Diduga provokator sengaja menggiring konflik antarwarga di Kei kepada isu agama.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LANGGUR, KOMPAS — Konflik antara warga Ohoi (Desa) Bombay dan Ohoi Elat di Pulau Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, mulai reda. Warga diminta menahan diri sebab konflik berkepanjangan yang menimbulkan korban jiwa serta kerusakan material justru merugikan mereka sendiri. Konflik tersebut tidak ada kaitannya dengan agama.
”Personel gabungan dari Polri dan TNI lebih kurang 200 orang masih siaga di sana pascabentrok akhir pekan lalu. Kondisi keamanan mulai kondusif dan ada dalam kendali aparat,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat lewat sambungan telepon pada Senin (14/11/2022).
Konflik berkepanjangan antara warga Bombay dan Elat kembali kembali pecah pada Sabtu (12/11/2022) lalu. Dua orang tewas, sejumlah korban luka, serta rumah dan gedung sekolah pun dibakar. Konflik terbuka ini sudah terjadi dua kali dalam dua bulan terakhir. Sebelumnya terjadi pada 7 Oktober 2022 lalu, bermula dari tawuran antara remaja.
Dalam bentrokan Sabtu lalu itu, warga mempersenjatai diri mereka dengan benda tajam. Dua anggota Polri terluka saat berusaha melerai bentrokan tersebut. Salah satunya terkena anak panah di kaki. Kini, kedua anggota itu sedang menjalani perawatan dan kondisi mereka sudah membaik.
Roem meminta kedua belah pihak agar menahan diri. Bentrokan hanya akan membawa dampak buruk, seperti korban nyawa yang tak mungkin tergantikan serta kerugian material yang tidak sedikit. Hal itu yang perlu disadari masyarakat. Ia menduga ada provokator yang ikut memanasi keadaan di sana.
”Kira-kira siapa yang untung dengan kondisi seperti ini? Tidak ada. Semuanya rugi, baik yang saat ini dan generasi mendatang. Apakah kita mewarisi permusuhan, dendam, dan bara konflik seperti ini terus? Mari tolong berdamai,” ujar Roem, yang juga berasal dari Suku Kei itu.
Roem mendorong agar pemerintah daerah setempat mengusahakan terciptanya perdamaian antara warga kedua kampung. Akar masalah yang tidak diselesaikan akan terus berkepanjangan dan berpotensi menimbulkan bentrokan pada masa yang akan datang.
Bukan konflik agama
Bupati Maluku Tenggara M Thaher Hanubun mengimbau kedua belah pihak agar menahan diri. Ia menyatakan, kejadian tersebut memilukan. Saat ini, ia tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak mulai dari tokoh adat, tokoh agama, hingga pejabat TNI dan Polri untuk mencari jalan perdamaian.
Thaher juga berjanji akan segera menyelesaikan masalah tersebut. Kedua belah pihak diajak berdamai. ”Langkah selanjutnya oleh pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait dalam penyelesaian dan menemukan solusi konkret atas persoalan tersebut,” katanya.
Ia juga meminta masyarakat agar tidak terprovokasi dengan kabar bohong yang dapat memperuncing keadaan. Ia menegaskan, pertikaian antara warga Ohoi Elat dan Ohoi Bombay tidak ada kaitannya dengan konflik yang bernuansa agama.
Kira-kira siapa yang untung dengan kondisi seperti ini? Tidak ada. Semuanya rugi, baik yang saat ini dan generasi mendatang. Apakah kita mewarisi permusuhan, dendam, dan bara konflik seperti ini terus? Mari tolong berdamai. (M Roem Ohoirat)
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Kei Besar, Sulaiman Uar juga membantah keras terkait beredarnya informasi yang menyebutkan bahwa masjid di Elat terbakar dalam bentrokan pada Sabtu lalu itu. Sulaiman secara tegas menyatakan bahwa kabar tersebut adalah hoaks.
”Itu informasi provokator. Semua masjid di Elat sampai Wakol itu utuh, tidak terbakar. Kita berharap ini masalah ini cepat bisa selesai, supaya kita bisa mencari nafkah untuk hidup, dan lain-lain,” katanya.