Atlet Nasional di Lintasan Semarang 10K
Beberapa atlet nasional tertarik mengikuti Semarang 10K sebagai ajang lari penutup tahun. Kehadiran mereka disambut baik oleh para pelari non-atlet. Keberadaan atlet dinilai bisa menambah kemeriahan lomba.
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah atlet nasional turut meramaikan Semarang 10K Powered by Isoplus yang akan digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu (18/12/2022) pagi. Kehadiran mereka membuat suasana lomba menjadi lebih menarik. Rute lari Semarang 10K yang datar juga memungkinkan para pelari meraih catatan waktu terbaiknya.
Salah satu atlet lari nasional yang ikut Semarang 10K adalah Triyaningsih. Pelari asal Kota Semarang itu mengaku tertarik untuk ikut berlari di kota kelahirannya. Selain bisa berkompetisi, dalam kegiatan itu Triyaningsih juga bisa berkumpul dengan teman-temannya.
”Saya pernah ikut Semarang 10K pada tahun 2019. Rutenya bagus karena pelari diajak menyusuri bangunan cagar budaya. Tidak cuma lari saja, tapi pelari juga bisa menikmati pemandangan di sepanjang lintasan," kata Triyaningsih, Sabtu (17/12/2022).
Untuk menghadapi perlombaan, Triyaningsih menjalani program latihan sebanyak 10 sesi dalam sepekan. Meski tak menyebutkan detil catatan waktu yang ingin diraihnya, Triyaningsih berharap bisa meraih season best atau catatan waktu terbaik sepanjang tahun dalam perlombaan tersebut.
Pelari nasional lain yang juga mengikuti Semarang 10K, antara lain, Odekta Naibaho dan Nursodiq. Odekta tertarik mengikuti Semarang 10K tahun ini karena terkesan dengan pengalamannya mengikuti Semarang 10K pada 2019. Pergelaran lari itu disebut Odekta akan menjadi perlombaan penutup tahunnya.
”Target khusus terkait catatan waktu tidak ada. Target saya bisa lari dengan senang. (Bisa) membagikan energi positif ke teman-teman pelari maupun warga yang nantinya memberikan dukungan di sekitar lintasan,” tutur Odekta.
Sama dengan Odekta, Nursodiq juga berencana menjadikan Semarang 10K sebagai lomba penutup di tahun 2022. Ia bahkan menargetkan bisa finis dengan baik dan naik podium. ”Tantangan untuk event ini adalah cuaca Kota Semarang yang panas,” ujarnya.
Kehadiran atlet nasional dalam pergelaran Semarang 10K disambut baik oleh para peserta yang nonatlet. Menurut mereka, keterlibatan atlet nasional bisa membuat situasi perlombaan menjadi lebih menarik.
”Target saya besok bisa memecahkan rekor catatan waktu terbaik pribadi. Keberadaan atlet nasional di lintasan bisa memicu saya untuk meningkatkan pace. Saya juga bisa mendapatkan motivasi agar suatu saat nanti bisa lari sekencang mereka,” ucap Yasinta (27), pelari asal Surabaya, Jawa Timur.
Sejauh ini, catatan waktu terbaik Yasinta dalam 10 kilometer adalah 50 menit. Pada Semarang 10K, Minggu, Yasinta berharap bisa menyelesaikan jarak 10 kilometer dalam waktu 47-48 menit.
Hadirnya atlet nasional di lintasan Semarang 10K juga dinilai biasa oleh Elly Husin, pelari dari komunitas Sekolari Jakarta. Selama ini, Elly mengaku tidak pernah menargetkan bisa naik podium. Baginya, lari merupakan caranya menyehatkan tubuh.
”Saya ingin senang-senang saja di Semarang 10K ini, tidak menargetkan podium atau PB (personal best atau catatan waktu terbaik). Kalau bisa PB senang banget, tapi kalau tidak juga tidak masalah. Yang terpenting lebih baik dari catatan waktu terbaik saat latihan saja,” ujar Elly.
Selain ingin berlari senang-senang di Semarang 10K, Elly juga ingin bisa berwisata kuliner setelah mengikuti lomba. Menurutnya, ia ingin mencicipi lumpia, nasi ayam, dan soto khas Semarang.
Race Director Semarang 10K Lexi Rohi mengatakan, pelari dari berbagai macam level akan bercampur jadi satu dalam perlombaan tersebut. ”Mulai dari pelari yang betul-betul cari podium, yang mau cari pengalaman, sampai yang mencari suasana lari yang asyik, tumplek blek jadi satu. Jadi, situasi lomba akan meriah,” tuturnya.
Menut Lexi, Semarang 10K menawarkan berbagai macam nuansa bagi para pelari, mulai dari nuansa kompetisi, kegembiraan, kebahagiaan, hingga kebersamaan. Tak lupa, tim hore akan dihadirkan di sejumlah titik di sepanjang lintasan lomba untuk memompa semangat para pelari.
Kehadiran peserta anak-anak yang akan berlomba pada kategori Kids Dash juga akan menjadi nuansa baru di Semarang 10K. Nomor lomba yang baru dibuka pada penyelenggaraan tahun ini tersebut untuk memfasilitasi keluarga pelari. ”Misal bapaknya ikut berlari 10K, anaknya bisa ikut Kids Dash. Jadi nuansa kekeluargaannya ada juga,” imbuh Lexi.
Dalam penyelenggaraan yang ketiga, Semarang 10K 2022 akan mengambil rute lari yang mirip dengan rute pada Semarang 10K 2019 dan 2018. Rute lari dijamin steril karena akan ada tim marshal, marshal statis, petugas dinas perhubungan, dan polisi yang ditempatkan di sepanjang lintasan. Petugas medis juga disiagakan di sejumlah titik.
Semarang 10K menawarkan berbagai macam nuansa bagi para pelari, mulai dari nuansa kompetisi, kegembiraan, kebahagiaan, hingga kebersamaan.
Reuni pelari
Untuk menyambut para peserta Semarang 10K, khususnya yang dari luar kota, diadakan sejumlah kegiatan, salah satunya ”Run for Gilo-gilo”. Acara itu diselenggarakan oleh komunitas Semarang Runners. Koordinator "Run for Gilo-gilo" Semarang Dani Aditya Pratama menyampaikan, ajang lari "Run for Gilo-gilo" rutin digelar untuk menyambut para pelari dari berbagai komunitas lari yang hendak mengikuti lomba Semarang 10K.
”Hari ini ada 275 pelari dari 47 komunitas di Indonesia yang menempuh jarak 3,5 kilometer,” kata Pratama yang akrab disapa Tama.
Baca juga : Bersiap Menyusuri Keindahan Semarang Sambil Berlari
Menurut Tama, lari 3,5 kilometer ini juga menjadi kesempatan untuk silahturahmi bagi para pelari serta sekaligus mengenalkan makanan khas Semarang yang dijual di gerobak gilo-gilo. ”Sebenarnya ini untuk silahturahmi. Kalau besok hari H untuk race, kan, sudah balapan dan silahturahminya kurang,” tuturnya.
Budi Hartono (44), penjual gilo-gilo yang sudah berjualan selama 24 tahun di Johar Baru, Semarang, dan dilibatkan dalam acara "Run for Gilo-gilo" ini menyebutkan bahwa gerobak gilo gilo ialah gerobak roda dua untuk berjualan aneka buah, seperti semangka, melon, pepaya, nanas, juga makanan lainnya, seperti gorengan, dan sate. ”Zaman dulu ada orang beli dan memanggil, ’Pak mau beli gilo-gilo atau iki lho, iki lho begitu.’ Ini khas Semarang,” tutur Budi warga Sawah Besar, Semarang.
Budi yang memilik dua unit gerobak gilo-gilo mengaku senang bisa dilibatkan acara ini. Khusus acara ini, barang dagangannya dibeli borongan seharga Rp 1,5 juta. Biasanya Budi per hari bisa menjual 2 kuintal semangka, melon 1 kuintal, pepaya 1 kuintal, bengkoang 40 kilogram. ”Omzet sehari kurang lebih Rp 5 juta,” tutur Budi, yang dibantu ketiga anaknya.
Budi sehari-hari biasa berjualan sejak pukul pukul 08.00 sampai pukul 17.00. ”Saya senang sekali. Alhamdulillah. Hari ini jualan dari pagi sampai siang habis, dapat Rp 5 juta, lalu ditambah pesanan borongan ini,” katanya.
Baca juga : Temu Kangen Pelari di Lintasan Semarang 10K
Rifani (28) dari Komunitas Tegal Runners yang ikut acara lari ini mengaku senang dan baru pertama kali mengikuti ajang lari seperti ini. ”Ajang lari pembuka Semarang 10K ini asyik sehingga saya bisa jadi kenal teman-teman dari sejumlah daerah dan komunitas. Ada yang dari Surabaya, Yogyakarta. Jadi asyiklah bisa menambah teman-teman,” tuturnya.
Rifani juga mengapresiasi rute lari yang menyusuri Kota Lama Semarang yang bernuansa sejarah. ”Dibanding event lain, ini menyusuri sejarah karena menelusuri Kota Lama. Ini cukup menarik. Ini hujan juga jadi asyik banget,” katanya.
Boy Adibrata (35) dari Plyaon Ambyar Nusantara juga mengaku antusias mengikuti ajang pembuka ini. ”Dari kami ada 50 personel. Acara ini sangat fresh hiburan buat kita-kita yang senang olahraga meski cuaca hujan. Happy senang bertemu teman-teman dari berbagai komunitas dan luar kota, satu hobi, menyebarkan virus berlari. Panas hujan bukan rintangan buat hobi,” kata Boy yang berasal dari Semarang.