih 180 warga binaan yang menghuninya dari total 358 orang.
”Tetapi sekarang sudah berangsur pulih. Sejak Sabtu (28/1), air sudah surut. Warga binaan yang sempat mengungsi ke lantai dua sudah turun dan memulai pembersihan. Kemarin kondisi lapas sudah pulih 80 persen, mungkin hari ini sudah 90 persen kembali normal,” kata Ronald.
Tidak ada warga binaan yang terluka, apalagi meninggal, akibat bencana tersebut. Namun, kata Ronald, mereka kehilangan berbagai barang, seperti baju dan peralatan ibadah. Di sisi lain, Lapas Manado juga menderita kerusakan fasilitas, terutama komputer yang disediakan di lantai satu.
Kendati begitu, situasi ia sebut sudah kondusif. Semua pelayanan kini tetap berjalan normal. ”Yang paling penting untuk dilakukan saat itu adalah mengamankan senjata. Semuanya lengkap, saya bisa pastikan itu. Jadi, tidak ada masalah (terkait keamanan lapas),” kata Ronald.
Pada April 2020, sempat terjadi kebakaran di Lapas Manado akibat kerusuhan yang dimulai para narapidana. Namun, ujar Ronald, bencana kali ini tidak menyebabkan gangguan keamanan apa pun. Kepala lapas ia sebut memiliki hubungan baik dengan para warga binaan. Hal ini ditunjukkan dari keterlibatan mereka membersihkan lapas pascabanjir.
Pada saat yang sama, sebanyak 15 rumah dinas pegawai di seberang lapas yang terletak di Kecamatan Tuminting itu juga terkena dampak. Tinggi air bahkan mencapai sekitar 2 meter hingga menutupi ambang pintu. ”Tetapi, ada kurang lebih 100 pegawai di lapas. Jadi, tidak ada masalah,” ujar Ronald.
Banjir pada akhir pekan lalu diawali hujan deras selama lebih dari 12 jam. Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Ben Arther Molle mengatakan, curah hujan termasuk ekstrem dengan curah di atas 300 milimeter per hari.
Akibatnya, air dari beberapa sungai, seperti Bailang, Tikala, dan Sario, meluap. Sebaliknya, tidak ada luberan dari Sungai Tondano karena debit air telah direduksi hingga 96 meter kubik per detik oleh Bendungan Kuwil Kawangkoan yang terletak di Kalawat, Minahasa Utara.
Banjir pun terjadi di 49 titik, diiringi tanah longsor di 22 kelurahan di tujuh kecamatan. Akibatnya, 5 orang meninggal, 1 orang luka berat, dan 2 lainnya luka ringan. Tak kurang dari 1.674 warga mengungsi, paling banyak dari Kecamatan Bunaken, yaitu 948 warga.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, sebanyak 420 rumah warga mengalami rusak berat akibat banjir, 103 rusak sedang, dan 448 rusak ringan. Adapun tanah longsor menyebabkan 33 rumah rusak berat, 59 rusak sedang, dan 47 rusak ringan.
Untuk itu, BNPB memberikan dana siap pakai (DSP) bagi Pemkot Manado sebesar Rp 500 juta. Ada pula bantuan 2.000 lembar selimut, 1.000 terpal, serta 50 tenda. Adapun Pemprov Sulut mendapat DSP sebesar Rp 700 juta dan bantuan logistik senilai Rp 300 juta.
Kendati begitu, kini masyarakat yang mengungsi berangsur-angsur sudah kembali ke rumah. Dina Daud (44), yang mengungsi bersama anaknya, menyatakan, ia kembali ke rumah setelah selesai dibersihkan oleh suaminya. ”Di rumah juga ada orangtua yang tidak bisa mengungsi karena tunanetra dan sementara tinggal di lantai dua rumah,” katanya.