Hujan masih terjadi di sejumlah wilayah Kalimantan Barat. Akibatnya, ribuan warga di lima kabupaten/kota dilanda banjir. Banjir juga merendam ribuan rumah dan ratusan fasilitas umum.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Hujan masih terjadi di sejumlah wilayah Kalimantan Barat. Akibatnya, ribuan warga di lima kabupaten/kota dilanda banjir. Banjir juga merendam ribuan rumah dan ratusan fasilitas umum. Namun, secara umum, banjir perlahan surut.
Berdasarkan data dari Ketua Satuan Tugas Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat Daniel, Rabu (9/11/2022), per 9 November, terdapat 52.337 warga yang terdampak banjir di lima kabupaten/kota. Daerah yang dilanda banjir adalah Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang, dan Kota Singkawang.
Banjir juga merendam 9.339 rumah warga. Adapun jumlah pengungsi sebanyak 248 jiwa. Selain itu, terdapat 140 fasilitas umum yang terdampak. ”Banjir di Singkawang berkisar 10-30 cm. Kemudian, banjir di Kapuas Hulu tertingginya 50 cm. Namun, secara umum, banjir di Kalbar perlahan surut,” tutur Daniel.
Bantuan kepada warga terdampak bencana ini juga telah disalurkan oleh lintas sektor. Dapur umum didirikan di lokasi pengungsian di Singkawang sejak 6 November. Banjir di Singkawang terjadi sejak 6 November.
Berdasarkan data dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalbar, Kamis (10/11/2022), terdapat potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat di wilayah Kalbar pada pagi hingga malam hari. Hujan berpotensi disertai petir dan angin berdurasi singkat sehingga masih perlu diwaspadai dampaknya berupa banjir, genangan, dan tanah longsor.
Pada Oktober 2022, banjir juga melanda delapan kabupaten di provinsi tersebut. Banjir bahkan sempat memutus transportasi di jalur Trans-Kalimantan di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, sekitar 300 kilometer dari Pontianak, ibu kota Kalbar.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Nikodemus Ale, dalam beberapa kesempatan, mengatakan, banjir yang kerap terjadi di Kalbar tidak semata karena cuaca, tetapi juga akibat degradasi lingkungan. Salah satunya sungai di Kalbar sudah dalam kondisi kritis.
Daerah aliran sungai (DAS) banyak yang dibebani oleh aktivitas investasi berbasis ekstraktif. Pertambangan emas tanpa izin mengakibatkan pendangkalan sungai. Tata ruang juga perlu ditinjau ulang.
Pemerintah pada Selasa (8/11/2022), menggelar Pertemuan Forum DAS Provinsi Kalbar. Pertemuan bertema ”Penguatan dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pengelolaan DAS” tersebut bertujuan meningkatkan konsolidasi dan koordinasi bersama para pemangku kepentingan untuk menggaungkan kepedulian kabupaten/kota terhadap kondisi DAS.
”70 persen DAS Kapuas rusak. Saya berharap banyak dari Forum DAS ini, bagaimana perbaikan DAS Kapuas ke depan,” ujar Gubernur Kalbar Sutarmidji dalam pertemuan itu.