Tenun, Warisan Leluhur yang Menghidupi Banyak Warga NTB hingga Kini
NTB menggelar Lombok-Sumbawa Tenun Fest 2022 dengan puncak acara pada Sabtu lusa. Festival dengan berbagai kegiatan terkait tenun itu menjadi bagian dari upaya melestarikan tenun asal daerah tersebut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Tenun di Nusa Tenggara Barat lebih dari sekadar warisan leluhur. Dengan ekosistem yang lengkap dan panjang, tenun sangat potensial menjaga sumber penghidupan bagi warga di sekitarnya.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah NTB Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah di Mataram, Kamis (1/12/2022), mengatakan, menenun telah lama menjadi budaya di NTB. Kegiatan itu dilakukan di Lombok oleh masyarakat Sasak, warga Samawa di Sumbawa hingga dan Mbojo di Bima.
”NTB sejak dulu dikenal sebagai penghasil kapas dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia,” kata Niken.
Dilakukan sejak lama, tenun di NTB memiliki ekosistem usaha yang lengkap. Sentra tenun bisa ditemukan baik di Pulau Lombok dan Sumbawa.
Di sana ada penghasil kapas, pengolahan kapas menjadi benang, hingga produksi tenun. Meski belum ada riset terkait jumlah tenaga kerja, dia yakin banyak tenaga kerja terserap di sektor ini, terutama perempuan.
Kepala Dinas Perindustrian NTB Nuryanti menambahkan, produksi tenun memberikan ruang penghidupan bagi banyak orang yang memiliki beragam keterampilan. Dari petani kapas, pengolah kapas menjadi benang, pewarnaan, hingga proses penenunan. Saat ini, proses pewarnaan alami tengah dikembangkan di NTB.
Oleh karena itu, usaha ini tidak bisa dilakukan sendirian. Butuh banyak orang untuk menjalankannya. Dia mencontohkan satu rumah produksi bisa bermitra dengan 300 penenun.
Potensi itu, kata Niken, harus terus didukung. Salah satunya lewat Lombok Sumbawa Tenun Fest 2022. Digelar sejak Agustus, puncak acara akan berlangsung pada Sabtu (3/12/2022).
Di dalamnya akan digelar pendidikan kecakapan wirausaha tekun tenun, lomba desain tenun, Dekranasda Award, inkubasi fashion, pameran produk fashion, kriya, dan kuliner. Selain itu, akan digelar pameran wastra di Museum Negeri NTB.
”Harapannya, semua acara itu ikut menjaga eksistensi tenun NTB,” katanya.
Pendidikan kecakapan wirausaha, misalnya, adalah layanan pendidikan melalui kursus dan pelatihan. Di sana dijelaskan sejarah kebudayaan hingga praktik pembuatan serat alam dan cara menenun.
”Dalam kegiatan yang diikuti 240 peserta itu juga ada teori dan praktik menjahit menggunakan mesin, mendesain motif, penulisan narasi, kamera dan fotografi, hingga pemasaran digital dan perencanaan keuangan,” kata Niken.
Lomba desain tenun juga dimintai ratusan perancang dari dalam dan luar NTB. Mereka antara lain berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta.
”Selain memacu perkembangan desain kriya, kami juga mengajak perancang NTB dan nasional untuk mengembangkan busana berbahan tenun dan mempromosikannya,” kata Niken.