Kelor mengandung nutrisi tinggi terbukti dapat mencegah dan mengatasi tengkes di NTT.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Rutin mengonsumsi kelor diakui berhasil mencegah dan mengatasi masalah tengkes pada anak balita, seperti di Nusa Tenggara Timur. Kelor yang banyak ditemukan di daerah itu memiliki kandungan nutrisi tinggi. Ahli gizi pun menyarankan sebaiknya ibu hamil lebih sering mengonsumsi daun kelor.
Noncy Modok, kader posyandu di Desa Tesabela, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Senin (17/10/2022), mengatakan, para ibu hamil di desa itu dianjurkan untuk mengonsumsi sayur kelor setiap hari. Kelor dengan mudah dijumpai di sana. Kelor biasanya tumbuh liar atau bisa juga ditanam di pekarangan rumah.
Sementara itu, banyak anak balita yang terlahir dalam kondisi tengkes diarahkan untuk konsumsi kelor. Selain ibunya makan sayur kelor, anak balita dibantu untuk mendapat asupan tepung kelor dalam program pendamping makanan tambahan. Program pemerintah itu merupakan bagian dari gerakan pemberantasan tengkes di NTT.
”Perubahannya dapat dirasakan. Pada Februari 2022 jumlah anak balita risiko stunting (tengkes) di desa kami 59 orang, kemudian menurun menjadi 35 orang dalam enam bulan terakhir. Jumlah ini diperkirakan akan terus menurun,” katanya.
Secara terpisah, Profesor Clara M Kusharto, ahli gizi dari IPB University, menuturkan, ia bersama tim pernah melakukan pendampingan bagi pasangan yang hendak menikah, ibu hamil, dan ibu menyusui di Desa Tesabela pada 2021. Untuk mencegah anak terlahir tengkes, ia menyarankan ibu hamil agar rutin mengonsumsi kelor.
Perubahannya dapat dirasakan. Pada Februari 2022, jumlah anak balita risiko stunting (tengkes) di desa kami 59 orang, kemudian menurun menjadi 35 orang dalam enam bulan terakhir. (Noncy Modok)
Mengutip buku berjudul Tanaman Kelor, yang ditulis FG Winarno yang terbit tahun 2018, dikatakan 100 gram daun kelor segar memiliki kadar gizi yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa jenis buah dan sayuran.
Sebagai contoh, kadar gizi kelor 2 kali kandungan vitamin A pada wortel. Selain itu, kadar kelor yang sama juga 14 kali dari kandungan kalsium pada susu, 4 kali kandungan potasium pada pisang, dan 9 kali kandungan zat besi pada bayam.
Clara mengatakan, pengalaman di Tesabela dapat dijadikan contoh untuk pemberantasan tengkes di NTT yang tergolong tinggi. Kelor sebagai makanan bernutrisi tinggi banyak ditemukan di sana. Kelor tumbuh di hampir semua wilayah NTT sejak dahulu kala karena kondisi alam dan iklim yang mendukung. NTT menjadi habitat terbaik.
Tanaman itu tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian tidak lebih dari 400 meter di atas permukaan laut. Kelor bahkan bisa bertahan ketika musim kemarau berkepanjangan dengan curah hujan 250 sampai 1.500 milimeter per tahun.
Perlu didukung sanitasi
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia 2021, prevalensi tengkes di NTT masih tinggi. Hal itu yang mendorong Presiden Joko Widodo meninjau langsung penanganan tengkes di sana pada Maret 2022. Presiden memilih Kabupaten Timor Tengah Selatan, daerah yang masuk kategori merah.
Prevalensi tengkes di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 48,3 persen, nomor satu tertinggi dari 246 kabupaten/kota di 12 provinsi yang menjadi prioritas penanganan secara nasional. Artinya, sebanyak 48 dari 100 anak balita mengalami stunting. Angka ini jauh di atas standar minimum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya memberi toleransi prevalensi stunting 20 persen.
Pemerhati masalah tengkes di NTT, Vinsen Kia Beda, berpendapat, pemenuhan gizi lewat makanan saja tidak akan cukup untuk mengatasi masalah tengkes. Salah satu faktor yang wajib mendapat perhatian adalah ketersediaan air bersih untuk mendukung terciptanya sanitasi. Air bersih masih menjadi masalah di NTT.
”Boleh saja dengan makanan bergizi, tapi kalau penyajiannya tidak sehat, hasilnya sama saja,” ujarnya. Ia mendorong agar penangan tengkes harus dilakukan secara holistik mulai dari penyadaran kepada calon pengantin, pemberian makanan bergizi, serta penyediaan air bersih untuk mendukung sanitasi.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat telah membentuk tim penanggulangan tengkes di NTT. Tim itu melibatkan sejumlah organisasi perangkat daerah terkait, seperti pekerjaan umum untuk penyediaan air bersih dan dinas pertanian untuk penyiapan tanaman pangan yang bergizi. Dalam sejumlah kesempatan, Viktor sering kali menekankan pentingnya konsumsi kelor untuk mengatasi tengkes.