Tanpa Ada Perhatian Khusus, Generasi Z dan Milenial Berisiko Jadi Beban Masyarakat
Generasi Z dan milenial memerlukan perhatian dan pendampingan khusus agar tidak tumbuh menjadi beban masyarakat.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Mendominasi masyarakat Indonesia di masa kini, kelompok generasi Z dan generasi milenial perlu mendapatkan perhatian khusus. Tanpa ada pendampingan dan penyiapan untuk kelangsungan kehidupan mereka di masa mendatang, kelompok ini justru rentan mendorong munculnya banyak masalah baru di masyarakat.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, segenap masyarakat diharapkan peduli dan mau membantu menyiapkan lapangan kerja, kemampuan, serta kompetensi dari kalangan generasi Z dan generasi milenial.
”Jika kemudian kita sendiri tidak siap mendukung kehidupan generasi Z dan generasi milenial ini, kelompok ini pun nantinya justru berisiko menjadi beban bagi kehidupan masyarakat secara luas,” ujarnya.
Ida menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan dalam acara Konferensi Wilayah XVII Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Tengah dan Konferensi Wilayah XVI Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Tengah di Pondok Pesantren API Syubbanul Wathon di Desa Girikulon, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (16/12/2022).
Dalam hal pendidikan, misalnya, jika kemudian pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan kemajuan teknologi di masa sekarang, kelompok generasi ini nantinya justru berpotensi menjadi bagian dari kelompok pengangguran baru.
Jumlah generasi Z di masyarakat saat ini mencapai 27,94 persen, sedangkan generasi milenial mencapai 25,87 persen. Oleh karena itu, total pesentase kelompok ini di masyarakat Indonesia saat ini mencapai 53,81 persen.
Selama ini, angkatan kerja di Indonesia didominasi kalangan yang berpendidikan SMP ke bawah. Adapun kelompok dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, seperti SMA/SMK, diploma, dan sarjana, justru banyak menganggur. Mempertimbangkan kondisi tersebut, kelompok generasi Z dan generasi milenial harus disiapkan agar tidak terjebak menjadi bagian dari dua kelompok tersebut.
”Kita harus menyiapkan generasi Z dan generasi milenilal agar mereka bisa menjadi kelompok angkatan kerja produktif dengan pendidikan dan kompetensi yang mendukung dan membanggakan,” ujarnya.
Ida mengatakan, generasi Z dan generasi milenial harus terus meningkatkan kemampuan dan kualitas dirinya. Selain dengan berpikir kritis, kreatif, dan penuh inovasi, setiap generasi muda juga harus mau meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi, mau melakukan kolaborasi dengan pihak lain, dan percaya diri dalam melakukan segala aktivitasnya.
KH M Yusuf Chudlori, pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang, mengatakan, untuk menghadapi tantangan zaman di masa sekarang, dalam pendidikan di pondok pesantren, dia pun kini menyiapkan sejumlah jurusan yang akrab dengan teknologi digital, seperti animasi dan teknologi informasi.
Namun, di luar itu, pihaknya juga tetap menyiapkan banyak pilihan jurusan dan pendidikan lain, seperti tata boga dan teknologi pangan.
Dalam hal ini, Yusuf Chdlori yang akrab disapa Gus Yusuf ini mengatakan, dirinya pun tidak menekan para santri untuk menekuni pendidikan tertentu sebagai bekal mereka di masa mendatang.
”Ciri khas generasi Z dan generasi milenial adalah mereka tidak bisa dipaksa. Jadi biarkanlah mereka berkembang sesuai dengan minat masing-masing, dan kami di sini tetap siap untuk mendampingi,” ujarnya.
Namun, sebagai bekal untuk berkembang di masa mendatang, Gus Yusuf selalu berpesan kepada para santrinya untuk selalu mau membuka relasi, mengembangkankan jaringan pergaulan dengan siapa saja.