Tedampak Banjir, Ratusan Sekolah di Pantura Jateng Belajar Daring
Siswa dan guru di sejumlah kabupaten/kota di pantura Jateng harus kembali belajar daring lantaran sekolah mereka terendam banjir. Di Kota Pekalongan, sejumlah sekolah juga dijadikan tempat pengungsian.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Banjir di sejumlah daerah di wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah turut merendam ratusan sekolah di wilayah tersebut. Akibatnya, proses belajar-mengajar dilakukan dalam jaringan atau daring. Pembelajaran daring akan dilakukan sampai situasi kembali aman.
Di Kota Semarang, banjir mengakibatkan 146 sekolah terendam. Jumlah itu terdiri dari 39 unit sekolah tingkat pendidikan usia dini dan taman kanak-kanak, 83 unit sekolah dasar, dan 24 unit sekolah menengah pertama.
SMP Negeri 20 Semarang di Kecamatan Genuk merupakan salah satu yang terendam banjir. Pada Senin (2/1/2023), ketinggian air yang merendam sekolah itu sekitar 15 sentimeter (cm). Kondisi itu disebut lebih baik dibandingkan ketinggian air pada Minggu (1/1/2023), yakni 25 cm. Ini merupakan peristiwa kedua setelah pada 2021 sekolah itu juga terendam banjir.
”Kemarin sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Semarang dan diberi solusi untuk melakukan pembelajaran secara daring, setidaknya sampai tiga hari ke depan. Guru diminta tetap melakukan pembelajaran sembari memantau kondisi siswa,” kata Koordinator Administrasi Tata Usaha SMPN 20 Semarang Santi Ninasari, Senin.
Hingga kini, SMPN 20 Semarang belum memastikan kerugian yang ditanggung akibat banjir. Namun, sebagian besar barang, terutama dokumen-dokumen penting dan alat elektronik, sudah dipindah ke tempat yang lebih tinggi sejak pertengahan Desember. Hal itu dilakukan pihak sekolah sebagai bentuk antisipasi cuaca buruk.
”Kerugian yang sudah tampak adalah instalasi listrik kami yang terendam. Besok akan dicek dulu. Kalau sudah dipastikan aman, baru akan dipakai untuk beraktivitas. Sementara ini, listrik di sekitar sekolah masih dimatikan akibat kemarin ada kejadian orang tersetrum sampai meninggal,” kata Santi.
Di Kabupaten Demak, pembelajaran daring juga dilakukan di sejumlah sekolah di tiga kecamatan meliputi Sayung, Bonang, dan Demak. Sekolah yang melakukan pembelajaran secara daring terdiri atas berbagai tingkatan, mulai dari SD hingga SMP.
”Selain siswa yang sekolahnya terendam air, siswa yang akses dari rumahnya menuju sekolah terendam air juga diperbolehkan melakukan pembelajaran daring. Demi kesehatan dan keselamatan siswa, hal tersebut kami izinkan,” ucap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Demak Subkhan.
Subkhan berharap banjir segera surut sehingga proses pembelajaran semester genap di wilayahnya bisa dilakukan secara luring. Pembelajaran luring disebut Subkhan lebih efektif dan menyenangkan untuk siswa.
Pengungsian
Di Kota Pekalongan, sejumlah sekolah dari tingkat TK sampai SMP di Kecamatan Pekalongan Timur, Pekalongan Barat, dan Pekalongan Utara juga melakukan pembelajaran daring karena bangunannya masih terendam banjir. Sejumlah sekolah di Pekalongan Barat yang tidak terendam banjir juga melakukan pembelajaran daring karena bangunan sekolah dijadikan tempat pengungsian warga.
Kondisi para siswa di pengungsian tetap diperhatikan.
Salah satu sekolah yang menjadi tempat pengungsian adalah SD Negeri 4 Klego di Kecamatan Pekalongan Barat. ”Kami persilakan karena itu bagian dari misi kemanusiaan. Kebetulan, siswa dan guru juga terhambat aksesnya menuju sekolah karena banjir,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekalongan Zainul Hakim.
Menurut Zainul, pembelajaran daring akan diberlakukan sampai sekolah tidak lagi terendam dan para pengungsi kembali ke rumah. Hal itu dinilai tidak akan menjadi masalah karena siswa dan guru di Kota Pekalongan sudah terbiasa belajar daring sejak awal pandemi Covid-19 tahun 2020.
Zainul menambahkan, kondisi para siswa di pengungsian tetap diperhatikan. Ini, salah satunya, dengan cara dibantu untuk pemulihan trauma yang mungkin terjadi akibat bencana tersebut.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Pekalongan, ada 1.964 orang yang mengungsi lantaran terdampak banjir. Mereka tersebar di 30 titik pengungsian di tiga kecamatan.