Tanker Jaringan Hizbullah dan Garda Revolusi Iran Kembali Berlayar Seusai Kandas di Batam
Kapal tanker MT Young Young kembali berlayar setelah 16 hari kandas di perairan Batam. Kapal itu merupakan salah satu tanker yang disanksi Amerika Serikat karena terafiliasi dengan Hizbullah dan Garda Revolusi Iran.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Tanker MT Young Yong akhirnya kembali berlayar setelah kandas di perairan Batam, Kepulauan Riau, sejak 26 Oktober 2022. Departemen Keuangan Amerika Serikat menyebut MT Young Yong terlibat dalam jaringan Hizbullah dan Korps Garda Revolusi Iran.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Tanjung Balai Karimun Jon Kenedi, Jumat (11/11/2022), mengatakan, MT Young Yong telah dievakuasi dari lokasi kandas di perairan Pulau Takong Kecil, Batam, 10 November lalu. Saat ini, kapal berbendera Djibouti itu masih berlabuh di perairan Pulau Nipah, Batam.
”Untuk sementara dilabuhkan karena kapal itu bocor di bagian tanki balas depan. Perlu dipastikan dulu apakah kebocoran itu sudah benar-benar teratasi,” kata Jon saat dihubungi dari Batam.
Menurut dia, MT Young Yong kandas di perairan Pulau Takong Kecil setelah berlayar dari Pelabuhan Tanjung Pelepas, Malaysia, pada 18 Oktober 2022. ”Menurut rencana, dia mau labuh jangkar di Pulau Nipah untuk menunggu arahan pemilik mau dibawa ke mana kapalnya,” ujar Jon.
Tanker MT Young Yong mengangkut 284.429 ton minyak mentah. Evakuasi kapal tersebut memakan waktu hingga 16 hari karena harus dilakukan secara ekstra hati-hati mengingat kapal itu kandas di jalur pipa gas Singapura. Petugas menghindari terjadinya kebocoran muatan serta terjadinya bencana yang lebih besar.
Lewat pernyataan tertulis, Kepala Dinas Penerangan Lantamal IV Batam Mayor Hadi Siswanto mengatakan, evakuasi MT Young Yong dilakukan dengan lebih dulu memindahkan muatan ke kapal MT Simba. Ia juga memastikan tidak ada tumpahan minyak mentah muatan MT Young Yong di sekitar area kandas.
Pada 3 November 2022, Departemen Keuangan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan pers bahwa MT Young Yong terafiliasi dengan jaringan Hizbullah dan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC-QF). Kapal itu dipakai memasarkan minyak mentah dari Iran untuk mendanai gerakan Hezbollah dan IRGC-QF.
MT Young Yong dimiliki oleh perusahaan Technology Bright yang bermarkas di Kepulauan Marshall. Perusahaan itu dikendalikan seorang bernama Viktor Artemov. Artemov disebut memegang peran kunci dalam mengatur penjualan minyak asal Iran untuk mendanai gerakan Hizbullah dan IRGC-QF.
Dari sumber yang sama disebutkan, Artemov dan beberapa pihak lain menjalankan modusnya dengan mencampur minyak mentah asal Iran dengan minyak mentah asal India. Hal itu mereka lakukan di Pelabuhan Sharjah, Uni Emirat Arab.
Karena keterlibatan MT Young Yong dalam gerakan Hizbullah dan IRGC-QF itu, AS kemudian memasukkan MT Young Yong dalam daftar kapal-kapal yang disanksi. Sanksi yang menarget sejumlah perusahaan dan tanker itu dijatuhkan Washington untuk meningkatkan tekanan kepada Teheran.
Terkait afiliasi MT Young Yong dengan gerakan Hizbullah dan IRGC-QF, Kepala KSOP Tanjung Balai Karimun Jon Kenedi menolak berkomentar. ”Kalau soal itu, saya no comment. Kami hanya fokus soal upaya evakuasi,” ucapnya.
Saat kandas di Batam, pemilik MT Young Young menunjuk PT Bintang Samudera Utama (PT BSU) sebagai agen kapal untuk mengurus dokumen dan perizinan tanker tersebut. Perwakilan PT BSU, Imadudin Akmal, menolak berkomentar soal evakuasi MT Young Yong.