Total Sepuluh Pekerja Tewas dalam Ledakan Tambang Batubara di Sawahlunto
Sepuluh pekerja tewas dalam insiden ledakan lubang tambang batubara di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Jumat (9/12/2022) pagi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
SAWAHLUNTO, KOMPAS — Sepuluh pekerja tewas dalam insiden ledakan lubang tambang batubara di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Jumat (9/12/2022) pagi. Inspektur tambang belum dapat menyimpulkan penyebab ledakan yang dipicu gas metana itu. Lokasi tambang ditutup sementara.
Tim SAR gabungan akhirnya berhasil mengevakuasi korban kesepuluh dari lubang tambang PT Nusa Alam Lestari (NAL) itu sekitar pukul 17.50. Adapun ledakan terjadi sekitar pukul 08.30 saat pekerja baru memulai aktivitas.
Selain sepuluh korban meninggal, ada empat pekerja lainnya yang dievakuasi dalam kondisi selamat di lokasi tambang di Desa Salak, Kecamatan Talawi, Sawahlunto, itu. Satu mengalami luka bakar serius, sedangkan tiga lainnya luka ringan.
”Penyebabnya belum bisa kami simpulkan. Nanti bersama dengan tim akan kami lakukan investigasi. Sumber ledakan diperkirakan dari gas metana,” kata Koordinator Inspektur Tambang Penempatan Sumbar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendri M Sidik di lokasi tambang, Jumat malam.
Hendri menjelaskan, kecelakaan tersebut terjadi di salah satu persimpangan lubang tambang pada kedalaman sekitar 280 meter dari permukaan. Saat ledakan terjadi, para pekerja baru mulai beraktivitas.
Atas kejadian ini, lokasi tambang ditutup sementara. ”Tidak ada proses produksi satu pun sampai proses investigasi selesai dan tindak lanjutnya diputuskan,” ujar Hendri.
Adapun Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kelas A Padang Octavianto menjelaskan, pihaknya menurunkan dua tim untuk mengevakuasi korban.
”Kami menurunkan tim dari Pos SAR Limapuluh Kota dan Kantor SAR Padang,” kata Octavianto. Proses pencarian juga dibantu unsur TNI, Polri, BPBD, pegawai perusahaan, warga sekitar, dan lainnya.
Sumber ledakan diperkirakan dari gas metana. (Hendri M Sidik)
Kepala Satuan Reserse Kriminal Pores Sawahlunto Inspektur Satu Ferlyanto mengatakan, pihaknya menyelidiki sumber percikan api pemicu ledakan gas matana dalam insiden tersebut.
”Kami sudah berkoordinasi untuk memeriksa kepala teknik tambang. Kami masih menunggu kondisi psikologinya pascakejadian ini. Kami juga akan minta keterangan pihak perusahaan dan inspektur tambang,” kata Ferlyanto.
Berdasarkan catatan Kompas, kecelakaan terkait penambangan batubara di Sawahlunto beberapa kali terjadi. Pada Sabtu, 12 September 2020, sekitar pukul 05.00, sedikitnya tiga orang meninggal dan satu orang luka berat akibat tertimpa runtuhan lubang tambang batubara CV Tahiti Coal di Desa Sikalang, Kecamatan Talawi, Sawahlunto. Kecelakaan terjadi pada kedalaman 150 meter.
Sebelumnya, 24 Januari 2014, satu petambang tewas dan empat petambang lainnya terjebak reruntuhan di dalam lubang tambang batubara milik PT Dasrat Sarana Arang Sejati di Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi. Lubang tambang runtuh dipicu ledakan gas metana di kedalaman 100 meter.
Pada 16 Juni 2009 juga terjadi ledakan di tambang batubara di perbatasan Kecamatan Talawi, Sawahluto, dengan Kecamatan Koto Tujuah, Sijunjung. Sebanyak 13 petambang dilaporkan tewas dan 23 petambang lainnya tidak diketahui nasibnya. Ledakan di lokasi tambang milik Agustar, warga Kecamatan Koto Tujuah itu, diduga dipicu oleh gas metana yang terkandung di dalam tambang.