Kisah kelahiran Yesus semestinya menjadi kisah inspiratif bagi setiap orang agar semakin yakin dan percaya pada kuasa Allah. Umat diharapkan juga semakin kreatif dalam menjalani hidup.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
Jauh dari gambaran tentang kisah kelahiran penyelamat dunia yang semestinya terjadi di tempat terhormat, kelahiran Yesus Kristus di kandang domba menunjukkan bahwa Allah selalu memiliki jalan-Nya sendiri. Kisah kelahiran ini semestinya menjadi kisah inspiratif bagi segenap umat manusia dalam menjalani hidup.
”Sama seperti Allah yang selalu menemukan jalan baru, meleset dari gambaran masyarakat umum, kita, umat manusia semestinya juga mampu kreatif, selalu menemukan cara baru dalam menjalani hidup,” ujar Romo Patricius Hartono Pr dalam homili misa malam Natal di Gereja St Ignatius, Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (24/12/2022).
Dalam istilah masa kini, menurut dia, kisah kelahiran Yesus ibarat ”prank” bagi segenap umat. Mengejutkan karena hanya terjadi di kandang domba. Mengagetkan karena berita kelahiran Yesus hanya menjadi cerita sunyi yang ketika itu disebarluaskan oleh segelintir orang dari kalangan gembala.
Namun, Romo Patricius mengatakan, kisah ini semestinya juga mengajarkan kepada segenap umat untuk lebih kreatif dan belajar melihat kuasa Allah dalam berbagai bentuk. ”Allah memang besar, namun bukan berarti Dia tidak bisa hadir dalam bentuk kecil. Kuasa Allah memang dahsyat, namun hal itu juga bukan berarti kuasa-Nya tidak mungkin hadir dalam kesakitan dan kematian,” ujarnya.
Cukuplah yakin bahwa Tuhan memiliki 1.001 cara untuk menjawab semua doa-doa Anda.
Oleh karena itu, menurut dia, umat pun diharapkan tidak gampang putus asa atau kecil hati ketika doa-doanya tidak dikabulkan. ”Cukuplah yakin bahwa Tuhan memiliki 1.001 cara untuk menjawab semua doa-doa Anda,” kata Romo Patricius.
Segenap umat, menurut dia, memang terbiasa terjebak dengan gambarannya sendiri. Situasi pandemi, ketika sebagian besar masyarakat terbiasa beraktivitas dengan memakai masker, menjadi salah satu situasi yang membuat orang berimajinasi dengan bayangannya sendiri.
Terbiasa melihat separuh wajah orang lain, masyarakat termasuk dirinya sendiri akhirnya terbiasa membayangkan wajah utuh tanpa masker. Ketika kemudian situasi mulai longgar, dan sebagian orang mulai melepas masker, maka orang-orang di sekitarnya pun mendadak terkejut karena wajah utuh yang dilihat tidak sesuai dengan bayangan sebelumnya.
Hal ini pun, diakui Romo Patricius, dialami oleh dirinya sendiri. ”Bertemu dengan orang-orang yang sebenarnya terbiasa ditemui, saya tiba-tiba merasa asing karena wajah utuh mereka ternyata berbeda dengan gambaran wajah yang saya bayangkan selama dua tahun lebih ini,” ujarnya sembari tertawa.
Namun, dia pun sangat mensyukuri kondisi yang makin membaik dan gereja yang kali ini mulai dipadati umat hingga sebagian di antaranya tidak mendapatkan kursi. Padahal, pada misa perayaan Natal tahun 2020 dan 2021, umat di dalam gereja dibatasi dan masing-masing dari mereka harus duduk dengan menjaga jarak satu sama lain.
Vanti (30), umat asal Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengatakan, sebelumnya, karena kecemasannya terhadap bahaya penularan virus, dia hanya terbiasa mengikuti misa secara daring. Oleh karena itu, dia pun terkejut dan agak takut ketika melihat umat yang hadir di Gereja St Ignatius tampak melimpah ruah.
Namun, pada akhirnya, dia pun mulai membiasakan diri. ”Belakangan, saya justru merasa sukacita karena akhirnya bisa merayakan kemeriahan misa Natal di gereja, sama seperti masa-masa sebelum pandemi,” ujarnya.
Hana (32), umat asal kota Surakarta yang kebetulan sedang singgah berlibur di Kota Magelang, mengatakan, dirinya pun sudah terbiasa dan senang bisa ke gereja dengan membawa dua anaknya yang masih berusia tujuh tahun dan delapan bulan.
”Selain karena kasus Covid-19 yang mulai mereda, saya pun lebih merasa aman karena saya, suami, dan anak saya yang sulung sudah vaksin,” kata Hana.
Sebelumnya, saat anak bungsunya masih berusia kurang dari enam bulan, dia memilih mengikuti misa secara daring. Namun, ketika bayinya beranjak besar dan sudah menjalani imunisasi dasar, dia pun mulai berani mengajak anak bungsunya tersebut ke gereja.