Tenggelam Saat Berenang di Gili Air Lombok, Seorang Mahasiswa Tewas
Seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Mataram, NTB, meninggal karena terseret arus dan tenggelam di perairan Gili, Lombok Utara.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Kawasan perairan Gili, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kembali menelan korban jiwa. Setelah wisatawan asal Perancis pada Desember 2022, hari Selasa (10/1/2023) seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Mataram, NTB, meninggal karena terseret arus dan tenggelam di perairan Gili Air.
Pelaksana Tugas Kepala Kantor SAR Mataram Muhdar, di Mataram, Rabu (11/1/2023), mengatakan, korban meninggal bernama Aldin Nauval Firas Gani (22). Aldin merupakan warga Desa Montong Betok, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur.
Kejadian bermula saat Aldin dan rekan-rekannya yang tengah melaksanakan kegiatan kuliah kerja nyata di Gili Air berenang pada Selasa sekitar pukul 17.00 Wita. Selang 30 menit, korban terpisah dari rekannya.
Sebelum tenggelam, ia terlihat melambaikan tangannya. Setelah itu, ia hilang ditelan ombak.
Kantor SAR Mataram yang mendapat laporan itu sekitar pukul 21.00 langsung menerjunkan personel. Lalu, bersama tim dari TNI, Polri, Kelompok Masyarakat Pengawas perairan Gili, Barisan Relawan Siaga, dan unsur SAR lain, mereka mencari korban di perairan Gili Air dan Pesisir. Namun, hingga Selasa malam, korban tidak ditemukan.
Aldin baru ditemukan dalam kondisi meninggal pada Rabu pukul 06.20. Jenazahnya terseret arus sekitar 1 kilometer sebelah tenggara dari lokasi terakhir korban terlihat.
Korban kemudian dibawa ke Pelabuhan Bangsal di Lombok daratan. Dari sana, korban dibawa ke rumah duka menggunakan ambulans milik Puskemas Nipah.
Berulang
Aldin merupakan korban meninggal kedua dalam dua bulan terakhir di perairan Gili. Sebelumnya, pada Desember 2022, seorang wisatawan asal Perancis bernama Lydie Annie Mauricette (50) hilang.
Lydie, yang hingga saat ini belum ditemukan, hilang saat mencoba berenang dari Gili Trawangan menuju Gili Meno. Jarak kedua pulau kecil tersebut sekitar 2 kilometer. Saat kejadian, gelombang tinggi sedang melanda kawasan Gili.
Terkait hal itu, I Gusti Lanang Wiswanadana dari Hubungan Masyarakat Kantor SAR Mataram mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama saat beraktivitas di kawasan yang berisiko terjadi kecelakaan atau bencana. Warga juga diimbau untuk tetap menggunakan alat-alat keselamatan.
Sudah ada kejadian sebelumnya (warga Perancis) sehingga kami sangat berharap masyarakat (yang beraktivitas di kawasan Gili) lebih hati-hati, kata Gusti.
Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) juga mengimbau masyarakat mewaspadai gelombang tinggi. Prakirawan Stasiun Meteorologi ZAM, Ari Wibianto, mengatakan, gelombang dengan tinggi hingga 2 meter atau lebih masih berpotensi terjadi di NTB dalam dua hari, yakni 11-12 Januari 2023.
Gelombang tinggi itu diperkirakan terjadi di Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian selatan, Selat Sape selatan, dan Samudra Hindia selatan NTB.
Terkait keselamatan berwisata, Sekretaris Dinas Pariwisata NTB Lalu Hazbulwadi mengatakan, antisipasi terhadap dampak gelombang tinggi di kawasan pariwisata terus dilakukan, baik lewat imbauan dan pengawasan dari pihak terkait.