Modifikasi Cuaca di Jateng Cegah Perluasan Dampak Bencana
Kesiapan infrastruktur sumber daya air perlu dipastikan karena cuaca buruk diperkirakan masih membayangi Jateng hingga beberapa hari ke depan. Patroli untuk memetakan tanggul kritis juga diharapkan bisa digiatkan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·5 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Cuaca buruk diperkirakan masih terjadi di berbagai wilayah di Jawa Tengah, setidaknya hingga Minggu (8/1/2023). Untuk mencegah dampak bencana meluas, teknologi modifikasi cuaca telah dilakukan. Pemerintah kabupaten/kota diminta bersiaga dan memastikan kesiapan infrastruktur sumber daya air di wilayahnya masing-masing.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, cuaca buruk masih akan melanda Jateng, setidaknya hingga sepekan mendatang. Pada Selasa (3/1/2023), Jateng diperkirakan dilanda hujan sedang hingga lebat. Intensitas hujan lalu turun menjadi ringan hingga sedang pada Rabu (4/1). Kemudian, pada Kamis-Minggu (5-8/1), hujan kembali turun dengan intensitas sedang hingga lebat.
Angin kencang, rob, dan gelombang tinggi, juga patut diwaspadai hingga beberapa hari ke depan. Angin kencang berpotensi terjadi dengan kecepatan hingga 36 knot atau sekitar 60 kilometer per jam. Sementara itu, rob rawan terjadi di kawasan pesisir utara hingga 15 Januari. Adapun gelombang tinggi pada perairan utara dan selatan Jateng juga diperkirakan mencapai 4 meter.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, di sela-sela rapat koordinasi penanganan bencana Jateng di Kota Semarang, Senin (2/1/2023), mengatakan, kondisi cuaca tersebut dipengaruhi adanya angin dari benua Asia disertai dengan seruakan udara dingin dari dataran tinggi Tibet. Siklon Tropis Ellie dari Australia pun disebut turut mempengaruhi kondisi tersebut.
Untuk mengurangi dampak cuaca buruk, BMKG bersama sejumlah pihak melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). "Ada satu pesawat Casa yang khusus disiapkan untuk melakukan TMC di wilayah Jateng sampai beberapa hari ke depan," ujar Dwikorita.
Dia menambahkan, TMC ini akan memaksa awan hujan segera turun sebelum masuk ke Jateng. "Kalau ini berhasil, semoga tidak terjadi hujan lebat, melainkan hanya hujan sedang atau ringan saja," katanya.
Dwikorita merekomendasikan agar pemerintah daerah memastikan kesiapan infrastruktur sumber daya air untuk menekan dampak cuaca buruk. Tak hanya itu, penataan lingkungan dan pengelolaan sampah juga dinilai perlu dilakukan.
Dwikorita juga melarang upaya pemotongan lereng yang dikhawatirkan bisa memicu bencana. "Selain itu, masyarakat juga perlu rajin mengecek informasi mengenai prakiraan cuaca, terutama masyarakat yang mau bepergian," imbuhnya.
Hingga Senin siang, sejumlah daerah masih melaporkan adanya genangan banjir. Wilayah yang masih terendam banjir, antara lain, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Demak, Kudus, Kendal, Jepara, Pemalang, Brebes, Pati, dan Grobogan. Ribuan orang yang terdampak bencana itu terpaksa mengungsi.
Selain merendam permukiman dan fasilitas publik, banjir juga merendam lahan pertanian masyarakat. Lahan pertanian yang terendam banjir, antara lain, di Grobogan, Jepara, dan Demak. Kondisi itu dikeluhkan para petani di tiga wilayah tersebut.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyebut, sebanyak 13 kabupaten/kota di Jateng telah menetapkan status tanggap darurat bencana. Setelah penetapan status tanggap darurat, pemerintah kabupaten/kota diminta menyiapkan posko penanganan bencana, pengungsian, dapur umum, fasilitas kesehatan, logistik, dan anggaran.
Jebolnya tanggul laut di wilayah Pasirkratonkramat membuat banjir kian parah.
"Untuk logistik dan anggaran, kalau tidak ada, kami bisa membantu. Kalau sudah ada penetapan itu, BNPB baru bisa masuk untuk memberi bantuan. Bagi daerah yang belum menetapkan status tanggap darurat, masih bisa menyusul," ucap Suharyanto.
BNPB juga memberikan bantuan anggaran operasional bagi masing-masing kabupaten/kota sebesar Rp 250 juta. Bantuan logistik berupa beras, mi instan, gula, dan bahan makanan lain senilai Rp 100 juta juga disalurkan. Sementara itu, untuk penanganan bencana di tingkat provinsi juga diberikan bantuan anggaran sebesar Rp 1 miliar.
Tanggul jebol
Dalam rapat koordinasi penanganan bencana, sejumlah bupati/wali kota menyampaikan faktor pemicu banjir, selain cuaca buruk. Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid, misalnya, menyebut jebolnya tanggul laut di wilayah Pasirkratonkramat membuat banjir kian parah. Untuk sementara, tanggul jebol itu ditambal secara darurat menggunakan katong berisi pasir dan tanah.
Selain Kota Pekalongan, jebolnya tanggul juga disebut terjadi di Kendal, Kota Semarang, dan Kudus. "Ada 10 kecamatan di Kendal yang terdampak banjir. Dari jumlah tersebut, beberapa kecamatan yang sebelumnya tidak pernah banjir turut dilanda banjir. Salah satu pemicunya tanggul jebol," ujar Bupati Kendal Dico M Ganinduto.
Sedimentasi sungai dan saluran air juga turut menjadi biang kerok dalam bencana banjir di pantura Jateng. Pendangkalan dilaporkan terjadi di hampir seluruh wilayah di pantura Jateng. Para bupati dan wali kota yang hadir dalam rapat meminta agar segera ada pengerukan dan normalisasi sehingga daya tampung saluran air dan sungai tersebut menjadi lebih banyak.
"Di wilayah Kecamatan Comal langganan banjir karena kedalaman saluran airnya hanya sekitar satu meter. Padahal, ini lokasinya di jalan nasional. Kami rasa perlu segera ada peningkatan kapasitas supaya kalau hujan airnya tidak limpas dan merendam jalan," tutur Pelaksana tugas Bupati Pemalang Mansur Hidayat.
Keterbatasan pompa air juga membuat penanganan banjir tak kunjung rampung. Pelaksana tugas Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu mencontohkan, di daerah aliran Sungai Tenggang di Kaligawe, misalnya, hanya ada enam pompa air yang tersedia. Padahal, idealnya ada 12 pompa air untuk menyedot air di wilayah yang bertahun-tahun menjadi daerah langganan banjir tersebut.
Bupati Demak Eistianah juga meminta penambahan pompa untuk mempercepat penanggulangan banjir di wilayahnya. Hingga Senin, sebanyak 16 desa yang tersebar di tiga kecamatan di Demak masih terendam.
Para bupati dan wali kota juga mengusulkan adanya pembangunan waduk dan embung di wilayahnya. Selain untuk mengendalikan banjir, waduk dan embung itu diharapkan bisa mengairi lahan pertanian saat musim kemarau. Permintaan agar ada pembangunan waduk dan embung datang dari Pati, Kudus, Batang, dan Brebes.
Permintaan penambahan perahu karet ukuran kecil untuk menunjang evakuasi warga yang terjebak banjir juga diusulkan oleh beberapa kabupaten/kota. Selain perahu karet, dapur umum keliling juga diusulkan. Usulan penambahan dapur umum keliling datang dari Bupati Tegal Umi Azizah. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pun langsung menyanggupi permintaan itu dan berjanji segera mengirim perahu karet dan dapur umum ke wilayah-wilayah yang membutuhkan.
Patroli
Ganjar berpesan kepada bupati dan wali kota untuk menggiatkan patroli dalam rangka mengecek kondisi tanggul laut dan tanggul sungai. Tanggul-tanggul yang dalam kondisi kritis diharapkan bisa segera ditambal. Bupati dan wali kota juga diminta menyiapkan keperluan papan dan pangan untuk warga terdampak banjir. Jika ada kekurangan, mereka diminta segera berkomunikasi dengan Pemerintah Provinsi Jateng sehingga bantuan bisa langsung disalurkan dari provinsi.
"Saya juga minta tolong, dekati para nelayan. Kondisi gelombang sedang tinggi, kalau memungkinkan segera buat edaran terkait larangan melaut. Siapkan bantuan pangannya, nanti Pemprov Jateng juga akan bantu," kata Ganjar.