Bandara Ramah Lingkungan Pertama di Indonesia Terapkan Desain Efisien
Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Jawa Timur, digadang-gadang sebagai bandara ramah lingkungan (”green airport”) pertama di Indonesia. Infrastruktur yang dikelola PT Angkasa Pura II ini memiliki desain modern dan efisien.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Bandar Udara Blimbingsari di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, digadang-gadang sebagai bandara ramah lingkungan atau green airport pertama di Indonesia. Infrastruktur yang dikelola PT Angkasa Pura II ini memiliki desain modern dan efisien dari berbagai aspek.
President Director PT Angkasa Pura (AP II) Muhammad Awaluddin mengatakan, pengembangan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi menjadi green airport tersebut sudah diwujudkan sejalan dengan diraihnya sejumlah penghargaan, di antaranya Aga Khan Awards 2022.
Bandara Banyuwangi dikelola oleh AP II sejak 2017. Pada 2022 Bandara Banyuwangi mendapat Aga Khan Development Network. Blimbingsari dinilai memiliki desain sangat modern dan efisien dalam segala aspek.
Bahkan, bandara di ”Bumi Blambangan”, julukan Banyuwangi, ini menjadi rujukan dalam arsitektur bandara di Tanah Air. Salah satunya karena memiliki sirkulasi udara alami sangat baik sehingga pengunjung atau traveler merasa teduh dan nyaman ketika berada di dalam terminal meski tanpa penyejuk ruangan.
”Tidak seperti bandara-bandara pada umumnya yang mengandalkan penyejuk ruangan, Bandara Banyuwangi memiliki sirkulasi udara alami sangat baik sehingga traveler merasa teduh dan nyaman ketika berada di dalam terminal. Bahkan, atap terminal penumpang seluruhnya ditanami tanaman rumput hijau yang secara rutin dirawat,” ujar Awaluddin dalam pernyataan tertulisnya, Senin (9/1/2023).
Awaluddin menambahkan, desain Bandara Banyuwangi sangat mendukung penerapan teknologi untuk mewujudkan pengalaman perjalanan terbaik (seamless journey experience). Pelaku perjalanan, terutama para generasi milenial menyukai kepraktisan dalam melakukan perjalanan.
Oleh karena itulah, di masa mendatang, Bandara Banyuwangi akan menawarkan fleksibilitas tersebut melalui lebih banyak layanan berbasis teknologi. Salah satunya layanan yang terintegrasi dengan aplikasi Travelin milik AP II.
Kelebihan lain Bandara Banyuwangi, lanjut Awaluddin, adalah sudah menggunakan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) di gedung Airport Rescue & Fire Fighting. Pemanfaatan PLTS merupakan bentuk penggunaan energi baru terbarukan/EBT di lingkungan bandara AP II untuk mengurangi emisi karbon.
Director of Engineering AP II Agus Wialdi mengatakan, PLTS dipasang di atap seluas 600 meter persegi dengan kapasitas 35,1 kilowatt peak. Transportasi udara harus melakukan pengurangan karbon sehingga dapat terus menghubungkan orang, ekonomi, beragam ide, budaya, dan dunia usaha untuk generasi mendatang.
Agus menambahkan, Bandara Banyuwangi mendapat sertifikasi Greenship Existing Building (Green Building) dengan predikat Gold untuk kategori Gedung Terbangun/Existing Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI), lembaga independen yang berkonsentrasi di bidang lingkungan dan energi.
Bandara Banyuwangi telah mengimplementasikan pengoperasian dan praktik-praktik bandar udara ramah lingkungan.
”Sertifikasi ini diraih setelah proses lebih dari satu tahun atau pada Maret 2021 hingga Desember 2022, mencakup dilakukan verifikasi eligibility, audit energi, retro commissioning, onsite verification, dan assessment evaluation atau sidang final,” ujarnya.
Aspek yang dinilai, antara lain, tepat guna lahan (appropriate site development), efisiensi dan konservasi energi (energy efficiency dan conservation/EEC), serta konservasi air (water conservation). Selain itu, sumber dan siklus material (material resource and cycle/MRC), kesehatan dan kenyamanan ruang (indoor health and comfort/IHC), serta manajemen lingkungan bangunan (building environment management/BEM).
Sejalan dengan diraihnya sertifikasi Green Building kategori Gold, maka Bandara Banyuwangi telah mengimplementasikan pengoperasian dan praktik-praktik bandara ramah lingkungan. Selain itu, memiliki tingkat efisiensi dan konservasi energi yang baik.
Bandara Banyuwangi juga telah terdaftar untuk mengikuti penilaian greenship kategori net zero healthy guna membuktikan bandara ini rendah emisi. Hal ini sejalan dengan program global Net Zero Carbon Emissions pada 2050 yang dicetuskan Airport Council International (ACI). Program tersebut mendapat dukungan dalam 41st Assembly of the International Civil Aviation Organization (ICAO) yang berlangsung pada 27 September-4 Oktober 2022 di Montreal, Kanada.
Bandara Banyuwangi juga mengimplementasikan biometric facial recognition untuk otomatisasi alur penumpang (passenger flow). Artinya, saat boarding atau naik pesawat, penumpang menuju gerbang otomatis (autogate) untuk menempelkan tiket (boarding pass) dan kemudian menjalani verifikasi melalui proses biometric facial recognition.
”Apabila boarding pass dan wajah sesuai dengan data, autogate akan terbuka dan penumpang dipersilakan menaiki pesawat,” ucap Agus.
Kuswoyo (45), warga Banyuwangi yang mengantar penumpang ke bandara tersebut mengaku bangga memiliki Bandara Banyuwangi. Pria yang suka melakukan perjalanan dengan pesawat itu mengaku kagum dengan desain bandara yang elegan dan ramah lingkungan.
”Saya sudah bepergian ke sejumlah bandara, seperti Jakarta dan Surabaya. Namun, Bandara Banyuwangi ini memiliki keunikan, sejuk, dan nyaman meski tanpa pendingan udara. Harapannya, frekuensi penerbangan bisa ditambah agar semakin banyak orang yang menikmati fasilitas bandara,” ujar Kuswoyo.