Aktivitas Gunung Anak Krakatau kembali bergejolak. Gunung api itu tercatat sembilan kali erupsi sejak tiga hari terakhir.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Aktivitas Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, kembali meningkat sejak tiga hari terakhir. Pada Kamis (4/8/2022) hingga pukul 18.00, anak Krakatau mengalami satu kali erupsi pada pukul 09.26.
Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, erupsi pada Kamis pagi memunculkan kolom abu setinggi 1.500 meter. Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara. Erupsi tersebut terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimum 60 milimeter dan durasi 52 detik.
Sementara itu, pada Selasa (2/8/2022), Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak lima kali. Adapun pada hari Rabu tercatat ada tiga kali erupsi. Kolom abu berkisar 200-1.500 meter puncak.
Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau Andi Suardi mengatakan, gunung terus mengalami erupsi kecil sejak aktivitasnya meningkat pada April 2022. Hingga saat ini, Anak Krakatau masih berstatus Level III Siaga.
Masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah. Selain abu, dikhawatirkan ada material vulkanik berat dari kawah meluncur pada radius itu. ”Sampai saat ini, aktivitas Anak Krakatau masih meningkat dan masih ada letusan,” kata Andi saat dihubungi dari Bandar Lampung, Kamis siang.
Laporan PVMBG pada Kamis hingga pukul 12.00, gunung api itu tercatat mengalami satu kali gempa letusan dan gempa embusan. Gunung api itu mengalami enpat kali gempa vulkanik dangkal dan tremor terus-menerus dengan amplitudo 32 mm.
Camat Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Sabtudin mengatakan, aktivitas vulkanik Anak Krakatau yang meningkat beberapa hari terakhir tidak mengganggu ataupun menimbulkan keresahan masyarakat di kawasan pesisir pantai.
Sejak tsunami Selat Sunda pada 2018, aktivitas gunung api tersebut memang terus bergejolak. Selain erupsi, abu vulkanik juga kerap sampai di kawasan pesisir Rajabasa ataupun Pulau Sebesi.
Sementara itu, Jefri (35), warga Pulau Sebesi, yang bekerja sebagai anak buah kapal, menuturkan, aktivitas pelayaran di sekitar Kepulauan Krakatau masih normal. Kapal transportasi yang mengangkut warga dari Dermaga Canti menuju Pulau Sebesi, misalnya, masih beroperasi dua kali dalam sehari.
Nelayan setempat juga masih beraktivitas mencari ikan seperti biasa di perairan Krakatau. Dari pantauan di sekitar Kepulauan Krakatau, abu vulkanik berwarna cukup pekat. Namun, warga Pulau Sebesi tidak terdampak abu karena arah angin membawa abu vulkanik ke arah perairan Banten.