Kembangkan Energi Biomassa dan Kendaraan Listrik, Upaya NTB Menuju Karbon Netral 2050
NTB berambisi bisa mewujudkan karbon netral pada 2050 atau lebih awal 10 tahun dari target nasional di 2060. Sederat upaya dilakukan bekerja sama dengan PLN, seperti pengembangan energi biomassa hingga kendaraan listrik.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Provinsi Nusa Tenggara Barat menargetkan bisa mewujudkan net zero emission atau karbon netral pada tahun 2050. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai target tersebut, misalnya bekerj sama dengan Perusahaan Listrik Negara untuk mengembangkan energi biomassa sebagai subtitusi batubara dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Hal itu mengemuka dalam acara Penandatanganan Kesepakatan Bersama Kerja Sama Pengembangan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Biomassa dan Implementasi, dan Pengembangan Teknologi Kendaraan Listrik Menuju NTB Zero Emission 2050 di Mataram, Selasa (27/12/2022).
Hadir dalam acara yang berlangsung di Hotel Santika Mataram itu antara lain Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB Sudjarwo.
Sudjarwo mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung Pemerintah Provinsi NTB dalam mewujudkan net zero emission.
”NTB mempunyai misi untuk mempercepat net zero emission. Kalau secara nasional 2060, NTB merencakan di 2050 sudah mampu mencapai hal itu. Dalam hal ini, PLN siap mendukung,” kata Sudjarwo.
Menurut dia, dari sisi hulu di NTB, pembangkit terbesar dan termurah adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Bahan bakar PLTU sudah pasti menggunakan non-green energy atau bukan energi hijau.
Menurut Sudjarwo, terkait kondisi di hulu teresbut, muncul tantangan di mana pemerintah atau pemangku kepentingan meminta PLN melakukan early retirement PLTU atau pensiun dini PLTU berbahan bakar batubara.
Transisi
”Namun, kami menerjemahkan itu menjadi transisi dari batubara ke biomassa. Dengan demikian, itu akan memberikan manfaat yang lebih, seperti dampak ekonomi ke masyarakat di NTB, sekaligus mewujudkan cita-cita net zero emission tersebut,” kata Sudjarwo.
Dalam catatan Kompas, transisi dari batubara ke biomassa di NTB telah mulai dilakukan, baik di PLTU di Lombok maupun di Pulau Sumbawa.
Di Lombok, co-firing atau subtitusi batubara dengan energi biomassa mulai diuji coba di PLTU Jeranjang, Lombok Barat, sejak 2019. Lalu mulai digunakan sejak Desember 2020. Ada tiga bahan biomassa yang semula digunakan, yakni sampah, serbuk kayu, dan sekam padi.
Pengolahan bahan biomassa sampah dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok di Lombok Barat. Mereka bisa memproduksi 200-600 kilogram biomassa sampah setiap hari atau sekitar 5 ton dalam sebulan.
Sementara serbuk gergaji berasal dari sekitar 100 titik pengolahan kayu di Lombok Barat, seperti Narmada, Sekotong, Kediri, dan Gunungsari. Dalam seminggu, produksi serbuk kayu 10-13 ton atau 100 ton per bulan untuk PLTU Jeranjang.
Adapun sekam padi] diuji coba dua bulan, tetapi tidak dilanjutkan karena terkendala bahan baku yang musiman (Kompas, 19/10/2021).
Adapun di Sumbawa, kata Sudjarwo, pihaknya telah menguji coba satu unit PLTU Sumbawa 100 persen menggunakan biomassa bonggol jagung.
”Kami juga sedang meningkatkan untuk pasokan kesiapan biomassa. Hal itu karena tantangan terbesar dalam melaksanakan subtitusi tersebut adalah ketersediaan bahan baku yang berkelanjutan,” katanya.
Namun, kami menerjemahkan itu menjadi transisi dari batubara ke biomassa. (Sudjarwo)
Sementara di sisi hilir, kata Sudjarwo, mereka juga telah menyiapkan infrastruktur pendukung dalam mewujudkan zero emission. Misalnya untuk kendaraan listrik, PLN UIW NTB telah meresmikan enam dari sembilan traget stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di NTB.
Enam SPKLU yang telah diresmikan berada di kantor PLN Unit Layanan Pelanggan Selong, Lombok Timur, dengan daya 7 kilowatt, kantor PLN UIW NTB (25 kW), kantor Dinas Perhubungan NTB (50 kW), dan kantor Gubernur NTB (7 kW).
SPKLU juga ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) 3 Mataram (7 kW) dan Hotel Santika Mataram (50 kW). Satu lagi yang akan diresmikan di perumahan Grand Natura dengan daya 50 kW. Adapun dua SPKLU lainnya akan didatangkan dari Bali yang sebelumnya digunakan untuk KTT G20.
”Upaya lainnya adalah melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ke SMKN 3 Mataram untuk konversi sepeda motor bermesin bahan bakar menjadi kendaraan listrik,” kata Sudjarwo.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah menambahkan, target Karbon Netral 2050 NTB adalah proyek yang ambisius. Apalagi lebih cepat sepuluh tahun dibandingkan target Indonesia, yakni 2060.
Meski demikian, menurut Zulkieflimansyah, ia optimistis akan selalu ada jalan. Apalagi dukungan berbagai pihak. Misalnya saat NTB mencanangkan Karbon Netral 2050 pada Konferensi Perubahan Iklim 2021 di Glasgow, Skotlandia. NTB saat itu diwakili Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalillah.
Dalam kesempatan itu, kata Zulkieflimansyah, banyak negara yang tertarik untuk ambil bagian dalam pengembangan energi hijau di NTB. Seperti Denmark, Swedia, dan Norwegia.
Dukungan PLN, kata Zulkieflimansyah, juga patut diapresiasi. Kerja sama pengembangan energi biomassa, termasuk peresmian SPKLU, merupakan bagian yang penting dalam mencapai target NTB tersebut.