Jateng Kirim Bantuan Rp 1,87 Miliar dan Puluhan Sukarelawan ke Cianjur
Berbagai unsur di Jateng mengirimkan bantuan untuk para korban bencana gempa bumi di Cianjur, Jabar. Masyarakat Jateng diingatkan mewaspadai potensi bencana dengan meningkatkan upaya mitigasi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
DOK HUMAS PEMPROV JATENG
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengecek bantuan yang akan dikirim untuk korban gempa Cianjur, Jawa Barat, di halaman Kantor Pemprov Jateng, Kamis (24/11/2022). Selain mengirim bantuan berupa uang tunai dan barang, Jateng juga mengirimkan puluhan sukarelawan.
SEMARANG, KOMPAS — Bantuan bagi korban bencana gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, terus mengalir dari berbagai pihak. Pada Kamis (24/11/2022), Pemerintah Provinsi Jateng mengirimkan bantuan senilai Rp 1,87 miliar. Selain itu, ikut diterjunkan pula puluhan sukarelawan medis serta pencarian dan penyelamatan.
Bantuan itu terdiri dari uang tunai Rp 387 juta serta barang senilai Rp 1,48 miliar. Barang-barang yang dikirimkan, antara lain, bahan makanan, paket bahan pokok, pakaian, perlengkapan pribadi, perlengkapan bayi, dan perlengkapan pengungsian.
Seluruh bantuan itu berasal dari berbagai unsur di Jateng. Selain pemerintah, bantuan juga datang dari lembaga, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, dan pelaku usaha.
Selain mengirimkan bantuan berupa uang dan barang, puluhan sukarelawan dari sejumlah daerah di Jateng juga diterjunkan. ”Dari Surakarta ada tim dokter. Dari Demak ada tim pencarian dan penyelamatan. Boyolali juga mengirimkan satu mobil cold storage membawa sayuran segar,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, di Semarang, Kamis.
Ganjar menyampaikan apresiasinya kepada seluruh komponen masyarakat di Jateng. Dia berharap bantuan-bantuan itu bisa meringankan beban korban bencana. Ganjar juga berpesan agar sukarelawan menjaga kekompakan tim dan tidak membebani masyarakat di wilayah bencana.
”Makanan untuk tim harus diurus sendiri. Kesehatan tim diurus sendiri. Kalau tidak ada perumahan, cari sendiri, buat tenda, sehingga kita datang betul-betul sebagai satu tim yang solid untuk membantu masyarakat Cianjur,” ujarnya.
Ganjar juga menugasi para sukarelawan membantu mendata kebutuhan korban, termasuk hunian sementara. Jika diperlukan, Pemprov Jateng mengaku siap mengirimkan bantuan lagi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Warga membawa bantuan ke pengungsian di Kampung Rawacina, Nagrak, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). Pascagempa, warga masih memilih mengungsi di ruang terbuka, termasuk pemakaman umum. Di Kampung Rawacina, sembilan warga meninggal akibat gempa.
”Semoga apa yang kami lakukan bisa membantu mempercepat evakuasi dan pertolongan terhadap korban,” ucap Kepala Kantor SAR Semarang Heru Suhartanto.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal TNI Suharyanto menegaskan, tim gabungan tanpa kenal lelah terus melakukan pencarian meski terkendala hujan.
”Pencarian dan evakuasi dilaksanakan terus-menerus. Meski hujan, tim tanpa kenal lelah terus melakukan pencarian,” kata Suharyanto (Kompas.id, 24/11/2022).
Terkait keluhan masyarakat tentang bantuan yang belum diterima, Suharyanto mengungkapkan pendistribusian akan menggandeng perangkat desa. Dirinya juga mengimbau kepada seluruh pihak untuk menyalurkan bantuannya melalui posko di Kantor Bupati Cianjur.
”Jangan didistribusikan sendiri karena cuaca tidak baik, jalanan kecil, menyebabkan jalanan terhambat, ada laporan pasukan evakuasi terhambat karena itu. Kemudian, banyak warga luar datang untuk menonton korban bencana, akan ditertibkan oleh TNI/Polri,” tuturnya.
Tim gabungan SAR, TNI, polisi, dan sukarelawan mengangkat korban Endah (65), warga Kampung Rawacina, Nagrak, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang ditemukan tewas tertimbun reruntuhan rumahnya akibat gempa, Rabu (23/11/2022).
Tahan bencana
Ganjar mengatakan, ke depan, gempa Cianjur diharapkan bisa menjadi pengingat bagi masyarakat Jateng untuk meningkatkan kewaspadaan. Apalagi, sudah ada peringatan terkait potensi gempa megathrust hingga M 8,7 di kawasan pantai selatan Jateng.
”Di wilayah itu, konstruksi bangunan sekarang mesti betul-betul tahan bencana. Dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jateng, kami mengharapkan ada edukasi. Para kontraktor, penyedia jasa, termasuk real estate Indonesia yang punya ilmunya, tolong mulai sekarang memasukkan ilmunya dalam membangun rumah tahan bencana,” imbuh Ganjar.
Ganjar juga mengharapkan agar ada adaptasi teknologi dari sejumlah negara, misalnya Jepang, untuk memitigasi potensi bencana tersebut. Pemasangan alat peringatan dini juga didorong. Hal itu bisa dilakukan bersama simulasi bencana untuk menyiapkan masyarakat menghadapi berbagai kemungkinan di kemudian hari.