Komando Penanganan Gempa Segera Beralih dari Pemerintah Pusat ke Pemkab Cianjur
Hingga Minggu (27/11/2022) petang, Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat 325 titik pengungsian. Namun, pengungsi masih kekurangan tenda.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIANJUR, KOMPAS — Mulai Senin (28/11/2022), pemerintah pusat bakal mengalihkan komando penanganan gempa ke Pemerintah Kabupaten Cianjur. Penanganan lebih baik sangat dibutuhkan karena beragam tantangan ada di depan mata, terutama terkait ketersediaan tenda pengungsian hingga jaminan kesehatan bagi penyintas bencana.
Bupati Cianjur Herman Suherman, Minggu (27/11/2022), mengatakan, akan segera berkoordinasi dengan jajarannya dan forum koordinasi pimpinan daerah terkait hal itu. Mereka akan membahas langkah evakuasi, pengungsian, hingga relokasi. Namun, ia masih berharap pemerintah pusat mendampingi pemda.
Hingga kini, pihaknya juga telah menerima donasi uang sekitar Rp 2,6 miliar dari 418 donatur. Terkait rencana pembangunan rumah bagi korban gempa, dia menyiapkan lahan sekitar 2 hektar di Kampung Sirnagalih, Cilaku.
”Besok akan kami rapatkan rekomendasi lokasi sesuai saran BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Jumlah yang akan mengisi kurang lebih 200 rumah,” ujarnya.
Langkah terbaik sangat ditunggu para penyintas. Berbagai tantangan penanganan pascabencana kini ada di depan mata. Salah satunya adalah permasalahan penyediaan tenda.
Berdasarkan data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), titik pengungsian gempa Cianjur tercatat 325 lokasi yang tersebar di 15 kecamatan. Rinciannya, 183 titik pengungsian terpusat yang menampung lebih dari 25 orang dan 142 titik lainnya merupakan pengungsian mandiri.
Jumlah tersebut bertambah dibandingkan hari keempat pascagempa, Jumat (25/11/2022), dengan 110 lokasi. Adapun jumlah pengungsi hingga Minggu malam tercatat 73.874 jiwa.
”Data ini tentu saja angkanya akan berkembang. Tadi pagi, kami juga sudah menyebar tim pendata gabungan terkait rumah rusak ringan hingga berat,” ujar Kepala BNPB Suharyanto.
Data sementara, total 62.638 rumah rusak akibat gempa. Sebanyak 27.434 unit di antaranya dalam kategori rumah rusak berat, 13.070 unit rusak sedang, dan 22.124 rusak ringan.
”Sampai hari ini, karena titiknya banyak, ada 325 titik pengungsian, sehingga butuh sumber daya tidak sedikit. Tenda-tenda, baik yang besar maupun kecil, ukuran 4 meter x 6 (m) atau 3 m x 4 m masih dibutuhkan banyak,” ujarnya. Pihaknya belum bisa memastikan jumlah kebutuhan tenda. Namun, pihaknya akan menerima berapa pun bantuan tenda.
Terlebih lagi, lanjutnya, tidak semua tenda warga layak untuk mengungsi. Tenda itu dari terpal dan tidak memiliki tiang yang kuat. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Bupati Cianjur agar pemda mengadakan ribuan tenda untuk pengungsi mandiri yang berada di dekat rumahnya. Warga juga memerlukan tenda untuk menginap saat membersihkan puing rumahnya.
”Pengungsian ini tidak seminggu atau dua minggu. Cukup lama waktunya karena kerusakannya berat. Kami secara paralel mendata kerusakan rumah dan berkoordinasi untuk relokasi. Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) akan mematangkan lahannya. Semoga minggu-minggu depan bisa dibangun,” paparnya.
Warga yang rumah kerabat atau tetangganya masih aman dan bagus, lanjutnya, bisa sementara waktu tinggal di sana. Pemerintah akan membicarakan rencana memberikan intensif untuk membayar listrik. Pihaknya juga tetap bakal memberikan logistik bagi pengungsi yang telah kembali ke rumahnya, tetapi masih membutuhkan bantuan.
Terlebih lagi, gempa susulan terus berkurang. Koordinator Bidang Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi BMKG Sigit Pramono mengatakan, pascagempa utama bermagnitudo 5,6, secara kumulatif tercatat 285 gempa.
”Tapi, 34 persen gempa terjadi di hari pertama. Dari semalam sampai sore ini ada 15 kali gempa susulan,” katanya.
Sekitar sepekan di tempat pengungsian, warga juga mulai terserang penyakit. Hingga Sabtu lalu, sebanyak 2.396 pengungsi menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan 1.349 warga mengalami gastritis. Meski demikian, terdapat tren penurunan dari 744 kasus harian pada Kamis (24/11/2022) kini berkisar 600 kasus harian.
”Kami lakukan pengendalian penyakit. Kami sudah siapkan 2.675 sukarelawan dan 2.000 di antaranya masih di tempat pengungsian,” ujar Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Sumarjaya. Pihaknya juga akan menyebar psikiater, psikolog, dan perawat jiwa untuk mendukung psikososial pengungsi.
Selain menyiapkan penanganan pengungsi, petugas juga terus mencari korban yang dilaporkan hilang. Pada Minggu, menurut Kepala Kantor SAR Bandung yang juga SAR Mission Coordinator Jumaril, petugas menemukan tiga korban di RT 003 Cijedil. Dengan demikian, jumlah korban yang belum ditemukan tersisa 11 orang.
”Besok, kami tetap mencari korban di tiga lokasi, yakni Warung Sate Shinta, RT 003 Cijedil, dan Kampung Cipanas,” ujar Jumaril. Adapun jumlah korban meninggal akibat gempa Cianjur sebanyak 321 orang. Sebanyak 108 orang juga masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit di dalam dan luar Cianjur.