Minimnya Daerah Resapan dan Sedimentasi Sungai Perparah Banjir di Tegal
Hujan lebat yang masih terus terjadi di Jateng memicu banjir di Tegal, Kudus, dan Pekalongan. Daya dukung lingkungan yang tidak memadai turut memperparah banjir tersebut.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Tujuh kecamatan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dilanda banjir akibat hujan lebat pada Rabu (4/1/2023) hingga Kamis (5/1/2023). Selain membuat ribuan rumah terendam, banjir juga mengganggu perjalanan kereta api. Sedimentasi di tiga sungai dan minimnya daerah resapan air turut memperparah banjir.
Banjir di Tegal, antara lain, melanda sejumlah desa yang ada di Kecamatan Lebaksiu, Balapulang, Adiwerna, Dukuhturi, Warureja, Kramat, dan Suradadi. Banjir dengan ketinggian 10-70 sentimeter (cm) itu mulai merendam permukiman pada Rabu sekitar pukul 16.30. Pada Kamis petang, banjir berangsur surut.
Bupati Tegal Umi Azizah mengatakan, banjir paling parah terjadi di Desa Sidaharja, Kecamatan Suradadi. Di desa itu, sebanyak 1.550 rumah yang ditinggali lebih dari 6.000 jiwa terendam banjir sekitar 50 cm.
Menurut Umi, banjir di wilayahnya terjadi lantaran hujan deras yang turun pada Rabu petang hingga malam. Dampak banjir menjadi kian parah karena terjadi sedimentasi di Sungai Rambut, Cacaban, dan Pekijingan. Sedimentasi membuat debit air hujan tidak mampu ditampung oleh sungai sehingga air meluap.
”Solusinya adalah normalisasi. Kami sudah mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jateng terkait normalisasi di tiga sungai tersebut. Kami memahami jika banyak sungai yang mesti dinormalisasi, harapan kami semoga bisa segera ditangani,” kata Umi.
Sembari menunggu realisasi normalisasi sungai, Umi berharap masyarakat tidak memperparah sedimentasi sungai. Salah satunya dengan tidak membuang sampah ke sungai. Selain sungai, Umi juga meminta agar kebersihan saluran air dijaga. Saluran air yang mampet diharapkan bisa segera dibersihkan sehingga air di permukiman bisa mengalir dengan lancar ke sungai.
Umi menyebut, minimnya daerah resapan air juga turut memperparah kondisi banjir. Hal itu karena daerah-daerah resapan air berubah menjadi bangunan-bangunan perumahan. Umi pun meminta masyarakat untuk membuat sumur resapan di lingkungannya untuk mencegah genangan saat hujan deras turun.
Dampak banjir menjadi kian parah karena terjadi sedimentasi di Sungai Rambut, Cacaban, dan Pekijingan.
”Di daerah hulu juga mesti ada upaya penanaman tumbuhan berbatang keras. Tumbuhan berbatang keras bisa menyerap air lebih banyak,” kata Umi.
Pemerintah Kabupaten Tegal juga telah membentuk satuan tugas kesiapsiagaan bencana di setiap kecamatan. Satuan tugas itu diisi oleh petugas dari berbagai instansi. Tugas mereka untuk melakukan pencegahan dan penanganan bencana di wilayahnya.
Tak hanya merendam permukiman, banjir juga turut menggerus landasan bawah rel kereta api. Landasan yang tergerus berada pada petak jalan Stasiun Prupuk-Slawi dengan panjang gerusan sekitar 15 meter. Kondisi itu membuat rel tidak bisa dilalui kereta.
Akibat kejadian itu, sejumlah perjalanan kereta api penumpang dan kereta api barang, seperti Kereta 187 Joglosemarkerto relasi Stasiun Purwokerto-Semarang Tawang, Kereta Barang 2624A Gamao Tanker, dan Kereta Barang 2639 Gamao Tanker, terganggu.
Demi keamanan, kereta-kereta itu diubah pola operasinya dengan melewati rute memutar melalui Stasiun Cirebon Prujakan menuju Stasiun Tegal.
”Setelah kejadian itu, PT KAI langsung melakukan upaya pemulihan jalur. Sejak Rabu pukul 21.00, rel yang tadinya tidak dapat dilalui dinyatakan sudah dapat dilalui dengan batas kecepatan 5 kilometer per jam. Kini, jalur sudah bisa dilalui dengan normal,” ujar Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi V Purwokerto Krisbiyantoro.
Mengungsi
Banjir juga masih menggenangi 28 desa yang tersebar di lima kecamatan di Kabupaten Kudus, Jateng, Kamis. Banjir yang terjadi sejak Rabu (28/12/2022) itu membuat 7.945 hektar lahan pertanian dan belasan ribu rumah terendam. Akibatnya, sebanyak 907 orang mengungsi di sembilan titik.
”Banjir tidak kunjung surut karena curah hujan di Kudus masih tinggi. Kondisi itu membuat debit Sungai Wulan yang mengalami pendangkalan meluap,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus Mundir.
Pemerintah setempat berupaya mengurangi genangan dengan mengerahkan pompa air milik pemerintah dan swasta. Penguatan juga telah dilakukan untuk menekan risiko jebolnya tanggul sungai.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, hujan dengan intensitas lebat masih akan mengguyur Jateng setidaknya hingga Minggu (8/1/2023). Informasi tersebut. menurut Mundir. telah disampaikan kepada masyarakat.
Oleh karena itu, Mundir mengimbau masyarakat terdampak untuk mau mengungsi. Sebab, masih ada sejumlah warga yang menolak mengungsi meski rumahnya digenangi banjir dengan ketinggian 50 cm. Alasannya, mereka ingin menjaga rumahnya.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, Jateng, sebanyak 487 warga yang terdampak banjir juga masih mengungsi. Pengungsi yang seluruhnya merupakan warga Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat itu mengungsi di 13 titik pengungsian.
”Jumlah pengungsi hari ini sudah jauh lebih sedikit dibanding jumlah pengungsi kemarin yang sebanyak 918 orang. Hal itu karena sebagian pengungsi sudah kembali ke rumahnya masing-masing untuk membersihkan rumah. Di beberapa titik, banjir berangsur surut," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha, Kamis.