Banjir di Kalimantan Tengah terus meluas. Ratusan warga mengungsi ke tenda-tenda pengungsian. Pemerintah pun memastikan pelayanan kesehatan tetap berjalan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Jumlah pengungsi banjir di Kalimantan Tengah terus bertambah. Sebelumnya, jumlah pengungsi dilaporkan mencapai 235 orang, lalu meningkat menjadi 532 orang. Banjir pun meluas ke 10 kabupaten dengan total 55 kecamatan di 336 desa.
Wilayah yang terdampak banjir di Kalteng, antara lain, Kabupaten Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Lamandau, Sukamara, Seruyan, Barito Utara, Barito Selatan, dan Kota Palangkaraya.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng sampai dengan Jumat (21/10/2022), banjir melanda di 55 kecamatan dengan total 336 desa dan kelurahan terdampak. Banjir merendam akses dan fasilitas publik. Setidaknya 42.118 keluarga atau 132.304 orang terdampak, 152 keluarga atau 532 orang mengungsi ke tempat aman yang disiapkan pemerintah, dan ratusan lainnya mengungsi ke rumah-rumah kerabat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, banjir sudah melanda wilayah Katingan sejak awal September. Beberapa waktu banjir bisa segera surut. Namun, dalam seminggu terakhir, banjir kembali melanda sejumlah wilayah di Katingan. Setidaknya 11 kecamatan dari total 13 kecamatan terdampak banjir dengan total 85 desa.
”Petugas kami, termasuk saya, ke lokasi setiap hari untuk lakukan pengecekan tinggi muka air, pendataan, hingga menyalurkan bantuan,” kata Roby.
Roby menambahkan, pihaknya juga membangun rumah atau asrama pelajar di Kecamatan Kamipang, khusus SMK, agar proses belajar mereka bisa tetap berjalan karena gedung lama terendam banjir.
”Kami juga membuat tenda-tenda darurat beserta dapur umum di Desa Jahanjang yang terdampak banjir cukup parah tahun ini,” kata Roby.
Total pengungsi, lanjut Roby, di Kabupaten Katingan mencapai 16 orang. Mereka tinggal di tenda darurat yang disiapkan pemerintah karena rumah mereka terendam banjir dengan ketinggian hampir 2 meter.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Lamandau Joni Hardi menjelaskan, banjir merendam tujuh kecamatan dengan total 40 desa dan berdampak ke 7.064 keluarga dengan total 24.746 orang. Jumlah itu terus bertambah seiring meluasnya banjir di Kalteng. Setidaknya 296 orang mengungsi ke tenda yang disiapkan pemerintah daerah.
Pihaknya, lanjut Joni, telah menyalurkan bantuan bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk aparat keamanan. Bantuan berupa kebutuhan pokok, seperti beras, telur, dan air bersih.
Menurut Joni, banjir di Lamandau berpotensi terus meluas karena intensitas hujan yang tinggi di sebagian wilayah terdampak dan di hulu Sungai Lamandau. ”Kami sudah mendirikan tenda pengungsian di beberapa titik aman untuk warga yang terdampak banjir di Lamandau. Tenda juga dilengkapi dengan dapur umum,” kata Joni.
Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul mengungkapkan, terdapat setidaknya 39 fasilitas kesehatan di sejumlah daerah terdampak banjir ikut terendam. Walakin, pihaknya memastikan pelayanan kesehatan tetap berjalan.
”Memang ada (fasilitas kesehatan) yang terendam sampai lutut orang dewasa, tetapi sistem pelayanan kesehatan masih bekerja. Mereka yang terdampak sebagian besar melaksanakan kegiatan atau pelayanan kesehatan di gedung lain yang jauh lebih aman dari banjir,” kata Suyuti.
Pihaknya juga menyiapkan 20 tim tenaga kesehatan yang jumlahnya mencapai 150 orang untuk dikirim ke lokasi-lokasi terdampak banjir dan pengungsi yang membutuhkan layanan kesehatan. Tim itu didatangkan dari Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng.
”Tim ini gabungan dari tenaga kesehatan di dinas kesehatan hingga universitas dan organisasi profesi, tetapi nanti menunggu permintaan khusus dari daerah. Sampai saat ini kondisi di lapangan masih terkendali karena di sana juga sudah ada tenaga kesehatan,” ujar Suyuti.