Gelombang Tinggi Landa NTT, Sejumlah Pelayaran Dihentikan
Perairan NTT dilanda gelombang tinggi. Kapal Pelni yang berukuran belasan gros ton jadi andalan di tengah cuaca buruk.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Gelombang tinggi melanda hampir seluruh wilayah perairan di Nusa Tenggara Timur. Demi keselamatan, sejumlah pelayaran di daerah itu dihentikan untuk sementara. Cuaca buruk diperkirakan masih berlangsung hingga awal tahun 2023.
Menurut informasi yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Selasa (27/12/2022), tinggi gelombang di perairan NTT berkisar dari 1,25 meter hingga 3 meter. Gelombang dibangkitkan oleh angin dengan kecepatan hingga 30 knot atau 55,6 kilometer per jam.
Melalui situs resminya, BMKG menyarankan feri tidak boleh berlayar jika tinggi gelombang sudah mencapai 2,5 meter. Cuaca buruk itu diprediksi hingga awal tahun. Pantauan di Pelabuhan Bolok Kupang, sejumlah feri berlabuh. Tak ada aktivitas pelayaran.
Padahal, feri merupakan transportasi andalan di wilayah NTT. Terhentinya pelayaran feri menyebabkan mobilitas penumpang dan barang tersendat. ”Kami tunggu saja sampai gelombang reda karena hanya feri yang bisa angkut kendaraan,” kata Rendi (35), sopir truk ekspedisi.
Truk itu akan menggunakan ferri dari Kupang ke Larantuka di Kabupaten Flores Timur. Selanjutnya, truk akan bergerak ke Maumere, Kabupaten Sikka, dan ke beberapa kabupaten lain di Pulau Flores. Truk ekspedisi membawa muatan berbagai bahan kebutuhan dan bahan bangunan.
Dihantam gelombang
Pantauan Kompas dari Pelabuhan Tenau Kupang, di tengah gelombang tinggi, kapal perintis KM Sabuk Nusantara 67 tiba dan menurunkan penumpang serta barang. Kapal tersebut berlayar dari sejumlah pulau di sisi selatan Maluku.
Nakhoda KM Sabuk Nusantara 67, Petrus Parapaga, menuturkan, kapal tersebut dihantam gelombang tinggi selama tiga jam selepas dari Pulau Lirang, Maluku, menuju Pulau Timor, NTT. Arah datang gelombang berlawanan dengan arah kapal yang belayar dari timur ke barat.
”Gelombang pukul kapal dari samping. Kapal oleng dengan kemiringan hingga 15 derajat,” ujarnya. Gelombang tinggi itu menyebabkan laju kapal diturunkan sehingga waktu tiba di Kupang mengalami keterlambatan hingga 7 jam dari jadwal.
Kepala PT Pelni Cabang Kupang Antonius Lumbangaol menjelaskan, kapal yang dioperasikan PT Pelni akan menjadi solusi ketika banyak feri atau kapal perintis tidak berlayar akibat cuaca buruk. Kapal Pelni berukuran belasan ribu gros ton masih tetap berlayar.
Dalam waktu dekat, PT Pelni menambah satu kapal ke wilayah NTT. Kapal tersebut adalah KM Lambelu yang akan berlayar dari Nunukan, Kalimantan Utara, pada 1 Januari 2023. Penambahan kapal untuk mengantisipasi lonjakan arus balik.
KM Lembalu melayani empat kota di NTT, yakni Maumere, Larantuka, Lembata, dan Kota Kupang. Rute yang dilewati merupakan jalur mudik Natal paling ramai di NTT. Pada puncak mudik 22 Desember 2022, sebanyak 2.000 orang keluar dari Kupang menggunakan satu kapal.