Kasus gagal ginjal akut di Sulawesi Tenggara dilaporkan kini total menjadi tiga kasus dengan dua di antaranya meninggal dunia. Pemerintah dituntut bertindak cepat dan melakukan pemantauan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kasus gagal ginjal akut di Sulawesi Tenggara dilaporkan bertambah, total kini menjadi tiga kasus. Dua anak meninggal dan satu anak lainnya masih dalam perawatan. Pemerintah dituntut bertindak cepat dan melakukan pemantauan di daerah agar penanganan bisa segera dilakukan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, hingga Senin (24/10/2022), terjadi tiga kasus ginjal akut pada anak di wilayah ini. Dua kasus pertama menyebabkan pasien meninggal dunia dalam perawatan. Satu kasus lagi kembali dilaporkan dan masih dalam perawatan di RS Palagimata Baubau.
Kepala Bidang Bina Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sultra dr Ridwan menuturkan, kasus gagal ginjal akut yang diketahui sebanyak tiga pasien. Dua pasien meninggal dunia dalam perawatan, pekan lalu.
”Satu kasus kembali dilaporkan dan saat ini (pasien) dalam perawatan di RS Palagimata Baubau. Kami belum mendapat data lengkapnya dan menunggu dari pihak sana. Dua kasus awal yang dilaporkan dipastikan gagal ginjal akut,” kata Ridwan di Kendari, Senin siang.
Untuk dua kasus tersebut, ia menjabarkan, menimpa anak berusia di bawah lima tahun dari dua daerah berbeda. Kasus pertama diketahui merupakan anak berumur 2 tahun yang berasal dari Kabupaten Konawe. Pasien didiagnosis mengalami gagal ginjal dan dirawat di RS Bahteramas. Dalam perawatan, pasien meninggal dunia.
Satu korban lainnya, tambah Ridwan, merupakan anak yang berasal dari Buton Selatan. Pasien ini berumur 1 tahun dan juga didiagnosis mengalami gagal ginjal. Pasien tidak tertolong dalam perawatan di RSUD Buton Selatan.
Bukan tidak mungkin di daerah sudah ada banyak kasus, tetapi oleh orangtua tidak diketahui.
Menurut Ridwan, kedua pasien meninggal tersebut mengalami gejala yang tidak jauh berbeda. Setelah demam, diare, dan flu, pasien juga mengalami penurunan volume urine. Keduanya juga diketahui pernah mengonsumsi obat-obatan jenis sirop yang saat ini dalam penyelidikan pemerintah.
”Karena itu, kami imbau kepada semua masyarakat agar memperhatikan gejala sakit pada anak atau keluarga. Yang paling penting, jika intensitas buang air kecil kurang dari delapan jam, dan volume yang sedikit, segera bawa ke rumah sakit. di sisi lain, kami terus melakukan pemantauan dan penelitian epidemiologi untuk pasien yang diduga megalami kasus tersebut,” ucap Ridwan.
Laporan Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara pada Jumat (21/10/2022), dua kasus gagal ginjal misterius ini dirawat di dua rumah sakit berbeda. Satu anak dirawat di RS Bahteramas, Kendari, dan satu anak lainnya dirawat di RS Palagimata, Baubau.
Direktur RS Bahteramas dr Mahmuddin menuturkan, dugaan kasus ginjal akut dilaporkan terjadi pada seorang pasien berumur 2 tahun. Anak ini dibawa ke rumah sakit pada Minggu (16/10/2022) karena mengalami penurunan kondisi kesehatan, utamanya penurunan fungsi ginjal.
”Dalam perawatan, pasien meninggal pada Rabu (19/10/2022) pagi. Namun, kami harus melaporkan dulu kondisi anak ini sebelum dimasukkan dalam kategori kasus ginjal akut progresif atipikal. Sejauh ini, laporan kami adalah pasien meninggal dengan penyakit ginjal akut dengan penyebab yang belum pasti,” ujarnya.
Selain kasus ini, menurut Hasmuddin, belum ada kasus lain yang dalam perawatan di RS Bahteramas. Namun, pihaknya terus meningkatkan kewaspadaan untuk menelusuri kasus ini. Ia juga menginstruksikan untuk tidak meresepkan obat-obatan cair atau sirop sesuai arahan Kementerian Kesehatan.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, berpendapat, pemerintah harus melakukan langkah cepat untuk pemantauan dan pelaporan kasus. Sebab, dengan jumlah tiga kasus yang dilaporkan dengan dua orang meninggal dunia menunjukkan tingkat keparahan yang tinggi.
”Bukan tidak mungkin di daerah sudah ada banyak kasus, tapi oleh orangtua tidak diketahui. Hal ini harus diantisipasi dan diambil langkah segera agar tidak ada korban baru dari kejadian ini. Dengan mengetahui lebih dini, penanganan bisa dilakukan segera,” ucapnya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 21 Oktober 2022, jumlah kasus gangguan ginjal akut yang dilaporkan di Indonesia mencapai 241 kasus yang tersebar di 22 provinsi. Di antaranya terdapat 133 kasus kematian atau 55,1 persen dari total kasus. Laporan kasus gangguan ginjal akut tertinggi berada di DKI Jakarta, yaitu 57 kasus, Jawa Barat (33 kasus), Aceh (31 kasus), dan Jawa Timur (30 kasus).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memeriksa 33 dari 102 obat sirop yang digunakan pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak yang dikumpulkan Kementerian Kesehatan. Dari 33 produk yang sudah diperiksa, terdapat tiga produk obat sirop yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) yang melebihi ambang batas aman.
Ketiga produk tersebut ialah Unibebi Batuk Sirop, Unibebi Demam Sirop, dan Unibebi Demam Drops produksi Universal Pharmaceutical Industries. Ketiga produk ini termasuk dalam lima produk obat yang mengandung cemaran EG dan DEG di atas ambang batas aman hasil pemeriksaan BPOM sebelumnya.
Pemerintah telah menyiapkan obat penawar atau antidotum untuk anak-anak yang dirawat dengan gangguan ginjal akut progresif atipikal. Berdasarkan hasil pemantauan pada sejumlah anak yang mendapatkan obat itu, kondisi kesehatan mereka cenderung membaik.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, sebelumnya obat penawar untuk pasien gangguan ginjal akut didatangkan dari Singapura dalam jumlah terbatas. Obat tersebut baru didistribusikan ke sejumlah rumah sakit dengan jumlah pasien yang tinggi, seperti RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP Dr Sardjito DI Yogyakarta, dan RSUP Prof Ngoerah Bali (Kompas, Minggu 23/10/2022).