Kapal Selam Wisata Diharapkan Picu Pembentukan Kawasan Konservasi di Likupang
Kapal selam wisata pertama di Indonesia akan segera dioperasikan di perairan Likupang, Minahasa Utara. Wahana ini diharapkan akan memicu upaya pelestarian alam bahari dengan pembentukan kawasan konservasi laut daerah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MINAHASA UTARA, KOMPAS — Kapal selam wisata pertama di Indonesia akan segera dioperasikan di perairan Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Wahana ini diharapkan akan memicu upaya pelestarian alam bahari dengan pembentukan kawasan konservasi lingkungan daerah sebagai penyempurna Kawasan Ekonomi Khusus Likupang.
Kapal selam wisata Golden Manta milik PT Bhineka Mancawisata (BMW) itu diuji coba, Kamis (3/11/2022), di perairan dekat Pulau Bangka, Likupang Timur. Kapal selam yang memiliki dua lambung itu mula-mula berlayar selama sekitar 40 menit dari Pelabuhan Munte ke titik uji coba dengan kecepatan 8 knot.
Kemudian, kapal yang dikemudikan pilot Ronny Talantang serta kopilot Mudasir Arada itu menyelam hingga kedalaman 30 meter. Sekitar 20 penumpang bisa merasakan keseruan ketika kapal berbobot 42 gros ton tersebut mulai membenamkan diri dari permukaan untuk menyelam. Perubahan tekanan udara hampir tak terasa di dalam kabin.
Kapal yang dibuat pada 2009 di Spanyol itu bertahan sekitar 10 menit di dasar laut, di mana penumpang bisa melihat hamparan terumbu karang serta beragam jenis ikan yang hidup di sana. Uji coba yang berlangsung lancar itu memantapkan pengelola bahwa pengoperasiannya bisa segera dimulai pada Desember 2022.
”Kami sudah uji coba berkali-kali. Pertama, waktu kami kirim kru ke Spanyol untuk pelatihan selama 1,5 bulan. Hingga sekarang mungkin uji coba sudah puluhan kali. Semua instrumen kapal sudah dikuasai (oleh kru kapal), tetapi jam terbangnya perlu ditambah,” ujar Oong Irianto, Direktur Utama PT BMW.
Rangkaian uji coba diawasi ketat oleh tim inspektur kelautan Direktorat Perkapalan dan Kepelautan Kementerian Perhubungan serta Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Bitung. Dua instansi berwenang menetapkan apakah kapal Golden Manta telah memenuhi standar keselamatan penumpang.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Likupang M Qowi menyebut perkembangan perizinan Golden Manta sangat positif. ”Dua minggu lalu tim marine inspector sudah survei dan mengikuti penyelaman. Jadi tinggal menunggu penerbitan sertifikatnya dari pusat dan dari Bitung,” ujarnya.
Sekarang, kan, wilayah KEK sedang dalam tahap pembangunan. Ini akan meluas juga sampai ke Pulau Bangka. (Ryke Lukas)
Sementara itu, penanggung jawab proyek kapal wisata Golden Manta dari PT BMW, Adji Sularso, mengatakan kapal tersebut memiliki sistem keselamatan yang berlapis. Pihaknya telah membuat prosedur standar operasi yang wajib ditepati selalu, seperti pengisian solar serta baterai kapal sebelum berlayar.
Kapal ini juga ia sebut akan stabil di bawah permukaan air karena bentuknya yang seperti katamaran. Kapal juga mudah kembali ke permukaan dengan dua cara. ”Pertama dengan mengandalkan sistem udara dalam tangki ballast, kedua dengan melepaskan pemberat kapal berbobot 500 kilogram,” ujar Adji.
Selama 40 menit
Menurut Oong, PT BMW menggelontorkan sekitar Rp 40 miliar untuk mendatangkan kapal selam wisata ini. Menurut rencana, kapal berkapasitas 30 orang, yakni 27 penumpang dan 3 awak kapal, itu akan dapat dioperasikan tiga kali sehari, masing-masing selama 40 menit. Tiket kapal per penumpang diperkirakan Rp 1 juta.
Nantinya, kapal itu akan menyelam di sekitar Pulau Bangka, terutama di dekat Pulau Sahaung dan titik selam yang dikenal sebagai Basabora. Titik-titik selam itu kini sedang dalam tahap penetapan.
”Sudah ada dua titik yang disurvei, dan itu bagus sekali koralnya. Dari hasil pertemuan dengan Pak Bupati (Minahasa Utara, Joune Ganda), kami ada rencana kerja sama agar daerah itu dijadikan area konservasi, taman laut yang dilindungi pemerintah. Itu akan jadi destinasi wisata yang eksklusif,” kata Oong.
Daerah konservasi yang ia maksud adalah kawasan konservasi laut daerah (KKLD). Jika dilestarikan, Oong yakin Likupang akan bisa mendunia dan menarik minat banyak wisatawan, terutama dari luar negeri. Pendapatan asli daerah juga akan mengalir ke kas kabupaten.
Oong menambahkan, wilayah KKLD yang eksklusif berarti hanya penyelam berpengalaman yang bisa berwisata di sana. Nelayan juga tidak akan bisa melaut di wilayah itu demi mengurangi risiko kerusakan akibat alat tangkap berbahaya seperti bom.
Kendati begitu, hal tersebut baru rencana. Dinas Pariwisata Minahasa Utara belum dapat menjelaskan rencana penetapan KKLD tersebut. PT BMW bahkan baru menyatakan komitmen untuk membantu pemkab dalam proses penetapannya.
Kepala Dinas Pariwisata Minahasa Utara Ryke Lukas mengatakan, keberadaan kapal selam wisata Golden Manta akan menyempurnakan Likupang sebagai destinasi pariwisata superprioritas. ”Sekarang, kan, wilayah KEK sedang dalam tahap pembangunan. Ini akan meluas juga sampai ke Pulau Bangka,” kata Ryke tanpa menjelaskan lebih jauh.
Kapal Golden Manta akan dikelola oleh Manado Marriott Resort and Spa yang juga milik PT BMW. Hotel tersebut terletak di wilayah Likupang Barat, di luar 197,4 hektar KEK Likupang yang terletak di Likupang Timur. Hingga kini, pembangunan fisik berbagai infrastruktur pariwisata di KEK Likupang belum terlihat.