Kapal Tongkang Tujuan Jakarta Disergap Puluhan Perompak di Batam
Sebuah kapal pengangkut besi tua disergap puluhan perompak saat melintas di perairan Batam. Hal itu menambah catatan panjang tindak kejahatan di Selat Singapura.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
BATAM, KOMPAS — Kapal tongkang Bina Marine 81 disergap sekitar 20 perahu perompak di perairan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (3/11/2022) malam. Saat itu, Bina Marine 81 tengah mengangkut besi tua dari Singapura menuju Jakarta.
Direktur Polisi Air dan Udara Polda Kepri Komisaris Besar Boy Herlambang, Sabtu (5/11/2022), mengatakan, perompakan terhadap Bina Marine 81 awalnya diketahui melalui radar oleh otoritas aparat Singapura. Informasi itu kemudian diteruskan kepada Polairud Polda Kepri.
Menurut Boy, ada puluhan perompak yang menyergap tongkang Bina Marine 81. Awalnya, mereka meminta besi tua kepada nakhoda. Namun, permintaan itu ditolak sehingga mereka memanjat tongkang untuk merampas muatan besi tua.
”Dari 20 perahu, kami berhasil menangkap empat perahu di antaranya. Tersangka yang ditangkap ada tujuh orang,” kata Boy.
Para tersangka yang tertangkap merupakan warga Kelurahan Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, yang terletak di pesisir utara Batam. Mereka semua berjenis kelamin laki-laki dan berusia 19-46 tahun.
Dari 20 perahu, kami berhasil menangkap empat perahu di antaranya. Tersangka yang ditangkap ada tujuh orang. (Boy Herlambang)
Menurut Boy, tujuh tersangka itu dijerat dengan Pasal 363 Ayat 2 juncto Pasal 55 Ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Para tersangka terancam hukuman penjara paling lama 4 bulan dan 15 hari.
Jalur tersibuk
Peristiwa tersebut menambah rentetan panjang perompakan di Selat Singapura. Pusat Berbagi Informasi (ISC) Kesepakatan Kerja Sama Regional Memerangi Pembajakan dan Perampokan Bersenjata terhadap Kapal-kapal di Asia (ReCAAP) mencatat, pada Januari-September 2022 terjadi 41 kali perompakan di jalur pelayaran tersibuk di dunia itu.
Dari 41 perompakan itu, 26 peristiwa di antaranya digolongkan ReCAAP dalam golongan CAT 4. Artinya, perompakan itu tidak melibatkan penggunaan senjata dan tidak melukai awak kapal yang dirompak.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Sigit Riyanto menilai, maraknya perompakan di Selat Singapura mengindikasikan lemahnya kontrol negara-negara di wilayah tersebut.
Hal itu patut dipikirkan semua negara di Asia Tenggara karena sangat mungkin perompakan masih akan terjadi pada masa mendatang, bahkan mencakup lokasi yang lebih luas.
Jika negara-negara di Asia Tenggara tidak segera mengambil langkah strategis dan program nyata untuk menangkal pembajakan di laut, dapat diprediksi situasi ini akan menyuburkan kejahatan lain terkait yang menjadi ancaman bagi keamanan laut.
Ancaman itu seperti terorisme, perikanan ilegal, kejahatan lingkungan, perdagangan manusia, narkoba, barang-barang palsu, serta senjata ilegal, bahkan meningkatkan kecelakaan laut dan sengketa yurisdiksi.
”Salah satu masalah krusial yang perlu dinegosiasikan dan dirinci lebih lanjut oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara adalah bagaimana menentukan lingkup kerja sama dalam rangka mewujudkan wilayah laut yang aman,” kata Sigit (Kompas, 22/2/2022).