Sapaan Hangat untuk Penyintas di Daerah Sulit Terjangkau
Memang, tidak ada tempat pengungsian nyaman di dunia ini. Semua pasti tidak ideal untuk penghuninya. Namun, menjamin terpenuhinya beragam hak dasar setidaknya menjadi sapaan hangat bagi penyintas.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA, z08
·5 menit baca
Penyintas gempa Cianjur di daerah sulit dijangkau mulai merasakan banyak perhatian. Ada banyak hal baru yang mereka rasakan di tengah suasana penuh keprihatinan.
Sela canda terdengar di depan salah satu tenda pengungsian di RT 003 RW 002 Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022) siang. Ina (38) bersama ibu-ibu lainnya menyortir baju bekas yang datang dari para donatur. Dia mengangkat satu gaun tanpa lengan berwarna abu-abu. Sambil berkerut, Ina menunjukkan setelan itu kepada teman-temannya.
”Baju naon ieu?” tanya Ina.
”Bae nu penting baju,” kata seorang temannya meminta Ina menerima baju itu.
Butuh pakaian hangat untuk membantu melewati dingin malam di tenda pengungsian, dia tidak mengambilnya. ”Saya berterima kasih atas baju-baju ini. Lumayan, masih ada untuk salin. Tapi, kasihan ada bapak-bapak tidak dapat baju,” ujarnya sambil terkekeh.
Kondisi ini juga sempat menjadi bahan unggahan Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Dalam akun Instagram @ridwankamil, terlihat foto tiga pria mengenakan daster aneka warna.
”Jika menyumbang baju, mohon diperbanyak baju lelaki juga. Agar bapack-bapack tidak memakai daster semriwing di pengungsian”, ujar Emil dalam konten yang dia unggah pada Sabtu (26/11/2022), sekitar pukul 20.00. Di konten ini juga Emil mengingatkan masyarakat untuk memberikan bantuan berupa pakaian dalam baru yang sangat dibutuhkan pengungsi.
Itu juga yang menjadi harapan Ina. ”Kebetulan masih ada yang mengirimkan pakaian dalam bekas. Tidak mungkin juga kami gunakan,” ujar Ina lesu.
Ketakutan itu beralasan. Mereka telah enam malam tidur di tenda darurat yang tidak bisa menghalau dinginnya malam. Kondisi ini rentan menimbulkan penyakit bagi anak-anak.
”Anak saya belum sakit, tapi ada anak lain yang sudah mulai diare. Kalau mereka sakit, kita tambah susah. Apalagi sekarang sudah tidak ada rumah lagi untuk pulang,” ujarnya.
Selain Ina, puluhan orang di tenda darurat RT 003 ini merasakan resah serupa. Ade Muktarom (43), salah satu penanggung jawab di tenda pengungsian ini, menyebut ada 197 warga yang tersebar di 10 tenda.
Selain pakaian dan selimut, Ade merasa masyarakat masih memerlukan makanan serta minuman. Setiap hari mereka membutuhkan puluhan kardus mi instan dan puluhan kilogram beras.
Apalagi, jarak dari tenda darurat ke jalan raya butuh waktu lebih dari setengah jam. Kadang mereka harus bersabar untuk menghadapi kemacetan karena ruas jalan yang dilalui kurang dari 4 meter, tetapi dipaksa untuk dilalui mobil dari kedua arah. Karena itu, saat 11 personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus) datang mengirimkan paket makanan kepada sejumlah tenda, termasuk RT 003, Ade menyambutnya semringah.
Mereka menerima sekitar 30 paket yang akan dibagikan kepada warga. Sebanyak 40 paket bantuan diberikan juga bagi warga RW 007 Kampung Pasir Sapi, Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang.
Tim Kopassus Trail Adventure yang dipimpin Letnan Satu Didi Haryanto ini bergerak dari Cijantung, Jakarta, ke titik pengungsian sejak Sabtu (26/11/2022) dini hari. Setelah singgah di pos sementara, Sabtu pagi, mereka bergerak ke titik-titik pengungsian di sejumlah desa terpencil.
Tim bergerak menggunakan sepeda motor segala medan. Para petugas mengangkut paket bantuan menggunakan ransel yang beratnya lebih dari 15 kilogram.
Pengawas Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Pertolongan Bencana Cianjur Kopassus Letnan Kolonel Budi Rahman menyebut, 44 petugas dengan 22 sepeda motor disiagakan untuk menyalurkan bantuan. Mereka yang ikut merupakan petugas yang mampu melalui rintangan sesuai spesifikasi masing-masing.
Di hari yang sama, sedikitnya 500 penyintas gempa bumi di Desa Pakuon, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur, juga mendapat banyak hal baru. Setelah menanti logistik, kesehatan, hingga tenda baru, bantuan itu datang lewat satu peleton pasukan Reaksi Cepat Tanggap Bencana TNI AL.
Letnan Dua Marinir Pian Purba, koordinator pasukan, mengatakan, titik pengungsian ini relatif sulit dijangkau dan belum terjamah banyak bantuan. ”Bantuan ini diberikan langsung agar tepat sasaran,” katanya.
Setelah melintasi jalan sempit yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor, bantuan pun diberikan dan disambut penyintas dengan bahagia. Ada beras, obat-obatan, hingga pembalut.
Selain itu, ada juga layanan kesehatan dari tim medis. Dokter TNI AL, Letda Ady Prasojo, mengatakan, warga mulai mengeluhkan beberapa penyakit, di antaranya demam, batuk, dan diare. Penyakit itu biasanya dipicu cuaca, pola makan, dan kurang istirahat.
”Kalau untuk sanitasi, idealnya dapur umum dan tempat tidur itu terpisah. Tetapi, karena situasinya seperti ini, jumlah tenda terbatas, mau bagaimana lagi?” katanya.
Dengan alasan itu juga satu tenda berukuran 20 meter x 5 meter dibangun untuk warga. Sebelumnya warga menempati tenda besar dari Kementerian Sosial. Beberapa tenda kecil berukuran 2 m x 2,5 m dibangun di dekatnya.
Salah satu yang bahagia mendapat bantuan itu adalah Nur Nurijah (38). Logistik makanan bisa dimanfaatkan untuk beberapa hari ke depan. Layanan kesehatan datang di saat tepat, banyak orang membutuhkannya.
Akan tetapi, Nur masih enggan pindah ke tenda baru. Dia mengaku sudah nyaman tinggal di kandang domba. Bersama 15 anggota keluarganya, dia tidur di atas papan berukuran 5 m x 2 m di ketinggian 40 sentimeter sejak hari pertama gempa.
”Rumah kami hancur akibat gempa. Majikan saya menawarkan kandang domba ini. Kebetulan saat itu tenda pengungsian sudah penuh,” katanya.
Kini, saat tenda baru sudah berdiri, Nur tidak berkeberatan tidur disaksikan domba. Dia mempersilakan warga lain untuk menikmati tenda baru dengan leluasa.
”Biar kami di sini saja. Bila nanti kami pindah ke sana, takutnya juga tidak muat lagi,” katanya.
Memang, tidak ada tempat pengungsian nyaman di dunia ini. Semua pasti tidak ideal untuk penghuninya. Namun, menjamin terpenuhinya beragam hak dasar setidaknya menjadi sapaan hangat bagi penyintas.