Pelayaran dari Kupang dihentikan akibat gelombang tinggi yang mencapai 6 meter.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Demi keselamatan, otoritas Pelabuhan Tenau Kupang kembali memperpanjang larangan berlayar dari Kupang ke sejumlah daerah. Pelayaran dari pelabuhan terbesar di Nusa Tenggara Timur itu lumpuh selama lebih dari satu pekan terakhir akibat gelombang tinggi.
Kapal yang diperbolehkan berlayar hanya kapal milik PT Pelni yang berukuran belasan ribu gross ton. Namun, kapal-kapal itu hanya menyinggahi setiap pelabuhan sekali dalam dua minggu sehingga terjadi penumpukan penumpang di sejumlah pelabuhan.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Kupang Hendrik Kurnia, dalam edarannya pada Selasa (2/1/2023), mengimbau para nakhoda kapal penumpang, kapal cepat, kapal niaga, dan kapal jenis yang lain agar tidak berlayar. Aktivitas pelayaran menunggu gelombang reda.
Sementara itu, bagi kapal berukuran besar yang cukup aman melakukan pelayaran, diimbau untuk memastikan kapal dalam kondisi laik. Selain itu, alat keselamatan di atas kapal dalam kondisi baik dan cukup untuk kebutuhan semua penumpang.
"Memastikan pemantauan kondisi cuaca sekurang-kurangnya enam jam sebelum permohonan penerbitan surat izin berlayar, " tulis Hendrik yang mengingatkan keselamatan pelayaran tidak bisa ditawar-tawar.
Pelabuhan Tenau merupakan pelabuhan terbesar di NTT. Selain disinggahi enam kapal Pelni berukuran besar, pelabuhan itu juga menjadi pangkalan bagi semua kapal perintis dan feri yang dikelola PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP).
Pelabuhan Tenau juga menjadi pelabuhan peti kemas terbesar di NTT. Barang yang masuk ke NTT sebagian besar melalui pelabuhan itu kemudian didistribusikan ke enam kabupaten di Pulau Timor, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Sabu Raijua, dan empat kabupaten di Pulau Sumba. Bahkan, sebagian barang kemudian diekspor ke negara tetangga Timor Leste melalui jalur darat. Selama cuaca buruk ini, tidak ada kapal pengangkut peti kemas yang masuk ke Pelabuhan Tenau.
Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang melaporkan, gelombang yang melanda perairan di NTT mulai dari ketinggian 1,25 meter hingga 6 meter. Gelombang 6 meter terjadi di selatan Kupang dan Laut Sawu, jalur pelayaran yang dilewati semua kapal yang masuk Kupang.
Penumpang KM Sabuk Nusantara 87 diangkut ke Pulau Sermata, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku pada Kamis (29/12/2022). Kapal yang dioperasikan PT Pelni itu tengah berlindung dari gelombang tinggi.
Kondisi itu diperkirakan masih berlangsung hingga 5 Januari. Gelombang tinggi disebabkan angin kencang yang berembus dari arah barat dengan kecepatan hingga 25 knot atau 46,3 kilometer per jam.
Menurut Kepala Stasiun Meteorologi Eltari Kupang Agung S Abadi, angin kencang disebabkan awan cumulonimbus. Angin kencang juga dipicu tekanan rendah di Australia sehingga terjadi aliran massa udara ke sana melalui wilayah NTT.
Hingga kini belum diketahui sampai kapan gelombang tinggi mereda. Nakhoda Kapal Perintis KM Sabuk Nusantara 67 Petrus Parapaga melaporkan, rencana pelayaran pada 3 Januari akan ditunda hingga cuaca membaik. Kapal tersebut berlabuh di Kupang.
Kapal perintis itu melayani sejumlah wilayah di NTT dan Kepulauan Maluku. Total 28 titik persinggahan yang semuanya tergolong wilayah terpencil dan pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negara Australia dan Timor Leste. Kapal perintis menjadi tulang punggung transportasi ke daerah itu. "Semua kapal perintis yang melayani ke sana juga tidak beroperasi akibat cuaca buruk. Masyarakat pengguna kapal tentu tahu kondisi ini," ujar Petrus.