Pengungsi banjir di Kalteng terus bertambah. Di satu sisi, berbagai penyakit mulai mengancam setidaknya 6.868 pengungsi mulai dari bayi hingga warga lansia.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PANGKALAN BUN, KOMPAS — Pengungsi banjir di Kabupaten Kotawaringin Barat terus bertambah. Mereka juga mulai diserang berbagai penyakit, mulai dari gatal-gatal, linu, hingga muntaber. Pelayanan kesehatan dengan tenaga terbatas tetap melayani ribuan pengungsi.
Kabupaten Kotawaringin Barat menjadi wilayah terdampak paling buruk di Kalimantan Tengah. Sebelumnya, jumlah pengungsi mencapai 4.934 orang lalu bertambah 468 orang menjadi 5.402 orang. Mereka tersebar di berbagai tenda dan gedung serbaguna yang dimanfaatkan menjadi tempat pengungsian.
Hariyanti (33), warga Desa Kumpai Batu Bawah, mengungkapkan, dirinya sudah 12 hari mengungsi di Gedung Olahraga (GOR) di Desa Kumpai Atas sekitar 4 kilometer. Anaknya yang masih berumur dua bulan juga ia bawa karena rumahnya tak lagi bisa ditinggali.
”Air sudah naik sampai atap, gak tahu kalau sekarang. Di sini, ya, mau gak mau, alhamdulillah kebutuhan cukup cuma sakit macam-macam. Namanya juga pengungsi,” ungkap Heriyanti saat ditemui Kompas di lokasi pengungsian pada Minggu (30/10/2022).
Heriyanti mengatakan, ia dan anak-anak menderita gatal sejak pertama datang ke tempat pengungsian, apalagi saat itu air bersih kurang untuk memenuhi kebutuhan pengungsi. Saat ini berbagai bantuan justru menumpuk, mulai dari makanan, selimut, hingga kasur.
Laila, warga Tanjung Terantang, mengungkapkan, kebutuhan utama di tempat pengungsian adalah menjaga kebersihan tempat karena mereka menduga datangnya berbagai penyakit karena banyak sampah makanan dan sampah plastik yang menumpuk. ”Anak udah kena muntaber, tapi saat ini sudah baikan,” ujarnya.
Delima, petugas kesehatan dari puskesmas terdekat, mengungkapkan, setidaknya terdapat 250 orang yang mengungsi di GOR Kumpai Batu Atas. Selama 12 hari mengungsi, setidaknya 13 orang terkena muntaber mulai dari anak-anak hingga remaja.
”Penyakit lainnya gatal-gatal, juga linu-linu, kami stand by di sini untuk memberikan pelayanan kesehatan,” kata Delima.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng menunjukkan, total pengungsi mencapai 6.868 orang yang tersebar di 10 kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah. Total pengungsi mencapai 2.310 keluarga di 10 kabupaten dengan 22 kecamatan dengan total 108 desa dan kelurahan.
Sebanyak 10 kabupaten dan kota yang terdampak, antara lain, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sukamara, Lamandau, Katingan, Kotawaringin Timur, Pulang Pisau, Seruyan, Barito Utara, Barito Selatan, dan Kota Palangkaraya.
Kepala Pelaksana BPBPK Provinsi Kalteng Falery Tuwan mengungkapkan, saat ini fokus pemerintah menyalurkan bantuan, serta melakukan pengawasan dan evakuasi terhadap korban terdampak banjir.
”Masyarakat yang terdampak banjir diberikan bantuan berupa sembako. Penyaluran bantuan sembako bagi masyarakat yang terdampak banjir saat ini difokuskan ke wilayah barat dua kecamatan yang alami banjir terparah sehingga warganya semua mengungsi,” ujarnya.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengungkapkan, selain menyalurkan bantuan, pihaknya juga membuat rencana jangka panjang untuk menata kembali tata ruang daerah terutama di wilayah-wilayah yang paling terdampak banjir.
”Kami akan mengkaji penataan permukiman di beberapa kawasan, seperti di Mendawai, Kotawaringin Barat, karena ada permintaan dari warga untuk bedah kampung,” ungkap Sugianto.
Di Kabupaten Katingan, Kepala Pelaksana BPBD Katingan Roby mengungkapkan, banjir melanda tiga kecamatan dan perlahan surut. Meskipun demikian, pihaknya masih terus memantau ketinggian muka air sungai yang kini naik setinggi 3,5 meter. Potensi wilayah lain dilanda banjir masih besar.
”Petugas kami terus melakukan pendataan. Data kami ada enam orang yang merupakan satu keluarga yang terpaksa dievakuasi dan mengungsi,” kata Roby.