Produksi Padi Turun, Beras Lokal Banjar Turut Picu Inflasi
Penurunan produksi padi di Kalimantan Selatan memicu kenaikan harga beras di pasaran, terutama beras lokal Banjar. Peningkatan produksi padi harus digenjot kembali supaya harga beras bisa terkendali.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Penurunan produksi padi di Kalimantan Selatan tahun ini menimbulkan gejolak harga beras di pasaran, terutama beras lokal Banjar. Harga beras lokal yang terus bergerak naik selama beberapa bulan terakhir turut memicu inflasi. Peningkatan produksi padi harus digenjot kembali supaya harga beras bisa terkendali.
Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalsel, pada November 2022 terjadi inflasi sebesar 7,06 persen secara tahunan atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 115,87 pada Oktober 2021 menjadi 116,34 pada November 2022. Tingkat inflasi bulanan sebesar 0,40 persen dan tingkat inflasi tahun kalender 2022 sebesar 6,26 persen. Penyumbang andil inflasi terbesar, antara lain, beras, ikan gabus, bawang merah, telur ayam ras, dan tarif rekreasi.
Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Kalsel Rudy M Harahap mengatakan, tingkat inflasi Kalsel telah melewati batas toleransi inflasi sebesar 4 persen. Tingginya harga beras lokal Banjar jenis Siam atau Unus di pasaran menjadi pendorong kenaikan inflasi tersebut.
”Berdasarkan temuan BPKP, salah satu penyebab tingginya harga beras lokal Banjar ialah menurunnya produksi padi akibat berkurangnya luas tambah tanam padi di Kalsel,” katanya lewat siaran pers di Banjarmasin, Kamis (15/12/2022).
Rudy mengemukakan, luas tambah tanam padi di Kalsel pada 2022 menurun 90.107 hektar atau 16,83 persen apabila dibandingkan dengan luas tambah tanam padi tahun 2021. Penurunan luas tanam itu mengakibatkan produksi padi pada 2022 juga menurun 159.985,77 ton gabah kering giling atau 15,74 persen jika dibandingkan dengan produksi padi tahun 2021.
”Penyebab utama turunnya luas tambah tanam padi adalah saluran air yang tidak dibersihkan oleh instansi yang bertanggung jawab sehingga lahan pertanian tergenang terus,” ujarnya.
Tren kenaikan harga komoditas beras lokal di tingkat produsen dan pengecer terjadi mulai Juni sampai September 2022.
Penurunan luas tambah tanam dan produksi padi memicu kenaikan harga beras lokal Banjar di pasaran. Berdasarkan pantauan Perum Bulog Divisi Regional Kalsel, harga beras lokal Banjar rata-rata sudah di atas Rp 15.000 per kilogram, bahkan ada yang menembus hingga Rp 20.000 per kg.
”Tren kenaikan harga komoditas beras lokal di tingkat produsen dan pengecer terjadi mulai Juni sampai September 2022. Kondisi tahun ini berbanding terbalik dengan kondisi tahun 2021 yang justru mengalami tren penurunan harga,” ungkap Rudy.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalsel Muhammad Imron Rosidi mengemukakan, kenaikan harga beras lokal Banjar sudah di atas Rp 1.000 per kg, bahkan mencapai Rp 3.000 per kg. Harga itu terus naik karena suplainya kurang. ”Padi lokal hanya panen setahun sekali. Tahun ini banyak yang gagal panen akibat serangan hama tungro,” katanya.
Rudy mengatakan, rencana aksi harus segera dirumuskan untuk memitigasi risiko dan meningkatkan produksi padi di Kalsel. Di samping itu, harus ada juga langkah konkret untuk mengefektifkan pendistribusian beras di Kalsel. ”Target penurunan inflasi di Kalsel melalui peningkatan produksi beras berisiko tidak tercapai jika integrasi program lintas instansi pusat dan daerah tidak dilakukan,” ujarnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Syamsir Rahman menyebutkan, beberapa rencana aksi yang disiapkan adalah penambahan anggaran untuk pemberian bantuan benih unggul dari APBD Kalsel tahun anggaran 2023, penyediaan dana talangan untuk operasi pasar di kabupaten/kota, dan perluasan program tanam padi apung.
”Masyarakat juga perlu diedukasi agar bisa mengubah perilaku konsumsinya dari beras lokal ke beras unggul,” ujarnya.
Di samping itu, menurut Syamsir, perbaikan infrastruktur pertanian juga harus dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi padi. Harus segera diidentifikasi seluruh jaringan irigasi yang tersumbat, para penanggung jawabnya, dan relokasi anggaran untuk perbaikan jaringan irigasi yang tersumbat. ”Perbaikan jalan usaha tani juga harus dilakukan,” ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel Birhasani menyampaikan, distribusi beras ke pasar akan terus dilakukan selama harga beras di pasar lebih tinggi 20 persen dari harga acuan penjualan. Pada Desember ini, pihaknya bersama Perum Bulog juga masih akan menyalurkan cadangan beras pemerintah daerah.
”Kami juga mendorong pembentukan badan usaha milik daerah (BUMD) pangan di setiap kabupaten/kota. BUMD ini akan mengendalikan inflasi pangan dan menjaga kestabilan nilai tukar petani,” katanya.