Banjir Aceh Utara Terus Berulang, Warga Terus Jadi Korban
Warga alami kerugian mulai dari biaya bajak sawah, benih, hingga pupuk. Asa menikmati hasil keringat sirna dilanda banjir. Ironisnya, mereka tak mendapatkan bantuan benih sebagai pengganti atau kompensasi dari kerugian.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
DOK BPBD ACEH UTARA
Jalan nasional di Kota Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Kamis (6/10/2022), tergenang banjir. Permukiman warga juga tidak luput dari genangan sehingga membuat warga terpaksa mengungsi
BANDA ACEH, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, terus berulang setiap masuk musim hujan. Warga yang tinggal di kawasan rawan banjir semakin rentan menjadi korban. Namun, sejauh ini, mereka tidak punya pilihan selain bertahan.
Sejak Minggu hingga Kamis (2-6/10/2022), puluhan desa di Aceh Utara masih tergenang banjir. Kawasan permukiman warga, jalan nasional, sekolah, dan perkantoran tidak luput dari genangan. Ketinggian air bervariasi, 50 sentimeter hingga 1 meter.
Warga yang rumahnya tergenang harus mengungsi ke balai desa atau lokasi yang aman. Lahan pertanian dan pertokoan tergenang, warga alami kerugian, tetapi belum dihitung besarannya. Sebagian warga juga membuka dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan.
Kepala Desa Meuria, Kecamatan Matang Kuli, Bukhari mengatakan, banjir akibat luapan Sungai Keureuto terjadi saat warga sedang tidur, sekitar pukul 03.00. Tidak butuh waktu lama air di permukiman warga telah mencapai 1 meter.
Dalam gelap, mata warga langsung bersiap-siap untuk mengungsi ke balai desa.
”Kami mengungsi ke meunasah (balai desa), buka dapur umum. Semua rumah di desa kami tergenang,” kata Bukhari.
Setelah dua hari berlalu, sebagian titik banjir mulai menyusut. Namun, di desa lain air justru sedang naik. ”Desa tetangga, Krueng Keureuto, tidak memiliki tanggul. Kalau debit air naik, pasti banjir,” kata Bukhari.
Desa Meuria berada di tepi Sungai Keureuto. Sungai itu meliuk-liuk melewati banyak desa di Matang Kuli. Pada musim hujan sungai ini sering meluap. Biasanya warga akan bersiap-siap untuk mengungsi saat mendapat kabar hujan di bagian hulu dalam intensitas yang tinggi.
Seingat Bukhari, pada 2022, telah tiga kali desanya tergenang banjir. Banjir paling parah terjadi pada Januari 2022, nyaris seminggu desanya tergenang. Warga kehilangan banyak harta seperti ayam, bebek, dan ternak.
Sawah-sawah yang masuk musim panen tidak sempat menikmati hasil. Luas sawah 19 hektar berubah jadi lautan. “Banjir Januari hampir semua gagal panen. Hanya beberapa orang yang sempat menyelamatkan padinya,” ujar Bukhari.
Warga alami kerugian mulai dari biaya bajak sawah, benih, hingga pupuk. Asa menikmati hasil keringat sirna dilanda banjir. Ironisnya mereka tidak mendapatkan bantuan benih sebagai pengganti atau kompensasi dari kerugian yang diderita akibat bencana alam.
Kepala Desa Alue Thoe, Kecamatan Matang Kuli, Tarmizi menuturkan, banjir masih menggenangi desanya. Namun, warga masih bertahan di rumah. Desa Meuria dan Alue Thoe sama-sama berada dalam zona rawan. Setiap tahun desa ini dan desa sekitarnya dilanda banjir luapan.
“Dulu terjadi setahun sekali. Kalau sekarang setiap hujan lebat akan banjir,” kata Tarmizi.
DOK BPBD ACEH UTARA
Kawasan Permukiman Kota Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Kamis (6/10/2022) tergenang banjir sehingga membuat warga terpaksa mengungsi
Sekretaris Daerah Aceh Utara Murthala menuturkan, banjir menggenangi 12 kecamatan, dari 23 kecamatan yang ada di kabupaten itu. Sebanyak enam sungai meluap karena tak mampu menampung curah hujan yang tinggi.
Menurut Murthala, banjir berdampak pada aktivitas warga. Infrastruktur, lahan pertanian, jalan nasional Banda Aceh-Medan hingga pasar tergenang. Pemprov Aceh telah menyalurkan bantuan masa panik, berisi sembako dan kebutuhan mendesak bagi warga di pengungsian.
Dosen Teknik Lingkungan Universitas Serambi Mekkah, Teuku Muhammad Zulfikar, mengatakan, selain karena faktor cuaca, bencana juga dipicu kerusakan lingkungan. Kerusakan hutan, turunnya kualitas sungai, dan tata kelola kawasan yang keliru menyebabkan bencana semakin sering terjadi.