Ratusan Hektar Lahan Pertanian di Pantura Jateng Puso
Ratusan hektar lahan pertanian di Pati dan Kudus, Jateng, puso akibat terendam banjir. Petani berharap bantuan bibit. Ke depan, mereka disarankan ikut asuransi tani untuk melindungi tanamannya.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga menggunakan perahu melintasi genangan banjir yang mengisolasi permukiman mereka di Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (4/1/2023).
SEMARANG, KOMPAS — Banjir yang melanda sejumlah kota dan kabupaten di wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah pada akhir tahun 2022 hingga awal tahun ini turut merendam belasan ribu hektar lahan pertanian. Sebagian lahan pertanian yang terendam itu puso. Kerugian yang ditanggung petani diperkirakan mencapai Rp 22 miliar.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, ada 16.972 hektar lahan pertanian di 11 kabupaten/kota yang terendam banjir. Daerah itu meliputi Kendal dengan 2.596 hektar, Demak (8.293 hektar), Grobogan (1.496 hektar), Pekalongan (119 hektar), Kota Pekalongan (48 hektar), Batang (80 hektar), Tegal (3 hektar), Pemalang (528 hektar), Jepara (458 hektar), Pati (2.682 hektar), dan Kudus (669 hektar).
Dari total luasan lahan pertanian yang terendam, sebanyak 754 hektar lahan puso. Lahan yang puso berada di Pati dengan luas 653 hektar dan Kudus dengan luas 101 hektar. Besaran kerugian yang harus ditanggung para petani diperkirakan mencapai Rp 22,9 miliar.
Dampak banjir itu disebut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Supriyanto tidak mengganggu ketersediaan beras di wilayahnya. ”Kebetulan di wilayah atas Batang dan sebagian wilayah Grobogan sudah panen. Jadi, stok beras di Jateng tetap aman,” kata Supriyanto, Selasa (10/1/2023).
Banjir yang terjadi pada akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023 akan dijadikan pembelajaran oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Salah satu yang akan dilakukan adalah memetakan lahan pertanian yang memungkinkan untuk ditanami lebih awal.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Tanaman padi yang beberapa bulan lagi siap panen tenggelam karena banjir yang terjadi di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (4/1/2023).
”Maret kalau bisa sudah mulai musim tanam pertama supaya nanti di September sudah bisa masuk musim tanam ketiga. Kalau September sudah mulai tanam, mudah-mudahan Desember sudah ada yang bisa dipanen untuk antisipasi cuaca buruk di akhir tahun,” kata Supriyanto.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Jateng Hardiono menuturkan, petani rata-rata merugi hingga Rp 15 juta untuk setiap hektar lahannya yang puso. Kerugian itu termasuk biaya pembelian bibit, pupuk, dan obat-obatan tanaman ataupun tenaga yang dihabiskan untuk merawat tanaman.
”Sebagian petani sudah bisa sedikit lega karena hujan sudah mulai jarang sehingga tanaman yang kemarin sempat terendam diharapkan masih bisa diselamatkan. Sementara petani yang lahannya puso hanya bisa pasrah,” ucap Hardiono.
Hardiono berharap pemerintah bisa membantu meringankan beban petani yang terdampak banjir, terutama yang lahannya puso. Bantuan yang diinginkan petani berupa bantuan bibit untuk musim tanam selanjutnya.
Padi
Di Kabupaten Pati, banjir melanda lahan pertanian di 76 desa yang ada di 10 kecamatan. Mayoritas tanaman yang terendam adalah padi. Selain padi, ada komoditas lain yang terendam, yakni bawang merah. Luasan lahan bawang merah yang terendam sekitar 25 hektar.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Buruh tani memanen padi di lahan sawah yang terendam banjir di kawasan Rorotan, Jakarta Utara, Rabu (4/1/2023).
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati Nikentri Meiningrum, usia padi yang terendam beragam, mulai dari 5 hari hingga 70 hari. Karena sebagian sudah terendam lebih dari sepekan, padi dipastikan puso.
Sebagian petani telah mendaftar Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Berdasarkan pendataan sementara, lahan seluas 300 hektar milik sejumlah petani bisa mendapatkan penggantian. Petani yang tidak mendaftarkan asuransi belum bisa mendapat penggantian.
”Ke depan, kami akan kembali menyosialisasikan lagi terkait pentingnya mendaftar AUTP. Semoga bencana yang terjadi kemarin bisa mendorong para petani untuk mendaftar asuransi untuk melindungi tanamannya,” ujar Nikentri.
Selain itu, Nikentri juga akan terus berkomunikasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng dan Kementerian Pertanian terkait kerugian yang dialami petani di wilayahnya. Pihaknya juga akan berupaya menyampaikan permintaan bantuan berupa bibit untuk petani yang terdampak banjir.
Dampak banjir tahun ini disebut Nikentri tergolong paling parah. Sebelumnya, banjir yang merendam ribuan hektar lahan pertanian pernah terjadi pada 2014.