Makna Perjumpaan Ganjar–Emil dan Sindiran Menuju Pilpres 2024
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil dipertemukan dalam salah satu rangkaian dari gelaran Y20 di Surakarta, Jateng, Jumat (28/10/2022) malam. Sindiran Pilpres 2024 mengemuka di sana.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kiri) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) berjalan bersama untuk mengikuti acara temu wicara Y20 di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (28/10/2022) malam. Keduanya disindir soal keikutsertaan dalam Pilpres 2024. Turut hadir dalam acara tersebut Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
SURAKARTA, KOMPAS — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil dipertemukan dalam salah satu rangkaian dari gelaran Y20 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (28/10/2022) malam. Kedua sosok itu digadang-gadang sebagai kandidat potensial dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2024. Sindiran mengenai hal itu terlontar pada perjumpaan tersebut.
Perjumpaan di antara keduanya terjadi pada temu wicara kepemimpinan bertajuk ”Enhancing the Role of Young Leaders” di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jateng, Jumat malam. Acara ini digelar bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Dalam kesempatan itu, Ganjar tampil mengenakan kemeja batik berwarna merah bermotif naga. Sementara Kamil, yang biasa disapa Emil, berkemeja batik biru bercorak megamendung.
Turut hadir sebagai pembicara Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka. Tampak ada dua kepala daerah lainnya hadir sebagai tamu undangan, yakni Wali Kota Bogor Bima Arya dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak. Para hadirin lainnya ialah delegasi pemuda dari sejumlah daerah di Indonesia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) diwawancarai wartawan seusai mengikuti Y20 di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (28/10/2022) malam. Keduanya disindir soal keikutsertaan dalam Pilpres 2024. Turut hadir dalam acara tersebut Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
Dalam acara tersebut, Ganjar menyatakan, persatuan bangsa sudah menjadi kesepakatan para pendiri negara ini. Itu tak bisa diingkari. Kesatuan inilah yang hendaknya senantiasa dirawat oleh generasi penerus.
Alasannya, persatuan itu yang nantinya akan membawa bangsa ini kepada kejayaan. Namun, yang menjadi catatan, generasi penerus harus bisa adaptif dan solutif terhadap perubahan zaman.
Emil mengungkapkan hal serupa. Ia berpandangan, anak-anak muda sekarang menghadapi tantangan berupa disintegrasi bangsa. Seolah ada pihak-pihak yang menginginkan keragaman bangsa ini dicerai berai.
Itu, kata Emil, tak sejalan dengan cita-cita Indonesia menjadi bangsa yang maju pada 2045. Tanpa adanya kerukunan, kemajuan bangsa bakal sulit digapai.
”Harusnya pemuda ini mengedepankan persamaan. Jangan beda politik bertengkar. Beda klub sepak bola bertengkar. Mudah-mudahan tanpa pertengkaran kita sambut 2045 sebagai tahun negara adidaya,” kata Emil.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kedua dari kanan), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua dari kiri), dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka saat mengikuti Y20 di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (28/10/2022) malam. Ganjar dan Kamil disindir soal keikutsertaan dalam Pilpres 2024.
Di sela-sela acara, Wali Kota Bogor Bima Arya memandang kedua sosok tersebut, Ganjar dan Emil, sebagai calon pemimpin masa depan. Menurut dia, keduanya juga saling melengkapi karena seolah berada dalam kutub yang berbeda.
Misalnya, menurut Bima Arya, Ganjar banyak bergerak dalam pembangunan desa. Sementara Emil aktif pada pengembangan kota.
Dari latar belakang keluarga, Bima Arya menambahkan, Ganjar mewakili aktivis nasionalis, sedangkan Emil berangkat dari lingkungan pondok pesantren. Ia juga membandingkan secara kesukuan. Ganjar dan Emil sama-sama berasal dari dua suku bangsa yang berbeda, tetapi jumlahnya begitu besar di Indonesia, yakni Jawa dan Sunda.
Bima Arya ingin menitipkan kemajuan Indonesia pada 2045 kepada dua sosok tersebut. Alasannya, kemajuan bangsa tidak bisa direngkuh tanpa kepemimpinan yang kokoh. Ia mengharapkan agar anak-anak muda diberi ruang sebesar-besarnya untuk mendorong kemajuan bangsa.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wali Kota Bogor Bima Arya, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Mangkunegara X, dan para hadirin berfoto bersama seusai mengikuti Y20 di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (28/10/2022) malam. Keduanya disindir soal keikutsertaan dalam Pilpres 2024.
”Terakhir, baru pertanyaan. Untuk Mas Ganjar, siapkah berpasangan dengan Kang Emil? Untuk Kang Emil, siap enggak berpasangan dengan Mas Ganjar? Untuk Mas Gibran, siap enggak mendukung mereka berdua?” kata Bima Arya, disambut riuh rendah tepuk tangan hadirin.
Ganjar dan Gibran enggan berkomentar atas pertanyaan tersebut. Sementara itu, Emil menanggapi, calon presiden dan calon wakil presiden sudah diatur Tuhan. Itu bergantung dari takdir yang akan diterima masing-masing orang nantinya.
Tren positif dari hasil survei elektoral disyukurinya karena menjadi indikator kepuasan masyarakat terhadap kinerjanya. Ia akan fokus bekerja sebaik-baiknya demi masyarakat.
”Siapa pun yang diberi takdir, kita dukung. Yang penting demi Indonesia yang bersatu dan Indonesia yang lebih baik,” kata Emil.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan) menerima hadiah kejutan dari Wali Kota Bogor Bima Arya (tengah) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga dari kiri) seusai mengikuti Y20 di Pura Mangkunegaran, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (28/10/2022).
Dihubungi secara terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi menyampaikan, kedua tokoh tersebut memang hadir bersama dalam kapasitas masing-masing sebagai kepala daerah. Namun, publik juga bisa membaca muatan politik di dalamnya. Itu didasari kemunculan nama dua tokoh tersebut dalam sejumlah survei kepemimpinan nasional yang menyebut mereka sebagai kandidat kuat pada Pemilu 2024.
Untuk itu, lanjut Wawan, pertemuan itu menjadi momentum awal atas komunikasi yang lebih serius di antara kedua belah pihak. Kedua tokoh seolah ingin menunjukkan adanya jalinan komunikasi yang dekat, akrab, dan intens. Terlebih lagi terdapat konteks elektoral yang menyertai perjumpaan mereka.
”Namun, pertemuan ini lebih bersifat personal. Ini akan menjadi modal relasi politik yang cukup menentukan jika dibutuhkan ke depan. Jadi, kelak, kalau dibutuhkan, tinggal diaktifkan saja. Sebab, keduanya sempat saling bertemu,” kata Wawan.