Bendungan Kuwil Kawangkoan Dapat Kendalikan Banjir di Kota Manado
Bendungan Kuwil Kawangkoan di Sulawesi Utara diresmikan Presiden Jokowi, Kamis (19/1/2023). Bendungan itu diproyeksikan bisa mengurangi banjir di Manado hingga 25 persen dan menjadi sumber air baku untuk kota tersebut.
Oleh
NINA SUSILO, KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MINAHASA UTARA, KOMPAS — Bendungan Kuwil Kawangkoan di Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, menjadi harapan sebagai pengendali banjir di Kota Manado. Selain sebagai pengendali banjir, bendungan yang berada di daerah aliran Sungai Tondano itu juga menjadi penyedia air baku bagi warga Kota Manado dan Kota Bitung.
Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Kuwil Kawangkoan pada Kamis (19/1/2023). Peresmian ditandai dengan pembukaan jalur limpahan air, penandatanganan prasasti, dan pelepasan benih ikan. Hadir dalam acara ini Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, dan Bupati Minahasa Utara Joune Ganda.
Bendungan Kuwil Kawangkoan utamanya dibangun demi mengurangi banjir di Kota Manado sebesar 25 persen.
Basuki mengatakan, Bendungan Kuwil Kawangkoan utamanya dibangun demi mengurangi banjir di Kota Manado sebesar 25 persen. Debit banjir yang direduksi sekitar 146,6 meter kubik per detik. Sebelumnya, Manado pernah dilanda banjir bandang pada 2014 yang meluber dari Sungai Tondano. ”Mudah-mudahan, dengan adanya Bendungan Kuwil Kawangkoan ini, dampak banjir di Manado bisa dikurangi saat terjadi hujan besar,” katanya.
Bendungan Kuwil Kawangkoan mulai dibangun pada 2016 dengan kapasitas 26,89 juta meter kubik dan luas genangan 157 hektar. Anggaran tahun jamak yang digunakan untuk membangun bendungan yang membentang di wilayah Desa Kuwil dan Kawangkoan di Kecamatan Kalawat itu mencapai Rp 1,93 triliun.
Bendungan juga difungsikan sebagai penyedia air baku dengan kapasitas 4,50 meter kubik per detik. Sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro, bendungan ini bisa menyediakan 2 x 0,70 megawatt. ”Selain mengurangi banjir, utamanya di Manado, juga untuk pertanian,” tutur Presiden yang kali ini mengenakan kemeja warna merah marun, bukan kemeja putih.
Menurut Bupati Minahasa Utara Joune Ganda, bendungan yang menjadi bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano ini akan membawa manfaat irigasi bagi perkebunan dan sawah di sekitarnya. ”Ada sekitar 1.000 hektar wilayah kebun dan sawah yang bisa diuntungkan dari waduk ini,” klaim Joune.
Bendungan Kuwil Kawangkoan juga akan dimanfaatkan sebagai tempat wisata budaya. Terdapat puluhan waruga atau kubur batu Minahasa yang berjajar di salah satu taman. Selain itu, tersedia pula beberapa fasilitas umum di kompleks bendungan, seperti gardu pandang bendungan dan galeri seni yang memampang semboyan khas Sulut, ”Torang Samua Ciptaan Tuhan”, gedung serbaguna, kolam yang dihiasi patung, serta pondok untuk bersantai.
”Ini nanti jadi destinasi wisata baru di Manado (Sulut) selain Likupang dan Bunaken. Terus ada juga waruga sehingga ini jadi kawasan wisata budaya. Yang anak-anak muda, sudah enggak ngerti lagi leluhur-leluhur, bisa belajar di sini,” kata Basuki.
Di depan rombongan anak yang hadir, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan kawasan wisata. ”Percuma kalau pengelola selalu membersihkan, tetapi kelakuan pengunjungnya jorok. Jadi anak muda harus mendidik diri sendiri dan orang lain. Pengelola juga sediakan tempat sampah sebanyak mungkin,” ujar Basuki.
Kendati sudah diresmikan, beberapa warga mengeluhkan lahan kebun yang dibebaskan demi proyek Bendungan Kuwil Kawangkoan belum terbayar. Sendie Sumaraw (52), warga Desa Kawangkoan, menyatakan, tanah warisan orangtuanya seluas 4 hektar tidak dibayar sama sekali.
Ia mengklaim, lahannya itu masuk penetapan lokasi oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) I yang menjadi penanggung jawab proyek ini. Namun, pembayaran tidak pernah terjadi. ”Nilainya Rp 6,4 miliar. Tidak pernah ada pembayaran. Saat kami lapor ke Kanwil BPN (Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional). Katanya surat-surat warkah tanah kami dihilangkan,” katanya.
Beberapa warga mengeluhkan lahan kebun yang dibebaskan demi proyek Bendungan Kuwil Kawangkoan belum terbayar.
Sendie dan keluarganya sebenarnya ingin memasang spanduk dan poster sebagai protes. Momentum kedatangan Presiden dinilainya tepat. Namun, personel intelijen dari Polda Sulut dan Polres Minahasa Utara telah mengikutinya sejak sehari sebelumnya dan mencegah aksi tersebut. Akhirnya, aksi itu hanya bisa ia lakukan di halaman rumah sendiri.
Christian Agu (69), warga lain, juga merasa haknya belum dipenuhi oleh penanggung jawab proyek. Dari 5 hektar tanah di Desa Kaleosan miliknya, yang diberi ganti rugi hanya 1,7 hektar, sekitar Rp 300 juta. Ia mengklaim telah menang di pengadilan, tetapi hingga kini ganti rugi dari 3,3 hektar yang tersisa belum ia terima.
Menurut dia, ada delapan orang pemilik lahan yang bernasib seperti dirinya. Mereka ingin menggelar aksi protes untuk menyambut kedatangan Presiden, tetapi sudah dicegah oleh kepolisian. ”Akhirnya kami mengalah saja,” katanya.
Terkait hal ini, Bupati Minahasa Utara Joune mengatakan, penyelesaian pembebasan lahan sebenarnya sudah sesuai program pemerintah dan prosedur hukum. Kabupaten tidak bertugas membebaskan lahan, tetapi ia menyatakan uang ganti rugi telah dititipkan di pengadilan negeri.
Di acara peresmian bendungan ini, Presiden Jokowi kembali memberikan pertanyaan kuis sederhana kepada anak-anak yang hadir. Pertanyaan seperti siapa nama Gubernur Sulawesi Utara, sebutkan dua fungsi bendungan, siapa nama Bupati Minahasa Utara berhasil membuat beberapa siswa membawa pulang sepeda.
Adapun kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Sulawesi Utara sesungguhnya sudah dimulai pada Rabu (18/1/2023) petang. Presiden bertolak dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pukul 18.30 WIB. Mengawali kegiatannya, Presiden membagikan bantuan sosial bagi pedagang di Pasar Pinasungkulan, Kota Manado. Dari Manado, Presiden ke Kabupaten Minahasa Utara. Presiden membagikan bantuan sosial di Pasar Airmadidi sebelum meresmikan Bendungan Kuwil Kawangkoan.
Saat menghadiri peresmian Bendungan Kuwil Kawangkoan, Presiden disambut ratusan pelajar dari SD hingga SMA. Jumlahnya diperkirakan mencapai 500 orang. Mereka memeragakan berbagai atraksi, salah satunya marching band. Masyarakat juga antusias menunggu Jokowi. Ratusan orang rela berdiri di sepanjang jalan di sepanjang Desa Kawangkoan hingga Kuwil yang merupakan satu-satunya akses masuk ke area bendungan. Ketika melintas, Presiden membuka kaca jendela dan melemparkan kaus-kaus hitam bertuliskan namanya.
Setelah itu, Presiden meninjau kawasan Likupang dan kapal Nirmala Bahari di Pelabuhan Munte, Kabupaten Minahasa Utara.