Harga Beras dan Ayam di Jateng Naik, Pemda Lakukan Operasi Pasar
Harga daging ayam ras dan beras merangkak naik jelang Natal dan Tahun Baru. Potensi inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga komoditas tersebut ditekan melalui sejumlah cara.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Harga beras dan ayam di pasar-pasar tradisional di Jawa Tengah terus merangkak naik menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Terkait dengan itu, pemerintah daerah setempat akan melakukan operasi pasar dan subsidi tarif distribusi untuk menjaga stabilitas harga.
Berdasarkan data Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi Jateng, harga rata-rata beras medium pada Kamis (22/12/2022) mencapai Rp 11.240 per kilogram. Besaran itu lebih tinggi dari rata-rata harga sepekan sebelumnya, Rp 10.740 per kg. Harga beras tertinggi berada di Kota Semarang, Rp 12.500 per kg.
Irma (35), pedagang beras di Pasar Peterongan, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, mengatakan, kenaikan harga beras terjadi sejak awal Desember. Kenaikan terjadi pada berbagai jenis beras.
”Kenaikan harga beras seperti ini memang sering terjadi, terutama di akhir tahun. Tapi, kenaikan harga beras tahun ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya, harga beras medium paling mahal Rp 11.750 per kg,” ujar Irma, Kamis.
Menurut Irma, kenaikan harga beras terjadi karena saat ini sedang masa paceklik. Harga beras, diperkirakan Irma, bakal turun seiring panen raya padi pada Januari-Februrari 2023.
Komoditas lain yang harganya merangkak naik adalah daging ayam ras. Pada Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi Jateng, rata-rata harga daging ayam ras di Jateng, Kamis, Rp 33.800 per kg. Harga daging ayam ras tertinggi pada Kamis ada di Kota Tegal, Rp 40.000 per kg.
”Seminggu lalu, harga daging ayam ras masih di kisaran Rp 35.000 per kg. Hari ini sudah tembus Rp 40.000 per kg. Biasanya harga ini bertahan sampai setelah pergantian tahun,” kata Wuriyah (42), pedagang daging ayam di Pasar Kejambon, Kota Tegal.
Wuriyah menuturkan, suplai daging ayam ras ke lapaknya sudah mulai berkurang sejak tiga hari terakhir. Biasanya, Wuriyah mendapatkan paling sedikit 5 kg setiap hari. Tiga hari terakhir, ia hanya mendapatkan 3 kilogram. Selama ini, Wuriyah mendapatkan suplai daging ayam ras dari pemasok asal Kabupaten Tegal dan Pemalang.
”Jelang Natal dan Tahun Baru memang sedang banyak yang butuh daging ayam untuk keperluan perayaan. Jadi, suplier yang biasanya hanya menyuplai daging ayam ke kami harus membagi suplai ke pembeli-pembeli tersebut,” ujarnya.
Kenaikan harga komoditas itu berpotensi memicu kenaikan inflasi. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di kabupaten/kota diminta ikut mencegah kenaikan harga komoditas. Caranya, memantau harga dan pendataan stok bahan kebutuhan pokok.
”Pastikan penerapan harga eceran tertinggi benar-benar terlaksana. Terkait dengan ketersediaan pasokan juga mesti dijaga betul,” ucap Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Jika harga komoditas terpantau sudah melebihi harga eceran tertinggi, Ganjar menyarankan TPID kabupaten/kota melakukan intervensi. Caranya, menggelar operasi pasar murah bekerja sama dengan aparatur sipil negara, perusahaan swasta, ataupun organisasi masyarakat.
Kepala Biro Administrasi Pembangunan Daerah di Sekretariat Daerah Jateng Endi Faiz Effendi mengatakan, pemantauan harga akan dilakukan setiap hari. Selain operasi pasar murah, TPID Jateng juga akan memberikan subsidi untuk menekan kenaikan harga.
”Kami sudah menyiapkan dana APBD dan APBN untuk subsidi. Subsidi ini bisa untuk harga atau transportasi. Dengan ini, pedagang dan distributor tidak perlu menaikkan harga komoditas,” kata Endi.