Menkeu: APBN Instrumen Terbesar Pembangunan Perguruan Tinggi Keagamaan
Pembangunan perguruan tinggi keagamaan sebagian menggunakan dan bantuan asing. Namun, nilai pembiayaan dari instrumen sendiri atau APBN lebih banyak ketimbang pembiayaan dari luar negeri.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pembiayaan dari instrumen sendiri atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk pembangunan perguruan tinggi keagamaan di Indonesia nilainya lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan menggunakan instrumen dari negara lain.
Dalam kurun periode 2015-2023, ada 199 proyek pembangunan perguruan tinggi Islam negeri, baik yang berada di bawah Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dari proyek-proyek tersebut, nilai dana yang berasal dari instrumen sendiri mencapai Rp 9,6 triliun.
Adapun pembangunan sejumlah perguruan tinggi Islam yang menggunakan pembiayaan dari Saudi Fund for Development (SFD) mencapai Rp 2,7 triliun. Adapun dari Islamic Development Bank (IDB) Rp 7,3 triliun (sejak 2003). Dari jumlah pinjaman ke IDB, yang masih aktif saat ini Rp 2,75 triliun. Sisanya sudah dibayarkan kembali.
”Nah, yang lebih besar sebenarnya dari APBN sendiri. Instrumen pembiayaan kita melalui surat berharga syariah negara. Kita bangun berbagai perguruan tinggi Islam negeri di Indonesia dari 2015-2023 ada 199 proyek,” tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan hal itu dalam acara seremoni Peletakan Batu Pertama Pengembangan Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim tahap II di Batu, Jawa Timur, Minggu (22/1/2023). Turut hadir dalam kesempatan ini, antara lain, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan kepala daerah se-Malang Raya.
Meski ada perguruan tinggi yang menggunakan dana dari SFD, lanjut Sri Mulyani, itu juga merupakan utang. Indonesia akan membayar utang tersebut, seperti yang juga dilakukan terhadap banyak kegiatan yang menggunakan dana dari IDB.
Sri Mulyani menyebut beberapa perguruan tinggi yang menggunakan dana IDB, seperti UIN Alaudin, Makassar; UIN Sunan Gunung Djati, Bandung; UIN Raden Patah, Palembang; UIN Walisongo, Semarang; dan UIN Mataram.
Selain itu, ada UIN Sunan Ampel, Surabaya; Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan, Lampung; IAIN Sultan Thaha Saifuddin, Jambi; IAIN Antasari, Banjarmasin; IAIN Imam Bonjol, Padang; dan IAIN Sultan Maulana Hasanudin, Banten. ”Itu kita bangun semuanya dengan uang negara. Memang dipinjamin dulu, tetapi kita bayar pakai uang negara,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, Sri Mulyani mengingatkan agar kita mensyukuri instrumen yang dimiliki sendiri dan tidak terlalu sering memuji instrumen yang dimiliki negara lain. Instrumen sendiri dikumpulkan dari pajak dan diperuntukkan membangun berbagai kebutuhan masyarakat.
”Ini salah satu yang akan terus kami lakukan di Kemenkeu. Tugas kita jaga keuangan negara jadi instrumen yang bisa diandalkan untuk pembangunan. Untuk melindungi rakyat saat mereka menghadapi pandemi dan lonjakan harga minyak dunia,” ucapnya.
Pembangunan kampus ini juga akan meningkatkan potensi pengembangan daerah di Malang Raya.
Sementara itu, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim M Zainuddin mengatakan, pengembangan Kampus 3 menelan biaya Rp 980 miliar yang bersumber dari SFD bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia. Luas bangunan sekitar 54.827 meter persegi dari tanah seluas 120 hektar di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo.
Gedung yang berbentuk lafaz ”Arrohim” ini akan difungsikan untuk Fakultas Kedokteran, Farmasi, Teknik, Pusat Data dan Penelitian, asrama putra, asrama putri, dan Pusat Kajian Islam.
”Pembangunan gedung asrama kampus 3 ini sementara akan menampung 7.000 mahasiswa. Sarana dan prasarana lain, seperti laboratorium terintegrasi, pusat data dan penelitian, pusat kajian Islam, serta perpustakaan pintar, akan melengkapi fasilitas belajar berstandar internasional,” kata Zainuddin.
Secara umum, menurut dia, pembangunan kampus ini juga akan meningkatkan potensi pengembangan daerah di Malang Raya. Konsep smart dan kampus hijau dengan kawasan edupark yang cukup luas bisa merespons minat potensi wisata pendidikan di wilayah Malang Raya.
Kawasan baru di kampus ini juga akan meningkatkan perekonomian di daerah dengan target penambahan 15.000 mahasiswa baru di setiap angkatan. Saat ini, UIN Maulana Malik Ibrahim memiliki tujuh fakultas dan program pascasarjana (48 program studi). Total mahasiswa 19.255 orang, termasuk mahasiswa asing dari sejumlah negara.