Sistem ”One Gate” Gili Lombok Akan Diaktifkan Kembali
Pemerintah Kabupaten Lombok Utara berencana mengaktifkan kembali sistem satu pintu atau ”one gate system” ke kawasan gili. Pelaku pariwisata mengharapkan kebijakan itu tidak buru-buru diambil.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
TANJUNG, KOMPAS — Sistem one gate atau satu pintu akan kembali diaktifkan di kawasan Gili, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Mengingat gejolak yang muncul saat uji coba Oktober-November 2022, pemangku kebijakan diminta tidak terburu-buru mengambil keputusan terkait sistem tersebut.
Pada Selasa (10/1/2023), kawasan Gili Trawangan, misalnya, masih ramai wisatawan lokal, domestik, dan mancanegara. Mereka datang dari Lombok daratan ataupun dari Bali.
Wisatawan yang datang dari Lombok daratan menggunakan kapal penyeberangan umum atau public boat. Adapun dari Bali menggunakan kapal cepat.
Begitu sampai, wisatawan langsung menuju penginapan masing-masing. Tak berapa lama, mereka keluar menikmati berbagai kegiatan di gili, seperti bersantai di pantai, bersepeda, snorkeling, dan menyelam.
Saat ini, kebijakan sistem one gate atau satu pintu ke kawasan tersebut tidak ada lagi setelah uji coba pada Oktober-November 2022. Maka, wisatawan yang datang dari Bali bisa langsung ke kawasan gili dan kembali ke Bali dari sana.
Dalam catatan Kompas, pada 17 Oktober 2022 hingga awal November 2022, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara menguji coba sistem one gate. Dalam sistem itu, wisatawan dari Bali yang menggunakan kapal cepat tetap turun di kawasan gili, baik Trawangan, Meno, maupun Air.
Namun, saat kembali ke Bali, mereka harus ke Pelabuhan Bangsal, Pemenang (Lombok daratan) terlebih dahulu serta harus menggunakan public boat. Sistem itu langsung menuai protes karena dianggap mengorbankan kenyamanan dan keselamatan wisatawan. Dampaknya, muncul pembatalan kunjungan ke gili.
Setelah dihentikan, muncul wacana untuk mengaktifkan kembali sistem tersebut pada awal Januari 2023. Akan tetapi, muncul penolakan dari pemangku kepentingan.
”Bahkan, sempat ada petisi menolak sistem itu sehingga diundur sampai sekarang,” kata Hadi, salah satu pengelola hotel di gili.
Walakin, pemerintah daerah tetap berencana mengaktifkan kembali sistem tersebut. Oleh karena itu, pada Senin (10/12), Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah bersama Bupati Lombok Utara Djohan Sjamsu berkunjung ke Gili Trawangan.
”Kami sedang mematangkan rencana one gate system (sistem satu pintu) agar daerah sekitar Tiga Gili bisa mendapatkan manfaat dari datangnya wisatawan,” kata Zulkieflimansyah.
Menurut Zulkieflimansyah, sistem satu pintu sangat rasional mengingat kedatangan wisatawan saat ini ke Tiga Gili mencapai 1.500 orang per hari.
”Terkait hal itu, dukungan perbaikan infrastruktur di gili, seperti jalan dan fasilitas umum lainnya, akan terus disempurnakan. Termasuk mematangkan polanya dengan berkonsultasi ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan dukungan regulasi,” kata Zulkieflimansyah.
Djohan juga mengatakan, sistem satu pintu yang akan diusulkan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diyakini bisa ikut menggerakkan roda ekonomi di Tanjung, Pemenang, dan sekitarnya.
Saat ini, pemulihan kawasan pascapandemi di kawasan gili tengah berlangsung. Menurut Andy Hainury, General Manajer La Bella Hotel, Villa and Spa Gili Trawangan, okupansi tempat usahanya sekitar 60 persen.
”Jadi belum, gili belum normal sampai sekarang,” kata Andy.
Oleh karena itu, Andy berharap pemangku kebijakan tidak terburu-buru menerapkan sistem satu pintu. Banyak hal yang harus dibicarakan dan dievaluasi. Jika tetap buru-buru, Andy khawatir justru akan menjadi bumerang bagi pariwisata gili yang baru saja bangkit pascapandemi.
”Saat uji coba kemarin, banyak komplain dari wisatawan. Mereka menilai sistem ini sangat tidak efektif bagi mereka. Terutama karena bagi mereka tidak ada kenyamanan, keamanan, dan ketertiban di sana. Selain itu, banyak tamu yang membatalkan kunjungan seminggu sebelumnya,” kata Andy.
Menurut Andy, sebelum kembali menerapkan sistem tersebut, ada baiknya pemerintah daerah kembali bertemu dengan seluruh pemangku kepentingan.
Selain keselamatan wisatawan saat cuaca buruk, ketersediaan armada public boat dengan jumlah wisatawan yang akan kembali ke Bali (menggunakan satu kapal cepat yang sama) juga harus diperhatikan.
”Juga terkait efisiensi waktu. Tamu membawa barang dan ketika sampai di Bangsal, siapa yang harus membantu. Kalau memakai jasa porter, harus bayar lagi. Belum soal keamanan barang karena ramai,” kata Andy.
Hadi menambahkan, jika sistem satu pintu tetap diterapkan, mereka telah mengantisipasi dengan menyiapkan transportasi sendiri. Misalnya, jika wisatawan dari Bali harus turun di Bangsal dan naik public boat ke Gili dari sana, mereka akan menjemput langsung dengan speed boat.
”Ini bagian dari layanan kami agar tamu nyaman. Kalau tidak nyaman, takutnya berdampak ke kami,” kata Hadi.
Hadi juga berharap, sebelum sistem satu pintu ke Gili diterapkan, infrastruktur pendukung harus benar-benar disiapkan. Juga standar operasional prosedur. ”Tidak boleh terburu-buru karena paling penting adalah keselamatan pelayaran,” kata Hadi.