Bantuan bagi Pengungsi Belum Merata
Upaya pencarian korban dilakukan di tengah gempa susulan yang berisiko menimbulkan longsoran ataupun kerusakan bangunan yang lebih parah. Hujan juga diprediksi terjadi hingga Jumat.
CIANJUR, KOMPAS — Pengungsi gempa Cianjur terus bertambah. Sementara bantuan logistik dan kesehatan belum sepenuhnya terdistribusi secara merata. Upaya pencarian korban terus dilakukan di tengah gempa susulan.
Hingga Rabu (23/11/2022) sore, jumlah pengungsi gempa tercatat 61.908 orang. Hari sebelumnya, pengungsi sekitar 58.300 orang.
Terdapat 14 lokasi pengungsian utama yang tersebar di sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyatakan, bantuan didistribusikan ke 14 lokasi pengungsian utama itu. Tempat pengungsian utama tersebut segera dilengkapi tenda-tenda, dapur umum, dan fasilitas sanitasi.
Di luar 14 lokasi pengungsian utama terdapat tempat-tempat pengungsian yang didirikan oleh penyintas gempa. Hal ini seperti pengungsian yang didirikan warga Kampung Cibeureum RT 002 RW 001 di Desa Cibeureum, Cugenang.
Di sana ada sekitar 35 keluarga atau seratusan warga yang mengungsi. Tempat pengungsian di lahan terbuka dekat kampung tersebut belum mendapat bantuan makanan dan minuman dari pemerintah.
Aisyah (35), salah seorang warga yang mengungsi, mengatakan hanya mendapat bantuan dari seorang pemilik toko yang membagikan bahan makanan dan minuman.
Di tempat pengungsian Kampung Tunggilis RT 004 RW 001, Desa Ciputri, Pacet, warga membutuhkan bantuan air bersih. Akibat gempa berkekuatan magnitudo 5,6 pada Senin (21/11), sumber air bersih warga di kampung tersebut tidak lagi mengalir.
Sejauh ini warga menerima bantuan berupa tenda darurat yang didirikan Kementerian Sosial, serta makanan yang diberikan sukarelawan.
”Kami belum mendapatkan bantuan air bersih sejak awal mengungsi,” kata Kholis (47), pengungsi di sana.
Bupati Cianjur Herman Suherman menyatakan, pengungsi yang belum mendapat bantuan logistik diimbau agar segera melapor ke kecamatan masing-masing. Dengan demikian, bantuan bisa disalurkan tepat sasaran.
Baca juga: Prioritas Evakuasi Korban dan Penanganan Pengungsian di Cianjur
Para korban gempa yang dirawat di halaman RSUD Sayang, Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022).
Penanganan medis
Penanganan medis bagi pengungsi juga belum optimal akibat kurangnya tenaga kesehatan. Tim medis dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cimacan yang merawat korban di pengungsian masih kekurangan tenaga. Akibatnya, layanan belum dapat menjangkau ribuan korban gempa yang berada di Kecamatan Cugenang dan Pacet. Keberadaan sukarelawan cukup membantu dalam distribusi logistik dan bantuan kesehatan.
Kemarin, RSUD Cimacan mulai menggerakkan tim medis ke posko tenda pengungsian warga. Tim medis ini merawat warga dengan luka ringan langsung di lokasi tempat pengungsian agar mereka tak perlu ke rumah sakit.
Warga dengan luka patah tulang dan robek besar akan dirawat di rumah sakit. Sementara warga dengan luka berat yang berisiko kematian akan dirujuk ke rumah sakit di Bogor dan Ciawi.
”Di posko-posko pengungsian, para petugas akan melakukan screening dan assessment untuk mengetahui jenis luka para korban. Kemudian setelah itu baru akan diputuskan, siapa korban yang akan langsung ditangani dan siapa yang perlu dirujuk ke rumah sakit,” kata Direktur RSUD Cimacan Juliana Aritonang.
Keberadaan bantuan tenaga kesehatan di posko-posko pengungsian sangat dibutuhkan warga. Banyak warga yang mengalami luka-luka belum mendapatkan perawatan medis. Mereka mengandalkan perawatan dari sesama warga.
Baca juga: Lahan Terbatas, Warga Cianjur Dirikan Tenda Darurat di Area Pekuburan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kunjungannya di RSUD Cimacan mengatakan, sejumlah tenaga kesehatan dikirim untuk membantu di rumah sakit dan di lapangan, terutama dokter spesialis ortopedi dan bedah.
”Ada sekitar lebih dari 15 tim yang kami kirim ke tempat pengungsian. Kami telah mengidentifikasi lebih dari 2.300 warga yang mengalami luka ringan yang dapat dirawat di posko pengungsian. Sementara yang mengalami luka berat dirujuk ke rumah sakit,” ujarnya.
BNPB mencatat, jumlah korban yang mengalami luka-luka bertambah menjadi 2.043 orang. Hari sebelumnya, jumlah korban yang mengalami luka-luka ada 1.083 orang.
Pencarian korban
Hingga dua hari pascagempa, korban jiwa mencapai 271 orang. Suharyanto menyatakan, jumlah korban jiwa kemungkinan bertambah karena masih ada yang belum terdata. Sebagian korban sudah dimakamkan pihak keluarga, tetapi belum dilaporkan ke puskesmas atau rumah sakit.
Upaya pencarian korban terus dilakukan di tengah gempa susulan yang berisiko menimbulkan longsoran ataupun kerusakan bangunan yang lebih parah. Tercatat 40 korban belum ditemukan. Sebelumnya disebutkan ada 151 korban yang masih dalam pencarian.
Basarnas dan TNI mengerahkan lebih banyak alat berat dan anjing pelacak untuk mempercepat penemuan korban bencana di titik longsor.
Kepala Kantor Search and Rescue (SAR) Bandung selaku SAR Mission Coordinator dalam Gempa Cianjur Jumaril mengatakan, operasi SAR diperkuat 796 personel yang terbagi dalam dua bagian. Pencarian pertama dilakukan SAR dan kedua oleh Tim Basarnas.
Kekuatan SAR dibagi 12 Search and Rescue Unit (SRU) yang terjun ke 12 kecamatan, yaitu Cianjur, Karang Tengah, Warung Kondang, Gekbrong, Cugenang, Cibeber, Cilaku, Bojong Picung, Sukaresmi, Cikalong Kulon, Saluyu, dan Pacet.
Ada sekitar lebih dari 15 tim yang kami kirim ke tempat pengungsian. Kami telah mengidentifikasi lebih dari 2.300 warga yang mengalami luka ringan yang dapat dirawat di posko pengungsian. Sementara yang mengalami luka berat dirujuk ke rumah sakit. (Budi Gunadi Sadikin)
Adapun Tim Basarnas dibagi menjadi empat sektor pencarian, yaitu di RT 002 Cugenang, Kampung Rawa Cina di Desa Nagrak, Kampung Salakawung di Desa Sarampad, dan Warung Sate Shinta.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan, total gempa susulan di Cianjur mencapai 171 kali dalam tiga hari. Gempa berskala rendah dan cukup ringan ini diperkirakan berlangsung dalam 4-7 hari ke depan.
”Meskipun gempanya berskala rendah, masyarakat harus tetap waspada karena ada tren kenaikan kedangkalan dari titik gempa. Gempa susulan terakhir hanya M 3, tetapi sangat terasa. Ini karena jarak permukaan bumi dari titik gempa hanya 5 kilometer, sangat dekat dengan posisi masyarakat,” ujarnya.
Deputi Bidang Geofisika BMKG Suko Prayitno Adi menambahkan, terjadi tiga gempa bumi berskala rendah dan tidak terlalu terasa pada pukul 07.00-15.00 kemarin. Adapun potensi hujan diprakirakan terjadi hingga Jumat (25/11).
Muhammad Wafid dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menuturkan, ditemukan dua titik longsor yang menutup badan jalan. Ini disebabkan hujan yang terjadi terus-menerus pascagempa.
”Potensi longsor akan terus ada, terutama saat cuaca masih hujan. Masih ada sisa gundukan pada bagian atas yang dapat roboh ketika dipicu guncangan atau hujan,” ucapnya. (CHE/RTG/IKI/GIO/Z14/Z02/Z03/Z11)