Pameran dan Lokapasar Bangkitkan Petani Bunga dan Sayur Purbalingga
Pameran dan penjualan daring di lokapasar jadi harapan para petani bunga dan sayur-mayur Purbalingga untuk bangkit dari pandemi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Sejumlah petani bunga dan sayur-mayur di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, berusaha membangkitkan kembali pasar mereka melalui berbagai kegiatan pameran serta penjualan dalam jaringan lokapasar. Mereka berharap kondisi ekonomi kian pulih dan kesejahteraan kian meningkat.
”Alhamdulillah penjualan di Shopee masih ada yang beli sekitar lima tanaman per hari. Kalau sebulan rata-rata 150 tanaman, memang turun dibandingkan sebelum pandemi sampai 500 tanaman per bulan,” tutur Wasti Rahayu (35), pemilik kios bunga Sumber Argo Mulyo di Kutabawa, Purbalingga, Senin (5/12/2022).
Wasti menyebutkan, penjualan di lokapasar itu menjangkau sejumlah wilayah di luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera. ”Yang di lokal, penjualan bunga dan tanaman hias sampai ke Banyumas dan Wonosobo,” katanya.
Menurut Wasti, jenis bunga atau tanaman hias yang masih dicari penghobi tanaman antara lain tanaman silver dan velvet. ”Untuk tanaman velvet per pot sampai Rp 150.000 dan silver per pot Rp 100.000,” paparnya.
Wasti bersama sejumlah rekannya juga mengikuti pameran tanaman bunga dan tanaman hias dalam acara Road Show Pemulihan Ekonomi UMKM Purbalingga di Lapangan Desa Kutabawa. Lapak tanaman hias di bawah naungan kelompok Festival Bunga Kutabawa #1 tampak ramai dikunjungi pembeli. ”Semoga dengan acara pameran di sini, minat masyarakat pada tanaman hias kembali meningkat,” kata Wasti.
Ali (45), pemilik kios bunga Green House Kutabawa, menyampaikan, sebelum pandemi Covid-19, dia bisa menjual 1.000 tanaman hias per bulan dari kunjungan pembeli atau wisatawan yang berasal dari sejumlah daerah di Indonesia. Namun, akibat pandemi, penjualannya anjlok hingga 50 persen.
”Sekarang sebulan paling banyak menjual 300-500 tanaman. Kalau dulu bisa dapat Rp 5 juta sebulan, sekarang paling banyak Rp 2,5 juta. Lewat pameran ini semoga akan banyak pembeli lagi,” kata Ali di lapak Kelompok Tani Bunga Kutabawa RT 016/RT 004.
Ali menyampaikan, sejumlah tanaman favorit penghobi tanaman hias adalah keladi jenis polkadot yang dijual dengan harga Rp 25.000 per pot, bunga baby aster dengan harga Rp 10.000 per pot, bunga lampion Rp 30.000 per pot.
Pameran di lapangan desa itu juga dimanfaatkan oleh para petani sayur-mayur. Fahrudin Siswandi, Ketua Gapoktan Giri Mulya, menyampaikan, dari 400 hektar luas lahan sayur-mayur di Kutabawa, 30 persen ditanami kentang, lalu yang lain ditanami tanaman seperti kubis, cabai, kopi, dan juga tembakau.
”Alhamdulillah sektor pertanian, terutama sayur-mayur, tidak begitu terdampak pandemi. Sayur-mayur dari sini masih tetap dikirim ke Banyumas, Salatiga, Cirebon, Tasik, dan Jakarta,” kata Fahrudin.
Menurut dia, salah satu kendala petani sayur-mayur adalah alokasi pupuk bersubsidi yang hanya diperuntukkan terbatas, seperti cabai di bidang hortikultura. Padahal, di Kutabawa, masih ada banyak tanaman hortikultura, seperti kentang dan kubis, yang juga perlu pupuk. Pupuk NPK bersubsidi bisa dibeli dengan harga Rp 2.300 per kilogram, sedangkan NPK nonsubsidi bisa mencapai Rp 6.000 per kilogram.
”Untuk kentang per hektar padahal butuh NPK sampai 1 ton. Kalau tidak pakai pupuk bersubsidi, ini akan menambah biaya produksi yang cukup tinggi,” ujarnya.
Penyuluh pertanian Desa Kutabawa, Mugiarto, menyampaikan, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian, di bidang hortikultura, hanya tanaman cabai, bawang merah, dan bawang putih yang bisa mendapatkan alokasi pupuk subsidi. ”Kami berharap cakupan pupuk bersubsidi bagi tanaman hortikultura diperluas,” kata Mugiarto.