Kalteng Dikepung Banjir, Puluhan Ribu Warga Terdampak
Kalimantan Tengah dikepung banjir. Dari 14 kabupaten dan kota, 9 di antaranya terendam banjir. Pemprov mulai salurkan bantuan, setidaknya 235 orang mengungsi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Sebanyak 47.136 warga di sembilan kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah terdampak banjir. Sebanyak 235 orang di antaranya memilih tinggal di tempat pengungsian.
Darah terdampak banjir adalah Kabupaten Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Lamandau, Sukamara, Seruyan, dan Kabupaten Barito Utara. Selain itu, ada Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalimantan Tengah, banjir melanda 184 desa dan kelurahan di 35 kecamatan. Banjir merendam akses dan fasilitas publik.
Setidaknya 16.424 keluarga atau 47.136 orang terdampak. Sebanyak 61 keluarga atau 235 orang mengungsi ke tempat pengungsian. Diperkirakan ada ratusan warga lainnya tinggal sementara bersama kerabatnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur Rihel menjelaskan, banjir sudah terjadi lebih dari seminggu dan berpotensi meluas. Intensitas hujan yang masih tinggi rawan meluapkan Sungai Mentaya.
”Banyak warga yang mengungsi ke rumah-rumah kerabat atau keluarga, tetapi sebagian besar bertahan dengan membuat panggung di tengah ruangan rumah dan tinggal di situ,” ungkap Rihel saat dihubungi dari Palangkaraya, Kamis (20/10/2022).
Sebelumnya, Gubernur Kalteng Sugianto Sabran menetapkan status tanggap darurat bencana banjir sejak 17 Oktober 2022 selama 21 hari ke depan. Keputusan itu diambil setelah enam kabupaten terdampak banjir menetapkan status tanggap darurat bencana banjir. Tiga daerah lainnya sedang dalam proses penetapan status tanggap darurat.
”Banjir melanda di saat pandemi Covid-19 belum berakhir, inflasi menghantam sendi kehidupan dibarengi kenaikan harga BBM, semuanya harus kita hadapi dan ditangani bersamaan,” ungkap Sugianto.
Sugianto menambahkan, banjir juga berdampak ke pertanian. Banyak petani tak bisa bercocok tanam dan gagal panen karena lahannya terendam banjir. Hal itu juga jadi masalah yang mengganggu perekonomian.
”Masyarakat di desa itu umumnya petani, begitu juga yang hidup di sekitar hutan. Akibat banjir yang bisa tiga kali setahun ini, hasil pertanian tak bisa diharapkan. Ini akan menciptakan tren kemiskinan di perdesaan,” kata Sugianto.
Oleh karena itu, Sugianto mengatakan, pihaknya telah menyiapkan setidaknya 2.000 ton beras Bulog dan kebutuhan lain untuk warga terdampak. Ada juga 40.000 paket bantuan sosial berupa paket sembilan bahan pokok. Semua wali kota/bupati juga diminta tidak meninggalkan daerahnya sampai bencana selesai, kecuali ada masalah genting.
Selain itu, Sugianto mengimbau perusahaan yang berinvestasi di Kalteng, mulai dari perusahaan kayu, perkebunan, dan pertambangan, untuk menyalurkan bantuan ke masyarakat korban banjir. Para pemegang izin tersebut diminta memberi perhatian penuh terhadap bencana banjir ini.
”Membangun Kalteng bukan semata-mata urusan pemerintah saja, melainkan semua elemen masyarakat dan seluruh stakeholders yang ada termasuk di dalamnya sektor pengusaha perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Terlebih sektor-sektor itu beririsan langsung dengan lingkungan hidup yang harus dikelola dengan ramah agar tidak berkontribusi terhadap bencana, seperti banjir,” ungkap Sugianto.