Aktivitas Meningkat, Anak Krakatau Empat Kali Erupsi
Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, mengalami erupsi sebanyak empat kali sejak dua hari terakhir. Gunung api itu memuntahkan abu vulkanik.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
KALIANDA, KOMPAS — Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, kembali meningkat dalam dua hari terakhir. Sejak Rabu (11/1/2023), gunung api itu mengalami erupsi sebanyak empat kali dengan tinggi kolom abu 200-300 meter dari puncak.
Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diunggah dalam aplikasi Magma Indonesia, Kamis (12/1/2023), Anak Krakatau satu kali erupsi. Erupsi terjadi pukul 00.46 dengan tinggi kolom abu 300 meter dari puncak. Kolom abu berwarna hitam tebal mengarah ke arah timur laut.
Hari sebelumnya, Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak tiga kali dengan ketinggian kolom abu 200-300 meter dari puncak. Erupsi pertama pada Rabu (11/1/2023) terjadi pukul 17.54 dengan tinggi kolom abu 200 meter dari puncak. Sementara erupsi kedua terjadi pukul 22.41 dengan tinggi kolom abu 200 meter dan erupsi ketiga terjadi pukul 23.25 dengan tinggi kolom abu 300 meter dari puncak.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Andi Suardi, mengatakan, gunung api itu masih terus mengalami erupsi kecil sejak aktivitasnya meningkat pekan lalu. Pada Rabu (4/1/2023), gunung api itu mengalami erupsi cukup besar dengan ketinggian kolom abu mencapai 3.000 meter dari atas puncak. Saat itu, kolom abu berwarna hitam tebal teramati jelas mengarah ke arah timur.
”Hingga saat ini statusnya masih Level III Siaga. Masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah,” kata Andi saat dikonfirmasi, Kamis (12/1/2023).
Kendati aktivitas Anak Krakatau masih fluktuatif, tidak ada gangguan yang dirasakan warga di sekitar pesisir Lampung Selatan. Abu vulkanik gunung api itu tidak sampai mengarah ke daratan Pulau Sebesi dan desa-desa di pesisir Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
”Kami hanya mendengar suara gemuruh dari arah Gunung Anak Krakatau,” ujar Jefri (35), warga Pulau Sebesi, yang sehari-hari bekerja sebagai anak buah kapal.
Menurut dia, aktivitas pelayaran di sekitar Kepulauan Krakatau masih normal. Kapal transportasi yang mengangkut warga dari Dermaga Canti menuju Pulau Sebesi masih beroperasi secara normal. Nelayan setempat juga masih melaut di sekitar perairan Kepualauan Rakata.
Ia mengatakan, Anak Krakatau memang masih terus erupsi sejak tsunami Selat Sunda yang menerjang kawasan pesisir Lampung Selatan pada 2018 lalu. Dari pantauan di Pulau Sebesi, gunung api itu terus mengeluarkan abu vulkanik hitam pekat setiap kali erupsi. Namun, warga Pulau Sebesi tidak terdampak abu tersebut.