”Burung Besi” Kembali Mengudara dari Kertajati ke Tanah Suci
Mati suri akibat pandemi, Bandara Kertajati kembali unjuk gigi. Pembangunan berbagai infrastruktur lain ditunggu lekas tuntas agar bandara itu tidak susah menopang konektivitas di pantura Jabar.
Sempat mati suri sekitar dua tahun, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati kini mulai bangkit. Bandara di Kabupaten Majalengka itu kembali melayani penerbangan umrah ke Tanah Suci. Kolaborasi hingga konektivitas menjadi kunci agar ”burung besi” tetap terbang di Kertajati.
Terminal Bandara Kertajati tampak berbeda, Minggu (20/11/2022). Sejumlah gerai yang sebelumnya tertutup kini terbuka.
Loket imigrasi yang biasanya sepi siang itu cukup ramai. Puluhan calon penumpang berseragam batik megamendung, motif khas Cirebon, ikut mengantre.
Beginilah suasana soft launching penerbangan umrah perdana di Bandara Kertajati pascapandemi Covid-19 dua tahun terakhir. Bandara dengan landas pacu 3.000 meter itu pernah melayani penerbangan umrah awal 2020 dengan pesawat Citilink dan Lion Air, Oktober 2018.
Kali ini, pesawat Garuda Indonesia melayani penerbangan umrah di Kertajati. Sebelumnya, pesawat itu terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Dari Kertajati, pesawat berangkat pukul 13.45 dan dijadwalkan tiba di Jeddah, Arab Saudi, pukul 20.00 waktu setempat.
Baca juga: Bandara Kertajati Diproyeksikan Jadi Bengkel Pesawat, Ragam Tantangan Menanti
Pesawat jenis Airbus A330-300 dengan nomor GA902 itu mengangkut 225 penumpang atau hampir 80 persen dari ketersediaan tempat duduk. Sebanyak 45 calon anggota jemaah di antaranya naik di Kertajati. Mereka berasal dari Cirebon, Indramayu, Kuningan, dan sekitarnya.
Salah satunya, Titin Sri Rohatin (54), warga Ciledug, Cirebon. Bersama suaminya, Asep Sumardi (57), ia berangkat dari rumahnya menuju Masjid At-Taqwa di Kota Cirebon sekitar pukul 03.00 untuk menunaikan shalat Subuh. Di sana, mereka berkumpul dengan jemaah lainnya.
Dari sana, rombongan menuju Kertajati dengan waktu tempuh sekitar 45 menit via Jalan Tol Cikopo-Palimanan yang terkoneksi langsung dengan bandara. Tiba sekitar pukul 08.00 di Bandara Kertajati, Titin takjub dengan mushala dan lounge khusus jemaah haji dan umrah. ”Cuma gerah saja. Mungkin AC (penyejuk ruangan) kurang,” ucapnya sembari tertawa kecil.
Meski demikian, nenek empat cucu ini bersyukur akhirnya bisa ke Tanah Suci melalui Kertajati. Keluarganya pun ikut mengantar ke bandara karena lebih dekat dibandingkan di Cengkareng.
”Kalau berangkatnya dari Bandara Soekarno-Hatta, anak-anak saya enggak ada yang ikut karena jauh,” ujar ibu dua anak ini.
Apalagi, ia dan suaminya telah puluhan tahun menantikan umrah. Biaya sekitar Rp 60 juta itu berasal dari tabungan suaminya yang pensiun dari PT KAI.
”Alhamdulillah, bisa bertamu ke rumah Allah. Mudah-mudahan pulang dari sana, saya bisa memperbaiki diri, ungkap Titin tertunduk. Sekitar 12 hari, ia bersama rombongan bakal beribadah di Tanah Suci.
Priyo Supono, tour leader dari Al Bahjah Tour and Travel, mengapresiasi pemberangkatan umrah melalui Bandara Kertajati. Dari Cirebon, waktu ke bandara hanya sekitar 45 menit.
”Biasanya, perjalanan lewat bandara di Cengkareng bisa sampai 6 jam kalau macet,” ujarnya.
Sayangnya, saat pulang nanti, rombongan tetap turun di Bandara Soekarno-Hatta, bukan di Kertajati. Priyo berharap Kertajati dapat melayani penerbangan umrah secara rutin. Apalagi, katanya, sejak Agustus, pendaftaran umrah dari wilayah Cirebon dan sekitarnya sudah mulai ramai.
Direktur Operasi Garuda Indonesia Tumpal Manumpak Hutapea mengatakan, penerbangan dari Kertajati itu menambah rute baru ke Tanah Suci. Sebelumnya, terdapat 17 penerbangan Garuda dari Jakarta dan masing-masing satu dari Makassar dan Surabaya menuju Jeddah dalam sepekan.
Pihaknya berencana membuat penerbangan umrah reguler dari Kertajati. Namun, hal itu bergantung pada permintaan agen perjalanan.
”Kami usahakan. Selama ada jemaahnya, ya pasti (ada penerbangan). Tapi, secara umum, kami sudah siap,” ujarnya.
Baca juga : Bandara Kertajati Menjadi Pusat Logistik dan Pemeliharaan Pesawat
Staf Ahli Bidang Keselamatan dan Konektivitas Perhubungan Kementerian Perhubungan Maria Kristi Endah mengatakan, Indonesia punya pasar umrah yang tinggi. Pada periode Januari-Oktober tahun ini saja, 440.000 jemaah umrah asal Indonesia terbang ke Jeddah.
”Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang memiliki jemaah tertinggi di Indonesia,” ucap Maria.
Ia mencontohkan, dalam satu musim atau delapan bulan, sedikitnya 70.000 warga Jabar ikut umrah. Hingga September lalu, masih ada 8.000 calon anggota jemaah yang belum berangkat.
Data itu menjadi peluang bagi Bandara Kertajati agar bisa mengakomodasi harapan calon jemaah haji asal Jabar, khususnya bagian timur. Kertajati juga dapat menggaet penumpang dari Jawa Tengah bagian barat, seperti Tegal dan Brebes. Apalagi, bandara sudah terhubung jalan tol.
Pemerintah pusat pun, lanjutnya, terus mengebut penyelesaian Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Dengan Cisumdawu, jarak dari Bandung ke Kertajati bisa hanya 60 kilometer dari sebelumnya sekitar 160 km via Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) dan Cipali.
Satu hotel berbintang juga telah berdiri tidak jauh dari bandara. ”Harga avtur di Kertajati ini sudah turun, bahkan lebih murah sedikit dari (Bandara) Halim Perdanakusuma. Tapi, masih agak sedikit tinggi dari Bandara di Cengkareng. Ini potensi mengangkut penumpang,” ungkapnya.
Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Sumber Daya Manusia dan Kehumasan Adita Irawati mengatakan, Kemenhub akan mengoptimalkan Bandara Kertajati untuk penerbangan umrah. Selain koordinasi lintas sektoral, pihaknya juga terus bekerja sama dengan agen-agen umrah.
Direktur Utama PT Bandara Internasional Jabar (BIJB) Muhamad Singgih menilai penerbangan umrah kali ini menandai kebangkitan kembali Bandara Kertajati yang sempat vakum dua tahun. ”Akhir November ini pasti akan ada penerbangan umrah lagi. Nanti kami sampaikan,” katanya.
Akan tetapi, sejumlah hambatan masih menyelimuti keberlanjutan penerbangan umrah di Kertajati. Soal fasilitas hotel di sekitar bandara, misalnya, masih minim. Penumpang biasanya harus ke hotel di Cirebon, sekitar 64 km dari bandara. Rumah sakit terdekat juga jaraknya 20 km.
Bandara yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Mei 2018 itu sempat ramai saat pemerintah memindahkan 13 rute penerbangan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, ke Kertajati. Namun, penumpang dari Bandung harus menempuh waktu sekitar 3 jam.
Pihaknya pun berharap Jalan Tol Cisumdawu segera beroperasi agar penerbangan umrah terus berkesinambungan di bandara seluas 1.100 hektar itu. ”Kerja sama berbagai pihak dan konektivitas, seperti Cisumdawu, sangat perlu untuk membangkitkan Kertajati,” ungkap Singgih.
Terik matahari mulai redup. Pesawat yang mengangkut calon jemaah umrah lepas landas. Pengunjung dan pejabat perlahan pulang. Bandara Kertajati kembali ditelan sepi. Tersimpan harapan, ”burung besi” kelak dapat terbang lagi dari Kertajati menuju Tanah Suci.
Baca juga: Integrasi Tol dan Bandara Kertajati Picu Pengembangan Kawasan Rebana