Bantuan Pakaian Menumpuk, Penyintas Gempa Cianjur Butuh Bahan Makanan
Bantuan pakaian layak pakai untuk penyintas gempa Kabupaten Cianjur, Jabar, menumpuk dan tidak terpakai di sejumlah titik pengungsian. Pengungsi lebih membutuhkan bahan makanan dan bantuan untuk memperbaiki rumah rusak.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI, Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Bantuan pakaian layak pakai untuk penyintas gempa Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menumpuk dan tidak terpakai di sejumlah titik pengungsian. Saat ini, pengungsi mengungkapkan mereka lebih membutuhkan bahan makanan dan bantuan untuk memperbaiki rumah mereka.
Di Kampung Gintung, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kamis (1/12/2022), misalnya, bantuan pakaian dari donatur hanya menumpuk di dua tenda yang masing-masing berukuran 2 meter x 6 meter. Pakaian itu terbungkus karung hingga kardus.
Beberapa warga memilah lembaran pakaian itu. ”Kalau baju, sudah banyak. Saya lagi cari pakaian dalam bagian atasan. Punya saya tinggal satu. Di rumah ada, tetapi tertumpuk bangunan,” ujar Armila (50), warga RT 004 RW 008 Kampung Gintung, saat membuka bantuan pakaian.
Ia berharap, donatur yang ingin membantu korban gempa dapat memberikan pakaian dalam perempuan yang telah terpisah dengan baju dan lainnya. ”Kami juga butuh sabun, sikat gigi, dan sejenisnya. Minyak goreng dan beras juga butuh,” kata Armila, yang telah mengungsi lebih dari sepuluh hari.
Ketua RT 004 RW 008 Kampung Gintung Wawan mengatakan, setelah gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Cianjur, Senin (21/11/2022), warga sangat membutuhkan pakaian layak. Namun, sekarang, selain pakaian dalam, bantuan baju dan sejenisnya sudah terlalu banyak.
”Untuk sementara bantuan pakaian kami simpan, belum dipilah. Kami tidak mungkin menolak bantuan dari warga yang sudah datang jauh-jauh,” ungkapnya. Tumpukan pakaian di dalam kantong plastik dan kardus juga tampak di beberapa titik pengungsian sepanjang jalur Mangunkerta dan Gasol.
Wawan berharap, para donatur bisa menyalurkan bahan pokok, seperti beras dan bahan makanan lainnya, untuk pengungsi. ”Sehari saja di sini bisa habis 50 kilogram beras. Di dapur umum masih ada tiga atau empat kuintal beras. Kami butuh sembako karena masih lama di pengungsian,” ujarnya.
Di posko itu terdapat sekitar 200 keluarga atau hampir 800 jiwa dari RT 003 dan RT 004. Hampir semua rumah di daerah itu rusak berat atau mencapai 96 rumah. Wawan tidak tahu kapan pindah dari pengungsian. Apalagi, puing-puing rumah belum dibereskan.
”Puing-puing di jalan sudah dibersihkan, akses sudah bagus. Namun, kami belum bereskan rumah. Warga butuh bantuan berbagai pihak,” ungkapnya. Wawan juga berharap, bantuan perbaikan rumah dari pemerintah segera terealisasi.
Di Posko Madrasah Kampung Tunggilis, Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, bantuan pakaian juga menumpuk di dalam tenda. Kantong plastik berisi pakaian tersebut berjejer rapi di pojokan tenda untuk menghindari hujan deras.
Mulyana (42), Wakil Ketua Posko Madrasah, mengatakan, setiap sukarelawan yang datang rata-rata memberi bantuan pakaian. Dalam sekali datang, bantuan berupa pakaian bisa sampai satu karung. Pakaian itu paling banyak untuk perempuan.
Kebetulan sembako di sini juga sudah mau habis.
Menurut Mulyana, warga tidak memakai semua pakaian yang diberikan. Mereka memilih pakaian yang dibutuhkan dan sesuai dengan ukurannya. ”Kalau mau ngasih bantuan, lebih baik sembako atau uang saja. Kebetulan sembako di sini juga sudah mau habis,” ujarnya.
Nida (37), warga Warga RT 004 RW 001 Kampung Tunggilis, mengatakan, satu orang bisa mendapatkan satu plastik besar berisi pakaian. Bukannya tidak bersyukur, tetapi hal itu membuat pakaian menumpuk dan jalur tenda menyempit.
Ia berharap jika bantuan pakaian yang diberikan sudah dipilah berdasarkan ukuran, jenis kelamin, dan usia. Dengan begitu, saat bantuan tiba, warga bisa mengambil sesuai kebutuhan dan sukarelawan bisa membawa sisanya ke lokasi lain.
”Kami bukannya menolak, kami bersyukur dengan setiap bantuan. Namun, lebih baik membantu yang sedang warga perlukan saja agar tidak mubazir dan menumpuk,” ujar Nida. Ukuran bantuan pakaian itu juga tidak semuanya cocok dengan pengungsi.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Cianjur mengimbau para donatur agar mengirimkan donasinya ke posko logistik terpusat di kantor bupati. Hal ini bertujuan agar penyaluran bantuan merata sembari menekan kabar bohong atau potensi konflik di kemudian hari.
”Sebagian bantuan diberikan tidak merata. Ada penumpukan bantuan di posko tertentu. Sementara, ada posko lain yang masih membutuhkan bantuan,” ungkap Bupati Cianjur Herman Suherman.
Herman mencontohkan, ada isu yang menyebutkan warga Cianjur tidak membutuhkan lagi bantuan. Kenyataannya, bantuan masih sangat diperlukan, khususnya bagi warga di lokasi terpencil. Hingga Kamis siang, tercatat 110.242 warga mengungsi akibat gempa di 460 titik pengungsian. Gempa telah menyebabkan 328 korban jiwa dan 12 orang masih dalam pencarian.