Korban Ketiga Ditemukan 31 Kilometer dari Titik Helikopter Hilang Kontak
Tim SAR gabungan kembali menemukan satu jenazah yang diduga merupakan awak helikopter Bolkow NBO 105 Polri P-1103.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BELITUNG, KOMPAS — Tim SAR gabungan kembali menemukan satu jenazah yang diduga merupakan awak helikopter Bolkow NBO 105 Polri bernomor registrasi P-1103. Jenazah ditemukan 16,5 mil laut atau 31 kilometer dari titik helikopter hilang kontak. Proses pencarian satu korban lainnya akan terus berlangsung dengan penambahan armada.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Pangkal Pinang I Made Oka Astawa, Rabu (30/11/2022), mengatakan, korban ketiga itu ditemukan oleh nelayan yang sedang melaut pada Rabu pukul 00.15 WIB. ”Informasi tersebut kami dapat dari organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) yang menerima kabar dari nelayan yang sedang melaut,” ujarnya.
Oka menjelaskan, jenazah yang menggunakan seragam tersebut ditemukan di permukaan laut sekitar 16,5 mil laut dari titik di mana helikopter mengalami hilang kontak. Kemungkinan besar jenazah terbawa arus hingga mengambang sejauh itu.
Informasi dari nelayan tersebut, ketika ditemukan, posisi jenazah mengambang di permukaan laut dalam posisi terlentang. Di pundaknya tersemat sebuah peluit. Mengenai identitas dari jenazah, pihaknya masih menunggu hasil identifikasi dari Inafis Polri.
Setelah ditemukan, jenazah langsung dibawa ke RSUD Belitung Timur seperti dua jenazah yang sudah ditemukan sebelumnya. Dua jenazah yang sudah ditemukan sebelumnya yakni Brigadir Dua Muhammad Khoirul Anam yang bertugas sebagai teknisi dan kopilot helikopter Brigadir Satu Moch Lasminto.
Menurut rencana, kedua jenazah yang sudah teridentifikasi itu akan diberangkatkan ke Jakarta menggunakan pesawat Casa 296 milik Polri. Dengan penemuan korban ketiga ini, berarti tersisa satu korban lagi yang belum ditemukan.
Kepala Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Kakorpolairud) Baharkam Polri Inspektur Jenderal Indra Miza, Selasa (29/11/2022), mengatakan, proses pencarian akan dilakukan sampai tujuh hari sejak upaya pencarian mulai dilakukan. ”Itu berarti sampai Sabtu (3/12/2022),” ujarnya.
Untuk mempercepat proses pencarian, sejumlah kapal sudah dikerahkan. Yang terbaru adalah kapal KRI SPICA milik TNI AL yang dilengkapi dengan teknologi MBES (multibeam echo sounder), SSS (side scan sonar), dan Magnetometer ROV yang bisa mendeteksi benda-benda di bawah permukaan air dengan metode pemindaian.
Tidak hanya itu, TNI AL juga mengerahkan sonar portable yang disematkan di salah satu kapal nelayan agar pencarian bisa lebih efektif. TNI AU juga memberikan bantuan pesawat untuk melakukan pencarian dari udara.
Ini melengkapi sejumlah armada milik sejumlah instansi, seperti Polri, TNI, Basarnas, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai, Dinas Perhubungan Belitung Timur, serta Orari. ”Rencananya akan ada lagi tambahan kapal dari Bea dan Cukai serta Bakamla,” ujar Indra.
Adapun puing yang telah ditemukan berjumlah 26 buah, yang terdiri dari jok helikopter, tangki bahan bakar tambahan, dan ransel milik para awak. Penemuan yang tak kalah penting adalah peranti emergency locator transmitter (ELT), yakni perangkat suar penentu lokasi untuk pesawat. Namun, saat terjadinya kecelakaan, ELT tidak memancarkan sinyal.
Dalam proses pencarian, ujar Indra, tim menemukan sejumlah kendala, seperti gelombang dan arus laut yang tinggi dan bisa membahayakan kapal kecil. Seperti pada pencarian hari ketiga, Rabu (29/11/2022), pencarian harus ditunda pada pukul 13.00 karena cuaca buruk dan akan dilangsungkan kembali pada Kamis (30/11/2022) pagi. ”Atas nama kemanusiaan, kami akan terus melakukan pencarian,” ujarnya.