Jalur Sumatera Aceh Tamiang-Langkat Sudah Bisa Dilintasi
Selama 6 hari kendaraan tidak bisa melintas. Ketinggian air di badan jalan nasional mencapai 1 meter. Namun, pada Senin ketinggian air di badan jalan mulai menyusut, tersisa 40 cm hingga 60 cm.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
KARANG BARU, KOMPAS — Seiring menyusutnya banjir di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, jalan nasional penghubung Aceh Tamiang dengan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sudah bisa dilintasi pada Senin (7/11/2022). Namun, mobil yang dapat melintas masih jenis truk dan bus, sedangkan kendaraan pribadi belum semua bisa melintas.
Juru Bicara Pemkab Aceh Tamiang Agusliayana Devita menuturkan, ketinggian air di badan jalan nasional perbatasan Aceh Tamiang-Langkat mulai surut. Sejak Minggu malam, kendaraan roda empat jenis truk dan bus satu per satu mulai bergerak. ”Hanya truk dan bus, sedangkan mobil pribadi belum bisa melintas,” kata Devita.
Banjir di Aceh Tamiang sejak Selasa (1/11/2022) menyebabkan arus transportasi Aceh Tamiang-Langkat lumpuh. Selama 6 hari kendaraan tidak bisa melintas. Ketinggian air di badan jalan nasional mencapai 1 meter. Namun, pada Senin ketinggian air di badan jalan mulai menyusut, tersisa 40 cm hingga 60 cm.
”Kendaraan pengangkut logistik sudah mulai bergerak. Mudahan-mudahan hari ini kendaraan mobil pribadi juga sudah bisa melintas,” kata Devita.
Pantauan Kompas di Kota Kuala Simpang, Aceh Tamiang, truk dan bus yang sebelumnya parkir di tepi jalan nasional kini sudah bergerak. Satu per satu truk menuju perbatasan.
Koordinator Satuan Pelayanan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB), yaitu UPPKB Seumadam, Aceh Tamiang, Rudy mengatakan, antrean mobil di perbatasan jauh berkurang dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Itu karena sebelumnya terjadi penumpukan kendaraan bergerak dengan laju yang pelan.
”Saya menyarankan untuk sementara mobil pribadi tahan dulu, tunggu sampai air surut. Kalau cuaca cerah sore ini mungkin sudah bisa melintas,” kata Rudy
Secara umum, banjir di Aceh Tamiang telah menyusut, tetapi di sebagian desa rumah warga masih tergenang. Warga masih bertahan di posko pengungsian.
Data dari posko darurat penanggulangan bencana Aceh Tamiang hingga Minggu (6/11), jumlah desa yang tergenang banjir 146 desa. Adapun pengungsi mencapai 29.000 jiwa lebih. Mereka tersebar di 343 posko pengungsian. Sebanyak 66 desa masih terisolir. Akan tetapi, seiring menyusut air, jumlah pengungsi akan terus berkurang.
”Kini banjir bergerak ke hilir, ke kawasan Kecamatan Bendahara. Tim sedang fokus mendistribusi logistik ke sana,” kata Devita.
Aktivitas pelayanan publik belum normal sebab sebagian kantor pemerintah tergenang banjir. Begitu juga dengan aktivitas belajar di sekolah yang masih diliburkan.