Empat Kabupaten di Aceh Dilanda Banjir dan Longsor
Kota Langsa termasuk salah satu daerah yang rawan banjir. Daerah ini berada di dataran rendah atau di pesisir. Saat hujan dalam intensitas tinggi terjadi di bagian hulu Langsa akan menerima air kiriman.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Bencana hidrometeorologi belum berakhir di Provinsi Aceh. Pada Kamis (20/10/2022), Kota Langsa, Kabupaten Aceh Selatan, Gayo Lues, dan Aceh Tamiang dilanda banjir dan longsor.
Banjir parah terjadi di Kota Langsa. Sebanyak 13 desa tergenang. Ketinggian air di permukiman warga mencapai 1 meter lebih. Dalam keadaan gelap warga berusaha menyelamatkan barang dan mengungsi ke lokasi yang aman.
Kapolres Langsa Ajun Komisaris Besar Agung Kanigoro Nusantoro mengatakan, personel kepolisian bergerak cepat untuk membantu warga keluar dari lokasi banjir.
Personel menyisir ke rumah-rumah warga yang tergenang. Seorang warga lansia yang bertahan di atas tempat tidur sementara air terus naik dievakuasi menggunakan ban karet.
”Sampai saat ini air masih menggenangi rumah-rumah warga. Kami bersama tim terus bergerak untuk menyelamatkan warga terdampak, termasuk barang-barang yang masih bisa diselamatkan,” kata Agung.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh Ilyas mengatakan, berdasarkan data sementara, sebanyak 1.750 rumah terendam dengan korban terdampak 5.300 jiwa. ”Dari pantauan petugas, hujan sudah mulai reda dan air genangan banjir mulai surut,” Ilyas.
Kota Langsa termasuk salah satu daerah yang rawan banjir. Daerah ini berada di dataran rendah atau di pesisir. Saat hujan dalam intensitas tinggi terjadi di bagian hulu, Langsa akan menerima air kiriman. Anak-anak sungai tidak mampu menampung penambahan debit air dalam jumlah yang banyak sehingga memicu banjir.
Sementara di Gayo Lues banjir melanda delapan desa. Banjir menyebabkan turbin pembangkit listrik tenaga air di Desa Marpunge, intake air bersih Desa Telenget, dan irigasi rusak parah.
Hujan deras di kabupaten itu juga memicu longsor. Setidaknya terdapat lima titik jalan tertimbun material longsor. Tim reaksi cepat telah dikerahkan ke lokasi untuk membersihkan. ”BPBD Kabupaten Gayo Lues terus melakukan monitoring dan koordinasi dengan muspika dan aparatur gampong untuk bersiaga,” kata Ilyas.
Sementara itu, di Aceh Tamiang, banjir terjadi di kawasan Bandar Pusaka, Karang baru, Kejuruan Muda, dan Mayak Payed. Hujan deras dalam waktu yang lama memicu beberapa titik tebing jalan amblas. Pohon di tepi jalan tumbang menutup badan jalan. Namun, kini telah dibersihkan oleh petugas.
Di Aceh Selatan, banjir menggenangi dua desa dan sebuah jembatan di Desa Lawe Simantok, Kecamatan Kluet Timur putus. Warga bergotong royong membangun jembatan darurat dari pohon kelapa.
Kajian risiko bencana Aceh 2016-2020 yang disusun Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebutkan, 19 kabupaten/kota di Aceh memiliki risiko tinggi terhadap bencana banjir. Kawasan utara-timur Aceh menjadi kawasan dengan potensi banjir paling besar. Adapun luas lahan yang digenangi banjir di Aceh mencapai 1,5 juta hektar. Dari 5,5 juta penduduk Aceh, sebanyak 4,2 juta jiwa berpotensi terdampak banjir.
Sebelumnya Koordinator Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad mengatakan, hingga 25 Oktober 2022 terdapat 14 kabupaten/kota yang berpotensi dilanda hujan dalam intensitas sedang hingga lebat. ”Waspada bencana banjir, longsor, dan angin kencang karena hujan dalam durasi lama,” kata Zakaria.
Zakaria mengatakan, data prakiraan angin lapisan 3.000 feet terdapat belokan angin sehingga memicu cuaca ekstrem. Di sisi lain kondisi suhu muka laut yang menghangat memicu peningkatan suplai uap air sehingga mendorong pembentukan awan konveksi yang membawa hujan.