Gelombang Tinggi, Pelayanan ”Public Boat” ke Gili Dialihkan dari Bangsal ke Ombak Beleq
Gelombang tinggi membuat pelayanan ”public boat” ke Gili yang semula di Pelabuhan Bangsal, Pemenang, dialihkan sementara ke Pelabuhan Ombak Beleq, Tanjung.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
TANJUNG, KOMPAS — Pelayanan penumpang kapal penyeberangan umum atau public boat ke Tiga Gili, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, yang semula di Pelabuhan Bangsal, Pemenang, dialihkan sementara ke Pelabuhan Ombak Beleq, Tanjung. Penyebabnya, gelombang tinggi terjadi di Bangsal, yang selama ini menjadi salah satu pintu masuk wisatawan ke kawasan Gili.
Khairul Khattab, petugas lapangan Koperasi Karya Bahari yang mengelola kapal penyeberangan umum atau public boat Bangsal-Gili, mengatakan, pengalihan mulai dilakukan hari ini, Minggu (1/1/2023).
”Semua public boat baik yang ke Trawangan, Meno, dan Air dialihkan berangkat dari sana. Termasuk (pembelian) tiket sehingga calon penumpang tidak perlu ke Pelabuhan Bangsal lebih dulu,” kata Khattab.
Khattab tidak bisa memastikan berapa lama pengalihan tersebut. Bisa dua hari atau lebih tergantung kondisi gelombang. Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya, bisa sampai tujuh hari.
Khattab menambahkan, pelayanan di Pelabuhan Bangsal, sekitar 24 kilometer utara Mataram, ibu kota NTB itu, masih dibuka. Hanya untuk kapal cepat dan perahu motor cepat (speedboat),operasionalnya tetap bergantung pada cuaca.
”Tadi pagi sampai pukul 13.30 Wita, kapal cepat dan speedboat masih bisa. Namun, setelah itu, gelombang sudah besar lagi,” kata Khattab.
Pantauan Kompas pada Minggu siang, Pelabuhan Bangsal lebih sepi dari hari-hari biasanya. Tidak terlihat antrean di loket pembelian tiket. Terminal keberangkatan kapal penyeberangan umum ke kawasan Gili, yakni Trawangan, Air, dan Meno, juga tampak kosong.
Sepanjang pantai di depan terminal yang menjadi titik keberangkatan juga tidak terlihat ada kapal yang diparkir. Apalagi dengan gelombang pasang yang begitu tinggi dan kuat, bahkan hampir menyentuh pinggir terminal.
Satu-satunya aktivitas yang mencolok di Pelabuhan Bangsal ada di dermaga kapal cepat dan speedboat. Sejak pukul 12.00, masih terlihat penumpang yang datang dan berangkat ke kawasan Gili. Meski demikian, tidak mudah bagi kapal cepat dan speedboat untuk mendekat ke dermaga karena gelombang.
”Untuk kapal cepat dan speedboat, kami tetap antisipasi demi keselamatan pelayaran. Misalnya, penyesuaian kapasitas. Jika biasanya maksimal 20 orang, kami izinkan 10 orang,” kata perwira jaga dan petugas Fasilitas dan Ketertiban Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas II Pemenang, Ersan.
Selain itu, kata Ersan, untuk keselamatan, pihaknya juga terus memperbarui informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Termasuk informasi dari nakhoda kapal yang bisa melihat langsung kondisi cuaca di jalur pelayaran mereka.
Hal itu tidak hanya untuk pelayaran dari Bangsal ke Gili, tetapi juga untuk penyeberangan kapal cepat dari Bali ke Gili.
”Saat ini, kegiatan operasional kapal cepat dari Bali ke Gili tetap berjalan. Namun, kami tetap utamakan keselamatan pelayaran. Tadi, ada kapal dari Nusa Lembongan Bali mau ke Bangsal. Namun, karena ombak besar, mereka balik,” kata Ersan.
Menurut Ersan, pihaknya meminta agar pengelola kapal untuk tidak memaksa berlayar jika kondisi gelombang tidak baik. Jika tetap berangkat, khawatir tidak bisa sampai. Sebaiknya berlindung atau balik ke titik keberangkatan.
Sementara itu, Pelabuhan Ombak Beleq yang berada sekitar 3,8 kilometer utara Pelabuhan Bangsal terpantau ramai. Saat keberangkatan dan kedatangan, pelabuhan dipadati wisatawan.
”Saya tidak biasanya berangkat dari sini. Biasanya di Bangsal. Tadi bingung saat mendapat kabar tidak bisa berangkat dari Bangsal. Saya bisa maklumi karena kondisi gelombang. Demi keselamatan kami juga. Tidak apa-apa sedikit jauh,” kata Naduhin (46), yang ikut proyek pembangunan hotel di Trawangan.
Berbeda dengan di Bangsal, gelombang di Ombak Beleq masih terbilang aman untuk keberangkatan dan kedatangan kapal. Meski demikian, pihak Koperasi Karya Bahari tetap membatasi jumlah penumpang.
”Jika normalnya 40 orang sekali berangkat, sekarang kami kurangi jadi 35 orang. Selain itu, semua fasilitas keselamatan kami siapkan, termasuk life jacket,” kata Khattab.
Terkait gelombang, prakirawan Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, Nur Siti Zulaichah, dalam siaran tertulisnya, mengimbau masyarakat yang tinggal di pesisir untuk waspada, terutama di sekitar area yang berpotensi terjadi gelombang tinggi.
Menurut Nur, masyarakat harus mewaspadai potensi gelombang yang mencapai 2 meter atau lebih pada 1-2 Januari 2023, yaitu di Selat Lombok bagian utara dan selatan, Selat Alas bagian utara dan selatan, perairan utara Sumbawa, Selat Sape bagian utara dan selatan, dan Samudra Hindia selatan NTB.