Trans-Kalimantan Masih Putus, Ribuan Warga Mengungsi
Banjir di Kalteng terus meluas, masyarakat mulai mengungsi. Jalur Trans-Kalimantan pun masih terputus dan belum bisa dilewati.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir terus meluas di Kalimantan Tengah. Jalur Trans-Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Barat di Kabupaten Lamandau masih putus. Sementara di Kabupaten Katingan ketinggian air mencapai 4 meter. Puluhan ribu orang terdampak banjir, sebagian mulai mengungsi ke rumah-rumah kerabatnya di luar desa.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, hasil pantauan ketinggian muka air di Pelabuhan Kasongan, Katingan, ketinggian air mencapai 4 meter lebih dan terus meningkat. Sementara di permukiman warga, air yang meluap dari Sungai Katingan dan merendam permukiman ketinggiannya beragam dengan ketinggian maksimal mencapai 1,5 meter.
”Dalam beberapa hari ini air terus naik, banjir kian meluas. Ada beberapa kecamatan yang air banjir sampai masuk ke dalam rumah hingga merendam perkantoran. Masyarakat banyak yang mengungsi ke rumah kerabat. Kami juga siapkan tenda atau posko untuk mengungsi,” kata Roby, Rabu (12/10/2022).
Berdasarkan data BPBD Katingan, banjir merendam enam kecamatan dengan total 44 desa dan kelurahan di Katingan. Banjir sedikitnya merendam 544 rumah dengan 3.114 keluarga. Total ada 3.902 orang terdampak. Banjir juga merendam 9 sekolah, 6 gedung kantor pedesaan, 5 pasar tradisional, serta 8 fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan puskesdes.
Dalam beberapa hari ini air terus naik, banjir kian meluas. (Roby)
Roby menambahkan, banjir di Kecamatan Tasik Payawan dan Mendawai terjadi karena pertemuan air kiriman dari hulu dan air pasang dari laut. Sementara di daerah lain, banjir terjadi lantaran luapan Sungai Katingan yang tak mampu menampung air hujan. ”Ini terjadi setiap tahun, bisa lebih cepat surut tergantung intensitas hujan,” kata Roby.
Kantingan merupakan satu dari lima kabupaten di Kalimantan Tengah yang terendam banjir. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalimantan Tengah, banjir melanda di lima kabupaten, yaitu Kabupaten Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan, Pulang Pisau, dan Kabupaten Lamandau.
Banjir di Kalteng merendam sedikitnya 20 kecamatan di 93 desa dan kelurahan dengan total 9.705 keluarga atau 21.835 orang terdampak. Banjir diperkirakan akan terus meluas.
Tahun ini Kalteng sudah dua kali terendam banjir. Berdasarkan catatan Kompas, banjir terjadi sejak musim kemarau pada Juli sampai Agustus. Kini, Kalteng mulai memasuki musim hujan dengan cuaca ekstrem yang membuat banjir semakin parah.
Terus meluas
Di Kabupaten Lamandau, banjir merendam enam kecamatan dengan total 31 desa dan berdampak ke 1.302 keluarga dengan total 3.891 orang. Jumlah itu diperkirakan terus bertambah seiring meluasnya banjir di Kalteng. Sedikitnya 12 keluarga mengungsi ke tenda yang disiapkan pemerintah daerah.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Lamandau Joni Hardi mengungkapkan, banjir di Lamandau berpotensi terus meluas karena intensitas hujan yang tinggi di sebagian wilayah terdampak dan di hulu Sungai Lamandau.
”Kami sudah mendirikan tenda pengungsian di beberapa titik aman untuk warga yang terdampak banjir di Lamandau. Tenda juga dilengkapi dengan dapur umum,” kata Joni.
Menurut Joni, sampai saat ini jalur Trans-Kalimantan masih terputus akibat banjir. Kendaraan roda dua pun harus dinaikkan ke sampan kayu yang dibuat warga setempat untuk bisa melintas, sedangkan kendaraan roda empat sama sekali tak bisa melintas.
Jalan tersebut merupakan jalur Trans-Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Barat. Jalur itu juga digunakan untuk angkutan produksi perusahaan perkebunan sawit dan masyarakat sekitar untuk membawa hasil kebun mereka ke Nanga Bulik, ibu kota Lamandau, dan ke Kotawaringin Barat.
”Kami terus melakukan pemantauan di lapangan dan mengimbau masyarakat akan potensi banjir,” tambah Joni.