Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko siap maju dalam Pemilihan Presiden 2024 jika masyarakat menghendaki. Namun, masih ada sejumlah kendala.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan kesiapannya maju dalam Pemilihan Presiden 2024 jika publik menghendaki. Meski demikian, mantan Panglima TNI tersebut belum mendapatkan dukungan dari satu pun partai untuk mengikuti kontestasi pemilu.
”Masyarakat punya hak politik menyuarakan sesuatu. Kalau mereka yakini (saya maju) itu baik, ya, terserah saja. (Saya) siap, siapa takut!” ucap Moeldoko saat ditanya kesediaannya menjadi calon presiden atau wakil presiden, Rabu (9/11/2022), di Kota Cirebon, Jawa Barat.
Moeldoko berkunjung ke Goa Sunyaragi, Cirebon, untuk menghadiri Tablig Akbar Majelis Kiai dan Santri Pembangunan Cirebon. Selain berjumpa dengan sejumlah kiai dan santri, Moeldoko, yang mengenakan baju kokoh putih dan sorban hijau, juga menyampaikan ceramah kebangsaan.
Namanya kembali mencuat sebagai kandidat dalam Pilpres 2024. Dalam Musyawarah Rakyat Relawan Jokowi di Batam, Kepulauan Riau, Moeldoko menduduki peringkat keenam sebagai capres dengan suara 5,27 persen. Urutan pertama adalah Ganjar Pranowo (Kompas.com, 9/11/2022).
Sebelumnya, survei Kompas April 2021 mencatat, Moeldoko mendapatkan elektabilitas capres sebesar 1 persen. Beberapa menteri yang meraih dukungan 1 persen untuk capres adalah Nadiem Makarim, Yaqut Cholil Qoumas, dan Mahfud MD (Kompas, 29/6/2021).
Menurut Moeldoko, masyarakat punya hak untuk menyampaikan aspirasinya, termasuk mengajukan kandidat dalam pilpres. Ia tidak punya hak untuk melarang hal tersebut. Namun, ia meminta kepada berbagai pihak agar menjaga Pilpres 2024 dari perpecahan bangsa.
”Belum ada terlihat (potensi perpecahan). Cuma, kita punya pengalaman empiris pada pemilu yang lalu. Itu jadi pelajaran bagi kita semuanya,” katanya. Pada Pilpres 2014 dan 2019, publik terbelah antara pendukung Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Stabilitas
Menurut dia, perpecahan saat pemilu dapat mengganggu stabilitas politik dan ekonomi. Padahal, kondisi tersebut bakal mengganggu jalannya investasi yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi 2,5 juta angkatan kerja setiap tahun. Akhirnya, pemulihan ekonomi nasional bisa terhambat.
”Jangan sampai, kita sudah membangun bagus, nanti distabilitas (politik dan ekonomi) terjadi, mundur lagi (pembangunan). Ini yang tidak kita inginkan,” ujar Moeldoko yang diangkat menjadi Pembina Majelis Kiai dan Santri Pembangunan Cirebon.
Mukhradis Hadi Kusuma, Direktur Eksekutif Archi Research and Strategic, lembaga riset dan konsultan politik, mengatakan, belum ada kandidat yang punya kesempatan sempurna maju sebagai capres. Hingga kini, tak satu pun capres mendapatkan dukungan 20 persen kursi DPR.
Nama-nama untuk capres juga berputar di Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Puan Maharani. ”Namun, untuk nama-nama cawapres masih terbuka lebar, termasuk bagi Pak Moeldoko. Apalagi, dia mantan panglima TNI dan punya pengaruh di Istana,” ujarnya.
Pengalaman memimpin pasukan di militer dan kini Kepala Staf Kepresidenan, menurut dia, bisa menjadi modal maju Pilpres 2024. ”Akan tetapi, Moeldoko masih terkendala dukungan partai dan masalah KLB (Kongres Luar Biasa) Partai Demokrat yang lalu,” ujar Mukhradis.