Peneliti Temukan Fosil Diduga Gajah Purba di Lembah Walannae
Sejumlah peneliti dan arkeolog berusaha menyingkap lapisan budaya tertua di Pulau Sulawesi yang diduga berada di Lembah Walannae. Penelitian awal menemukan adanya fosil binatang vertebrata yang diduga gajah purba.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Tim peneliti dan arkeolog yang melakukan penelitian di Lembah Walannae, Soppeng, Sulawesi Selatan, menemukan fosil tulang binatang yang diduga gajah dan babi purba. Saat ini temuan tersebut sedang dianalisis ahli paleontologi.
Hal ini dikatakan arkeolog dari Balai Arkeologi Sulawesi Selatan yang juga penelitiUniversitas Hasanuddin, Budianto Hakim, Kamis (3/11/2022). Penelitian yang saat ini berlangsung di Kabupaten Soppeng adalah kolaborasi peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Program Studi Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Departemen Arkeologi Universitas Hasanuddin, dan Museum Geologi Bandung.
”Sementara ini, dari hasil survei di wilayah Soppeng secara khusus, masih terbatas pada temuan permukaan berupa fragmen fosil binatang vertebrata dan berbagai macam artefak batu. Pada singkapan tanah ditemukan beberapa fragmen fosil tulang binatang yang diduga gajah purba dan babi purba. Untuk pastinya, masih menunggu hasil analisis dari ahli paleontologi,” tutur Budianto.
Lembah Walannae adalah kawasan paleolitik tertua yang ada di Sulawesi Selatan. Pada masa lampau, kawasan ini menjadi tempat migrasi ataupun menetap manusia purba, termasuk sejumlah jenis binatang purba. Peneliti menyebut kedatangan binatang purba di wilayah ini dimulai sejak masa pleistosen hingga holosen.
Lembah Walannae ditandai dengan Sungai Walannae, salah satu sungai purba yang saat ini sebagian besar masuk wilayah Kabupaten Soppeng. Sungai ini juga melintasi Kabupaten Bone dan Wajo. Ada banyak tinggalan yang tersebar di sejumlah lokasi yang meliputi beberapa kecamatan di Soppeng. Fakta ini membuat arkeolog menyebut Lembah Walannae sebagai laboratorium alam untuk penelitian arkeologi.
”Hal yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa depresi atau Lembah Walannae ternyata tidak saja meliputi wilayah Soppeng, tetapi juga meliputi wilayah Bone, Sinjai, dan Bulukumba. Hal ini diperkuat oleh adanya temuan arkeologis berupa artefak batu pada beberapa situs,” kata Budi.
Sayangnya, dari sejumlah situs baru yang ditemukan kata Budi, beberapa di antaranya telah mengalami ancaman serius. Situs Sampie, di Libureng, Kabupaten Bone, yang berada di tepi sungai, misalnya, telah menjadi lokasi penambangan pasir dan batuan. Demikian juga Situs Sahoddi, Bulupoddo, Kabupaten Sinjai, yang sebagian dari lokasinya telah menjadi permukiman penduduk.
Sementara itu, peneliti BRIN, Indah Asikin, mengatakan, penelitian ini adalah bagian dariProgram Rumah Peradaban. Penelitian yang dilakukan saat ini berkaitan dengan kehidupan masa paleolitik di Lembah Walennae.
”Dalam konteks regional, Sulawesi sebagai pulau yang terbesar yang berada di wilayah Wallacea diyakini memiliki potensi besar berkaitan dengan prasejarah regional. Penelitian arkeologi selama ini belum menunjukkan adanya kehidupan pramodern di Sulawesi seperti halnya di Jawa,” katanya.
Karena itu, penelitian ini diharapkan menemukan lapisan budaya tertua di Sulawesi dengan fokus di kawasan Lembah Walennae, Soppeng. Sebenarnya penelitian di Lembah Walannae sudah sering dilakukan oleh peneliti dalam dan luar negeri. Penelitian bahkan sudah mulai dilakukan di wilayah ini sejak tahun 1940-an.