Kebakaran kapal Express Cantika 77 di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, yang menewaskan 17 orang dan 9 orang lainnya masih dicari ini membuka kotak pandora keselamatan pelayaran.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
Senin (24/10/2022) pagi, satu per satu penumpang menaiki kapal Express Cantika 77 yang sandar di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mereka akan berlayar ke utara menuju Pelabuhan Kalabahi di Kabupaten Alor dengan waktu tempuh sekitar lima jam.
Tidak semua penumpang kebagian tempat duduk. Sebagian ada yang berdiri di lorong kapal hingga dek atas.
Batas toleransi kapal maksimum 150 orang. Adapun data manifes yang diserahkan pihak kapal kepada otoritas pelabuhan 177 orang yang terdiri dari 167 penumpang dan 10 awak kapal.
Saat kapal mulai berlayar meninggalkan Pelabuhan Tenau, suasana di dalam kabin terasa panas. Sebagian penumpang meminta awak kapal memperbaiki penyejuk ruangan, tetapi hawa masih tetap panas.
Sekitar 48 mil atau 88,9 kilometer perjalanan di tengah Laut Sawu, tiba-tiba muncul asap yang langsung diikuti kobaran api dari ruang mesin di bagian belakang kapal. Penumpang berlari keluar kabin menuju bagian depan kapal. Awak kapal membagi baju pelampung sambil meminta penumpang tetap tenang.
Api terus membesar dan tertiup angin kencang, hingga mulai merambat ke depan kapal, tempat penumpang berkumpul. Sontak mereka kian panik. Penumpang, terutama ibu-ibu dan anak-anak, berteriak dan menangis histeris minta tolong. Beberapa di antara mereka memilih terjun ke laut menghindari api.
Penumpang yang bisa berenang mencoba sekuat tenaga mencapai pesisir yang berjarak hampir 1 mil laut (1, 852 kilometer). Sementara mereka yang tidak bisa berenang hanya mengapung dan membiarkan tubuh mereka terbawa arus laut.
Nelayan dan warga setempat yang melihat kejadian itu berusaha membantu dengan perahu motor seadanya. Sekitar tiga jam kemudian, datang tim SAR mencari dan menyelamatkan penumpang menggunakan Kapal Negara Antareja yang bergerak dari Tanau. Tim berusaha menyelamatkan ratusan orang itu.
Nyatanya, jumlah yang ikut dalam pelayaran jauh lebih banyak daripada data manifes. Saat kejadian, tim SAR mengevakuasi 14 korban tewas dan 312 korban selamat. Keesokan harinya ditemukan lagi tiga korban tewas.
”Korban yang belum ditemukan 9 orang,” kata Saidar R Jaya, Kepala Seksi Operasi dan Kedaruratan Kantor SAR Kupang.
Kebakaran itu menguak buruknya sistem keamanan pada kapal yang berujung pada hilangnya nyawa penumpang. Belum diketahui dengan pasti penyebab kebakaran tersebut. Sejumlah pihak meminta pertanggungjawaban operator kapal, yakni PT Pelayaran Dharma Indah.
(Semua yang terlibat) Nanti dipanggil, diperiksa, diproses sehingga ke depan tidak terjadi lagi seperti ini. (Viktor Bungtilu Laiskodat)
Insiden ini juga membuka praktik manipulasi data penumpang yang dilakukan operator kapal, serta minimnya pengawasan dan ketegasan otoritas pelabuhan. Operator kapal sengaja mengurangi data jumlah penumpang untuk menghindari kewajiban membayar pajak kepada negara.
Saat dikonfirmasi, pemilik kapal, Jhonny de Queljue, tidak merespons. Pesan yang dikirim melalui Whatsapp dibaca warga Ambon, Maluku, itu.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, yang berlatar belakang pengusaha, mengendus adanya praktik manipulasi data manifes kapal tersebut.
”(Semua yang terlibat) Nanti dipanggil, diperiksa, diproses sehingga ke depan tidak terjadi lagi seperti ini,” ujarnya yang meminta perhatian aparat penegak hukum agar mengusut tuntas.
Kebakaran kapal ini menambah panjang kecelakaan laut di NTT. Terakhir, pada 16 Oktober 2022, sebuah kapal motor tenggelam dan menewaskan 6 orang di Desa Bo’a, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao. Insiden bermula dari puluhan orang ikut menarik kapal motor yang baru selesai dibuat ke laut.
Setelah kapal ditarik sejauh 20 meter, mereka beramai-ramai naik ke kapal. Kapal yang seharusnya berkapasitas 25 orang itu diisi 41 orang. Saat berada sekitar 600 meter dari pantai, nakhoda memutuskan kembali ke pantai lantaran angin kencang. Namun, gelombang tinggi keburu menenggelamkan kapal itu.
Viktor berjanji akan membenahi pelayaran yang menjadi tulang punggung transportasi di daerah kepulauan itu. NTT terdiri dari 1.192 pulau dengan 42 pulau di antaranya dihuni. Banyak warga yang mengandalkan transportasi laut untuk bepergian dan distribusi logistik antarpulau.
Ongkos murah
Warga memilih transportasi laut dengan alasan murah. Sebagai contoh, tiket penumpang kapal Express Cantika 77 dari Kupang ke Kalabahi Rp 265.000 per penumpang. Jika menggunakan pesawat, warga harus membeli tiket dengan harga Rp 1,3 juta.
Ketua Komisi V DPRD Provinsi NTT Yunus Takandewa berharap, momentum ini menjadi titik pijak bagi semua pemangku kepentingan untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh standar keselamatan pelayaran. Jangan ada anggapan bahwa penumpang kapal adalah masyarakat kelas bawah, berbeda dengan penumpang pesawat yang dilayani dengan standar keselamatan tinggi.
Yunus juga mendesak agar pelayaran dievaluasi menyeluruh terkait pelayaran dengan melibatkan Kementerian Perhubungan yang membawahi otoritas pelabuhan. Banyak kecelakaan laut terjadi karena faktor kelalaian dan otoritas pelabuhan ikut andil di dalamnya.
Tragedi kebakaran kapal Express Cantika 77 menguak praktik buruk dalam dunia pelayaran. Perlakuan operator kapal dan otoritas pelabuhan memberi kesan seakan nyawa penumpang tak berharga.